Semua Bab Cinta Tanpa Tapi: Bab 71 - Bab 80
105 Bab
71. Serius
Sesaat setelah Bunda menutup pintu kamar, Ratna membuka mata dan turun dari ranjangnya. Bergegas ganti baju dan memoles tipis wajahnya, agar tampak lebih segar.  Sengaja hari ini dia menggunakan kaca mata hitam untuk menutupi matanya yang bengkak akibat menangis.  "Non!" Terdengar ketukan di pintu kamar, disertai panggilan untuk Ratna.  "Apa, Mak?" Ratna membuka pintu dan langsung bertanya pada perempuan separuh baya yang datang dengan membawa baki berisi sepiring bubur dan segelas teh. "Lo, Non mau ke mana, kata Nyonya, si Non lagi sakit, kok sekarang malah sudah cantik, kayak mau pergi." Si Mak menatap penampilan Ratna dari atas ke bawah dengan tatapan heran. "Nggak sakit, tadi cuman lagi ngantuk aja, kok Mak. Sekarang mau pergi, Mak." jawab Ratna, tangannya memeriksa tas yang ia selempangkan di bahu sebelah kanan.  
Baca selengkapnya
72. Pamit
"Mbak, saya Ratna, mau ketemu dengan ibu Diana Chalondra." Siang itu sepulang dari Panti, Ratna sengaja datang, ingin bertemu dengan Bunda di kantornya. Kali ini dia sudah membulatkan tekad untuk melakukan apa yang Umi katakan tadi padanya.   "Apakah sebelumnya sudah ada janji?" tanya mbak berseragam yang berdiri dari balik meja, sesaat saat melihat ada Ratna di depan mejanya. "Tidak!" Ratna menjawab dengan  menggelengkan kepalanya berulang kali, mulutnya tersenyum ramah.  "Maaf, kalau mau bertemu dengan ibu harus ada janji dulu." Mbak itu berkata cepat, dengan mata menatap Ratna tidak bersahabat.  "Tidak di tanyain dulu mbak, mau ketemu apa nggak?" Ratna bertanya setengah memaksa. "Memangnya ada perlu apa, mbaknya ke sini?"  Kini jawaban si mbak berseragam mulai terdengar ke
Baca selengkapnya
73. Bunda meragu
"Tapi ... apa?" Bunda mulai mendesak, agar Ratna tak lagi ragu untuk mengutarakan apa yang menjadi beban di hatinya.  "Anu ... Bunda, aku rasa dengan menepi untuk sementara adalah cara terbaik agar aku tahu apakah rasa aku alami ini tidak salah."  Akhirnya Ratna memberanikan diri mengutarakan apa yang dia inginkan.  "Aku tak ingin jatuh di lubang yang sama untuk yang kedua kalinya, Bunda. Aku sadar aku tidak sempurna, karena ketidak sempurnanya itulah yang membuat aku harus berpikir panjang untuk membuka hati kembali." Sambung Ratna, kembali mencurahkan alasan keinginannya untuk menepi, yang tercipta setelah dia bertemu dengan Umi, tadi. Namun, tidak dia ceritakan pada Bunda dan mas Delon.  "Mmm ...."  Hanya terdengar deheman Bunda, kemudian sepi.Berulang kali Ratna, Bunda dan Delon saling melirik tanpa berucap ka
Baca selengkapnya
74. Aku, ok!
" Rafi mana, Nay?" Ratna yang baru saja datang, sontak bertanya setelah tak melihat sosok satu satunya makhluk yang paling tampan di antara mereka. Pagi itu Ratna sengaja datang sesuai jadwal masuk kerja, karena ada sesuatu yang ingin ia rundingkan dengan Nay dan Rafi. "Tadi sih bilangnya mau mendampingi karyawan baru yang akan menjadi jasa antar kita."  "Nay, sebelum pulang, kita bertiga ngumpul sebentar, ya. Ada yang ingin aku bahas dengan kalian." Ratna meletakkan tasnya di mejanya sendiri, kemudian melangkah mendekati kursi depan meja Nay dan langung mendudukinya.   "Ada apa, Rat?" tanya Nay, dengan dahi mengkerut, matanya memandang Ratna dengan tatapan penasaran.  "Ada sesuatu yang harus kita bahas," ujar Ratna yang kemudian bersandar ke punggung kursi. Matanya terpejam, dan menarik nafas panjang dan membuangnya d
Baca selengkapnya
75. Aku tidak sendiri
"Sejak kita semua sibuk, Lauren ada di rumah mama, sengaja aku pakai jasa baby sitter, jadi mama cuman ngawasi doang." Mila memberikan penjelasan pada Ratna, dengan berdiri di belakang Nay, dan mata fokus ke laptop milik sahabatnya itu. Sesaat, kemudian duduk di kursi depan meja Ratna. "Alhamdulillah,sebenarnya kasihan juga sih kalau mamamu yang harus jaga Lauren, kalau tanpa pembantu, anakmu kan masa perkembangan, sedang aktif aktifnya itu?!" seru Ratna pada Mila yang menjawab hanya dengan menganggukkan kepala, berulang kali. "Hei, kata si Nay, ada yang mau kamu bicarakan, tentang apa? Kalau bisa sekarang deh, habis makan siang aku ada janji," tanya Rafi, dia mengangkat dan meletakkan kursinya ke depan meja Ratna, samping Mila.  "Begini, mmm ...," Ratna menggantung ucapan, dengan mata menatap ketiga sahabatnya, bergantian. "Aku dan Bunda akan pergi ke Prancis, dan tidak tah
Baca selengkapnya
76. Jodoh itu aneh
"Bunda kali, Rat?" tanya Rafi, mencoba menebak. "Aduh, ada apa, ya?" tanya Ratna, bergegas berdiri dan melangkah pergi menuju ke luar ruangan. "Tidak biasanya bunda datang tanpa lebih dulu mengabarinya, ada urusan apa sampai harus datang sendiri ke kafe." Ratna berbisik sendiri, sambil melangkah menuruni tangga ke lantai dasar. Tanpa ia sadari ketiga sahabat itu pun ikut melangkah di belakangnya, dengan perlahan lahan. Mata Ratna menyapu setiap meja, mencoba menemukan orang yang mencarinya. Siang itu suasana kafe lumayan ramai, karena bertepatan dengan jam makan siang.  Ratna terus mencari, hingga matanya tertuju ke kursi di pojok kanan, Ratna kaget saat melihat orang yang sedang mencarinya sedang duduk sendirian dan kini melambaikan tangan ke arahnya. "Ibu! Ke sini sendirian? Ada apa?"  Perempuan yang di sa
Baca selengkapnya
77. Getaran itu
Aldo menahan tangan kanan Ratna, yang akan melangkah menjauh.  "Apa sih?!" tanya Ratna, pelan tapi penuh dengan tekanan.  Langkahnya terhenti dan sontak membalikkan badan ke arah Aldo.  "Kamu mau ke mana? Nggak usah menghindar!" "Siapa juga yang menghindar? Jangan kepedean dong!"  "Duduk, Ratna!" Entah ilmu pelet apa yang dipunyai Aldo, hingga membuat Ratna sontak menuruti kemauan lelaki bermata tajam itu.  Ratna tidak berselera lagi untuk menikmati nasi yang dibawa ibunya Rizal. Dia hanya bisa melirik dan memaki lelaki yang duduk di sampingnya. Namun, dalam hati saja. Semua asik bercanda sambil terus menikmati makan siang. Ratna yang hanya diam saja dan merasa tak ada yang perduli. Iseng mengulurkan tangannya ke arah sebotol minuman berisi teh dingin yang tutupnya masih bersegel. 
Baca selengkapnya
78. Siap, Bunda!
"Akhirnya kalian datang juga, aku memilih baju ini untuk kamu pakai besok!" Bunda langsung menyambut Ratna dan Aldo yang baru saja membuka pintu ruangan itu, dengan sebuah baju yang tergantung dan masih ditutupi oleh pembungkus pakaian berwarna hitam. "Besok ada apa, Bun?" tanya Ratna bingung. Tapi tangannya terulur juga menerima benda yang bunda berikan padanya.  Kemuadian Ratna pun memeluk dan mencium kedua pipi bunda dan juga punggung tangannya dengan santun.  "Besok bunda akan mengenalkanmu di kantor, agar tidak ada lagi terjadi kesalahpahaman," jelas Bunda saat masih memeluk Aldo yang kemudian juga menncium tangan Bunda, sama seperti yang Ratna lakukan tadi. "Dari kemarin kemarin, kok nggak bilang dulu , Bun. Aku boleh nolak, nggak?" tanya Ratna dengan nada takut takut.  "Ini hanya di kantor saja kok, Rat, bukan yang publik umum gitu, ngga
Baca selengkapnya
79. Terima kasih
"Maaf, Non. Tuan mudanya ke mana, ya?"  Pak satpam yang tadi diminta Aldo untuk memarkirkan mobilnya, datang tergopoh gopoh dari belakang punggung Ratna.  "Itu! Lagi ambil mobil di parkiran. Ada apa, Pak?" Dengan gerakan kepala, Ratna menunjuk ke arah parkiran, tempat Aldo mengambil mobilnya. "Ooo ...."  Mendengar penjelasan Ratna, wajah pak satpam langsung berubah dari yang awalnya bersemangat menjadi lesu seketika. "Kenapa, Pak?" tanya Ratna penasaran dengan perubahan wajah lelaki berseragam yang berdiri di sampingnya ini.  "Nggak, Non. Nggak ada apa apa." Pak satpam pun berlalu sambil menundukkan kepala melangkah ke luar dari pagar butik. Sempat terlihat oleh Ratna kedua mata bapak itu sedang berkaca kaca, sebelum berlalu dari hadapan nya. "Yang!" panggil Aldo, yang sudah me
Baca selengkapnya
80. Kena, kau ....
"Maaf, apakah anda yang bernama Ratna?" Seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan ICU, mendekati dan bertanya pada Ratna.  "Iya, saya. Ada apa?" Ratna menjawab dengan segera berdiri dari duduknya.  "Saya di minta dokter Aldo untuk mengantar anda ke ruang kerjanya." Suster itu pun menjelaskan maksud dari pertanyaannya tadi.  Ratna mengangguk, sesaat kemudian ia pamit pada pak satpam dan berlalu mengikuti suster yang katanya disuruh Aldo.  "Mau kemana, Sus?" Seorang perempuan cantik, muda, tiba tiba mencegat langkah Ratna, saat masih dalam perjalanan menuju ke ruangan Aldo. "Diminta antar tamunya dokter Aldo, Dok!" Ratna menganggukkan kepalanya sedikit ke arah dokter yang bertanya itu, kemudian kembali melangkah mengikuti langkah suster yang mengantarnya. "Silahkan, Bu. Ini ruangan dokter Ald
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status