Dituduh mandul oleh sang suami, karena dalam pernikahan selama lima tahun tak sekali pun Ratna hamil. Membuatnya harus mengalami hari- hari yang tak menyenangkan. Ratna Chalondra di perlakukan tidak adil oleh suaminya, bahkan disiksa hanya karena tak mau melakukan apa yang suaminya inginkan. Beruntung Ratna dikelilingi oleh sahabat yang sangat menyayanginya. Saling bahu membahu mengembalikan kepercayaan diri Ratna. Selamat menikmati perjuangan hidup seorang Ratna, yang menunggu seseorang untuk men- Cintanya Tanpa Tapi.
Lihat lebih banyak"Aku ingin menikah lagi." Sore itu sepulang kerja, Rizal mengutarakan keinginannya pada Ratna, dengan mengulurkan sejumlah uang yang ia letakkan di atas meja, tepat di depan tangan sang istri yang sedang memegang ponsel.
"Aku sudah tahu, dan aku siap?" jawab Ratna, dengan wajah tenang. Bahkan tanpa memandang wajah suaminya yang baru saja pulang kerja.
"Apa maksudmu?" tanya Rizal yang tak menyangka istrinya akan setenang itu. Dahinya mengernyit, seolah sedang berpikir tentang sikap yang istrinya tampakkan.
"Aku siap kau ceraikan."
"Tidak, aku tidak ingin kita bercerai, aku janji akan bersikap adil." Rizal sedikit kaget dengan keputusan yang diambil Ratna, di luar perkiraannya.
"Adil? Kau tak akan bisa? Aku tahu berapa uang yang sudah kau berikan pada perempuan itu tiap bulannya, dua kali lipat dari yang kau berikan padaku."
Rizal sedikit tersentak, tak mengira kalau Ratna bisa tahu apa yang dia lakukan.
"Dia seorang janda, beranak satu, tentu saja dia lebih banyak membutuhkan uang, bukan?!" jawab Rizal, seolah tanpa beban.
Baguslah kalau tanpa Rizal cerita, Ratna sudah paham dengan keadaan yang ia alami saat ini.
"Ini, kau ambillah uangmu kembali, dan belikan saja keperluan rumah ini sesuai dengan kebutuhanmu." Ratna menjauhkan uang yang tadi Rizal sodorkan padanya, hingga kini berada dekat dengan suaminya.
"Kenapa? Apa kau tak bisa mengelolanya?" sindir Rizal, bibirnya menyunggingkan senyum menyindir. Tangannya kembali mengambil uang yang di sodorkan oleh istrinya.
"Ya, aku tidak bisa, uang satu jutamu setiap bulan membuatku meronta setiap malam," sinis Ratna. Sudah lama ia ingin melakukannya. Namun, sekarang baru terlaksana.
"Kau bukan saja tak sanggup membuatku mempunyai keturunan, tapi juga tak bisa membuat hidup ini tenang." Rizal tampak gusar, apalagi tak ada guratan kecewa di wajah perempuan yang telah lima tahun menjadi istrinya itu
"Jadi apa yang membuatmu tidak segera menceraikanku, segera lakukan, aku akan menandatanganinya sekarang juga." Kali ini Ratna menatap lekat wajah Rizal, tetap dengan suara dan wajah yang sangat tenang.
Alasan dirinya yang belum juga hamil sudah sering kali di alamatkan Rizal untuk membuatnya pasrah, tapi kini tidak lagi! Ratna harus kuat.
"Sudah aku bilang, aku tak akan menceraikanmu." Rizal berkata setengah berteriak.
"Apa kau ingin aku yang melakukannya?" Ratna menantang Rizal.
"Kau pikir cerai nggak butuh biaya? Dapat uang dari mana kamu?" Rizal sengaja berlindung di balik kata uang. Karena dia paham benar, seorang Ratna yang sudah yatim piatu itu hanya bisa hidup karena belas kasihannya.
"Sudahlah, suami tak butuh ijin dari istrinya untuk menikah lagi, dan aku akan melakukannya." ujarnya lagi, dengan mengibaskan tangannya yang masih menggenggam uang, ke arah Ratna.
"Terus kenapa kau sekarang seperti meminta ijinku? dasar lelaki aneh !"
"Aku hanya ingin kau bersiap siap untuk melamarkan istri baruku nanti, aku tak mau masyarakat me-capku sebagai lelaki yang tak mempunyai perasaan."
Seperti tanpa beban Rizal mengatakan maksudnya pada Ratna.
"Aku tidak mau." Ratna meletakkan ponselnya, dan kini fokus pada suaminya. Tampaknya dia sudah siap dengan perkataan Rizal yang seenaknya saja.
"Harus! Atau kau mau-"
"Jangan pernah memukulku lagi! Sekali saja tanganmu menyentuh ku dengan kasar. Aku akan penjarakan kamu!" jawab Ratna, saat melihat Rizal sudah mengangkat tangannya.
Kebiasaan yang selalu Rizal lakukan bila Ratna tak mau melakukan apa yang dia mau.
"Kau pikir urusan seperti itu tidak butuh uang?" Lagi! Berlindung di bawah ketiak uang.
"Uang bisa di cari, kau pikir aku tak tahu kalau kau juga mempunyai tanggungan bank dengan memalsukan tanda tanganku?" jawab Ratna masih dengan sangat tenangnya.
Rizal hanya bisa menatap tak percaya dengan sikap yang ditunjukkan Ratna, tangannya yang sudah melayang ke atas hanya bisa ia turunkan dengan terkepal.
Wanita yang berada di depannya seperti perempuan lain. Dia berbeda, bukan seperti istrinya.
"Aku tak akan melakukannya, jika saja kau bisa memberikanku keturunan." Kini, Rizal menurunkan uratnya, agar Ratna mau melakukan apa yang dia inginkan.
"Kau selalu menyalahkanku tentang ini, kenapa tidak kau datangi saja yang punya hidup, dan protes pada-Nya. Apa kau berani?" Lagi dan lagi, Ratna menantang Rizal.
Rizal mendengus kasar, dia bangkit dari duduknya dan masuk kedalam kamar meninggalkan Ratna yang kini tersenyum samar.
"Mana kopiku ...!"
"Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."
Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem
"Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa
"Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n
Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co
"Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen