All Chapters of Cinta Tanpa Tapi: Chapter 41 - Chapter 50
105 Chapters
41. Dia berubah.
Ketiga wanita berseragam sama itu sontak menoleh ke arah ruangan bos Aldo yang dari awal memang tertutup."Pak!" Serempak mbak Nur, Ratna dan mbak Nina menyapa Aldo yang hanya membuka pintunya sedikit saja, sambil menganggukkan kepala."Kopi buatku, mana? Tolong bikinkan juga dong." Ketiganya saling berpandangan, dan entah kenapa pandangan mbak Nur dan Mbak Nina tertuju pada Ratna, yang hanya bisa tersenyum sambil mengangguk."Baik, Pak," ujar Ratna yang kemudian melangkah kembali ke dapur, membuat apa yang pak Aldo tadi minta. "Pak, kopinya!" seru Ratna setelah mengetuk pintu ruangan pak Aldo yang tertutup. Dengan baki di kedua tangannya.  "Masuk!"Mendengar suara perintah dari dalam ruangan, Ratna kemudian memegang baki yang di atasnya berisi secangkir kopi dengan satu tangan, sedang tangan yang lainnya, ia gunakan untuk membuka pintu."Ini kopinya, Pak." Ratna berkata, dengan tangan kembali menutup pintu. 
Read more
42. Ibunya Rizal
Suara mantan mertuanya membuat Ratna hanya bisa menahan kesal, bola matanya berputar sambil menghela napas panjang.  "Ini sebentar, kamu boleh nunggu di sini atau di rumahmu, kita lanjut via aplikasi hijau ya. Tapi hari ini kita jadi kok yang mau ke rumah Rafi." Ratna berpesan dengan rangan meraih tas dan segera keluar pintu menyusul mantan mertuanya.  "Aku tunggu di sini aja, ya!" Setengah berteriak Nay, menjawab apa yang tadi Ratna katakan.  "Ok!" Ratna menjawab sambil melambaikan tangan kanannya, sebelum menutup pintu.  "Mobilmu mana?" tanya ibunya Rizal saat mereka melangkah ke luar pagar salon. "Aku nggak punya mobil, Bu." jawab Ratna santai. "Jangan bohong kamu, masak anak Chalondra tidak mempunyai mobil." Ibunya Rizal langsung menyanggah apa yang tadi Ratna katakan, terlihat bibir bawahnya yang sudah tebal semakin tebal karena dia majukan sedikit. "Ibu tahu dari siapa kalau aku anak Chalondra?" tanya
Read more
43. Rumah Rafi
"Jadi kamu ninggalin ibunya Rizal di kedai bakso, Rat? Hahahaha!" tanya Nay, dari belakang punggung Ratna. Sesuai dengan rencana, siang itu mereka berdua pergi berkunjung ke rumah Rafi."Iyaaa, habis aku kesel Nay, enak aja minta rumah buat Rizal ma istri mudanya, emangnya aku perempuan yang tingkat kebodohannya sudah akut apa?" sahut Ratna, kesel. Nay tak tahan untuk tertawa saat mendengar cerita yang di sampaikan Ratna. "Berhenti di sini, Rat!" Nay berseru di sela tawanya, dengan tangan menunjuk sebuah rumah. Membuat Ratna menghentikan laju motornya di depan sebuah rumah sederhana, yang tadi Nay tunjuk."Ini rumah Rafi kan, Nay? Bener kan?" tanya Ratna antara yakin dan nggak. Matanya menyisir rumah bergaya kuno. Namun, terawat. Halaman luas dengan sebuah pohon jambu biji besar dan rindang. Selintas kenangan masa lalu muncul di benak Ratna, saat matanya melihat bale bambu yang ada di bawah pohon."Iya, emangny
Read more
44. Permintaan Bunda
"Bagaimana Delon, apakah mantan suami adikmu sudah kamu keluarkan dari kantor?"  Malam itu bunda sengaja mendatangi Delon di ruang kerjanya, mungkin beliau penasaran dengan perkembangan kelanjutan hubungan antara putri dan mantan menantunya.   "Tidak, Bun. Ratna memaafkan Rizal." Delon menjawab dengan mengalihkan pandangan ke arah Bunda, menyambut wanita yang mendatanginya.  "Apa maksudmu? Apakah dia mau rujuk?" tanya Bunda, dengan menarik salah satu kursi yang ada di depan meja yang di pakai anaknya meletakkan laptop. Untuk beliau duduki. "Tidak ... bukan itu maksudku, Bun. Ratna memaafkan Rizal, tapi tidak untuk rujuk. Bahkan Ratna menolak ajakan Rizal." Delon menjelaskan, kemudian menghela nafas panjang, dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah laptop, mengutik sebentar kemudian menutupnya.  "Jadi, sekarang apa keputusanmu tentang Rizal?" "Bunda, tidak usah berbasa basi, sebenarnya apa yang ingin
Read more
45. Bibirmu manis 21+
Ratna menghela nafas panjang, pagi tadi, untuk ke dua kalinya dia telah menerima gaji, dan siang ini dengan surat yang semalam dibuatnya dengan bantuan kakaknya. Perempuan cantik yang mengikat rambut nya serupa dengan ekor kuda itu mantap memutuskan untuk resign dari salon.Ratna, Nay dan Rafi sepakat untuk bekerja sama membangun kafe di rumah Rafi. "Bismillah," desis Ratna lirih, sambil memejamkan matanya sesaat, kemudian membukanya lagi.Took! Took!Dengan wajah tegang, Ratna mengetuk pintu ruangan kerja pak Aldo. Berulang kali dia terlihat mendesah dan membuang nafas kasar. "Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam."Permisi, Pak," pamit Ratna yang membuka pintu dan menunjukkan hanya wajahnya saja. "Ratna, masuk!" Seru pak Aldo, tanpa memandanginya. "Duduk lah, dan katakan ada maksud apa ke sini?" sambung lelaki yang masih dengan mata terus menatap laptop di mejanya. Sikap pak Aldo yang benar
Read more
46. Rumah Rafi
"Hei, kamu sudah?" tegur Nay, saat mereka berpapasan di pintu masuk ke ruangan dalam Ratna tersentak, dia menghentikan langkahnya saat tangan Nay mencolek lengannya.  "Eh, apa!?" tanya Ratna, rupanya dia tadi melangkah sambil melamun. Hingga tak menyadari saat berpapasan dengan Nay tadi. "Kamu sudah belum, ngasih surat pengunduran dirinya?" Nay bertanya dengan tangan kiri melambaikan map berwarna merah ke arah Ratna. "Su–sudah, aku sudah." Ratna gelagapan menjawab pertanyaan sahabatnya. "Kamu kenapa, Ratna? Sakit, ya?" Mendengar nada bicara Ratna, Nay langsung memicingkan matanya, menatap penuh selidik.Tangan kanan Nay sontak meraba kening Ratna. Dengan tatapan mata yang tampak khawatir. "Enggak, kok. Hanya terlalu memikirkan rencana untuk kafe kita nanti," Ratna berbohong, tentu saja dia tak mungkin menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. "Jangan terlalu di pikir, Rat. En
Read more
47. Lamaran
Mendengar apa yang tadi Ronald serukan. Sontak hati Ratna berdebar. Apalagi saat melihat sebuah mobil yang ia hafal siapa pemiliknya, berhenti menepi dan memilih parkir di seberang jalan."Aku ke kamar mandi dulu, ya." Ratna pamit buru- buru ke Nay, dan segera masuk ke dalam rumah Rafi. Tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya itu.Tak ada yang ia lakukan di kamar mandi, selain mencoba menenangkan debaran hatinya. Tampak berulang kali Ratna menarik nafas panjang melalui hidung, dan membuangnya perlahan melalui mulut.Membasahi kedua kakinya dengan beberapa siraman air, baru kemudian keluar dari kamar mandi setelah dirasa lebih dari cukup.Dengan perlahan, Ratna melangkah mendekati pintu. Terdengar olehnya, gelak tawa di luaran sana, termasuk suara dari orang yang entah kenapa membuat Ratna jadi gelisah seperti ini. "Aduh!" serunya dengan suara tertahan, tampak kebimbangan di raut wajah Ratna, antara meneruskan langkahnya atau berdiam diri saja
Read more
48. Penjelasan Delon
"Assalamualaikum!" Suara salam dari Mila yang turun dari motor Rafi membuat Nay kembali menghentikan ucapannya. "Wa alaikumussalam." Terdengar jawaban dari semua yang ada, dengan pandangan mata kini teralih ke arah Mila yang melangkah mendekat dengan menggendong Lauren."Kok lama, banget?" tanya Ratna. Setelah tak ada lagi jarak diantara dirinya dengan Mila."Tadi mantanmu datang ke rumah, mau ketemu Nay, karena Nay nggak ada ya ... terpaksa aku yang nemuin," sahut Mila dengan suara agak tertahan. Namun, tetap saja terdengar oleh semua orang yang ada. Kecuali pak tukang yang sedang bekerja. "Mau ngapain dia?" tanya Ratna, yang tampaknya masih penasaran dengan pernyataan Mila."Ngakunya sih mau silahturahmi," sahut Mila, tangan kanannya meraih kue di tengah bale, dan langsung melahapnya."Iiish ...." Ratna langsung memutar bola matanya dengan gusar. "Selamat aja dia nggak ketemu ma aku," seru Nay, sambil menahan senyu
Read more
49. Tamu
Lima belas hari waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah cafe impian Ratna. Tentu saja dengan di bantu oleh Delon. Ratna, Nay dan Rafi kini menyibukkan hari hari mereka di cafe, bertiga bergotong royong melakukan semuanya bersama, dari memasak, melayani hingga membersihkan cafe, dibantu oleh enam orang yang mereka terima untuk membantu bekerja di cafe. Selain tempat yang sengaja di desain sangat menyenangkan, promosi yang mereka bertiga, lakukan pun sangat gencar, tidak heran bila setiap hari cafe selalu ramai."Maaf, cafe sebentar lagi mau tutup, jadi–" "Ish, sombong banget! Mana owner-nya?" potong seorang tamu perempuan, yang datang bersama kedua temannya, yang tampak bukan asli pribumi. Malam itu jam memang sudah hampir menunjukkan waktu tutup cafe. Jadi bukan salah karyawan perempuan itu, yang mengingatkan sang tamu. "Maaf, ada yang bisa saya ban–" ujar Nay yang datang saat mendengar keramai
Read more
50. Dosaku kamu tanggung
Malam ini Diandra setuju untuk pulang ke rumah bersama Ratna, setelah sebelumnya mengantar teman bulenya dulu ke hotel. Selama di perjalanan. Barulah Diandra memperkenalkan temannya yang bernama Carlos dan Ken pada Ratna, tentu saja menggunakan bahasa asing, tapi bukan bahasa Inggris.  "Nanti kita tidur di kamarmu, ya?" tanya Diandra, dengan tetap fokus mengendarai mobil. "Eh, kenapa harus di kamarku? Kamarmu sendiri kan ada," seru Ratna yang tampaknya keberatan dengan permintaan Diandra.  "Akuu ...." "Kamu masih istimewa di hati Bunda, Diandra." Ratna sepertinya paham dengan keadaan yang Diandra rasakan. "Mmm ...." "Sudahlah, jangan berprasangka yang jelek jelek dulu, kau belum pernah ketemu dengan Bunda sejak ada aku kan?" Saat mendengar Diandra hanya membuang nafas panjang dengan kasar "Bagaimana kamu tah
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status