All Chapters of Cinta Tanpa Tapi: Chapter 91 - Chapter 100
105 Chapters
91. Kejutan !!
"Dik!" "Hai, Cantik!" Ratna mendongak ke arah pintu, di sana tampak mas Delon, Diandra dan Bunda melangkah mendekatinya. "Bunda!"  Ratna sontak tak lagi bisa membendung tangisnya.  "Hei! Kok malah nangis? Nanti luntur loh?" larang Bunda yang langsung mendekat dan memeluk Ratna. "Bunda dan mamanya Aldo sengaja merancang ini semua, tanpa kamu tahu. Karena kalau minta pertimbangan kamu dan Aldo, pernikahan nggak bakalan bisa terwujud, adanya tengkar terus."  Bunda membingkai wajah putrinya itu sembari mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.  "Tapi, Bun–"  "Pak, semuanya sudah siap, pengantin pria sudah ada di depan penghulu, tinggal menunggu bapak sebagai wali dari pihak perempuan," ujar seorang lelaki yang berseragam, sepertinya merupakan anggota dari WO dalam pernikah
Read more
92. Menggila (21+)
Rumah kini terasa sepi, para sahabat dan keluarga dari Jakarta kembali ke hotel, hanya tampak WO dan beberapa saudara yang masih berkeliaran.  Di dalam kamar, Ratna membuka gaun dan hiasan kepalanya dibantu oleh si Mbak yang tadi membantu memasangnya.  Wajahnya terlihat sangat bahagia dan letih luar biasa. Perjalanan lama dari Prancis ditambah lagi tadi berdiri menyambut para tamu, benar-benar menguras staminanya. "Mau langsung mandi, Mbak?"Tanya mbak bersergam itu pada Ratna.  "Iya, Mbak. Nanti kalau Mbaknya keluar, jangan lupa ditutup kembali pintunya, ya," pinta Ratna, yang terus melangkah ke kamar mandi yang berada di sebelah kanan balkon, tanpa menunggu si mbak menjawab. Ratna keluar dari kamar mandi dengan rambut dan badan berselimut handuk.Matanya menyapu seluruh ruangan dan tak menemukan tas yang berisi pakaiannya. 
Read more
93. Menggila!! (21+)
Membuka mulutnya lebar, memasukkannya, menyedot dan sesekali menjilati, sudah seperti saat sedang menikmati permen lolipop. Ini memang yang kedua bagi Ratna, tapi dengan ukuran yang sangat jauh berbeda, membuatnya kembali berpikir karena kesulitan melakukan aksinya tadi.  Benda itu berhasil masuk ke dalam mulutnya walau hanya setengahnya saja, tapi ia harus hati hati saat menggerakkannya.  Puas bermain dengan senjata milik Aldo, Ratna kembali ke atas dan menciumi bibir Aldo dengan rakus. Keduanya tak henti berdesis dan mengerang.  Tak sabar ingin menikmati kejantanan milik suami, Ratna kembali menaiki Aldo, ia menggunakan tangan kanannya. Membantu mengarahkan senjata itu untuk memasukinya. Cukup lama karena Ratna harus terlebih dulu bermain dengan kepala kejantanan suaminya itu pada permukaan miliknya, dan memastikan benda itu tidak akan menyak
Read more
94. Pesan Mama
Aldo kaget, saat mendengar suara pintu diketuk dengan cukup keras. Apalagi saat melihat di sampingnya tak ada Ratna. Aldo bergegas menyibak selimut dan melangkah mendekati pintu kamar.  "Ma!"  Aldo yang membuka pintu kamar tak menyangka kalau yang mengetuk tadi adalah sang Mama. "Sudah di tunggu keluarga besar dan sahabatnya Ratna di bawah. Mereka mau pamit, ayo turun!" suruh Mama.   "Ratnanya di mana?" tanya Aldo. "Lho! Kamu gimana sih, Do?!" tanya Mama yang ikut bingung dengan pertanyaan Aldo.  Aldo bergegas ke balkon meninggalkan Mama yang sepertinya ikut melangkah di belakang Aldo. Tepat seperti yang sudah dia duga, dengan menggelengkan kepala Aldo tersenyum melihat istrinya tidur dengan nyenyak di sofa panjang atas balkon.  "Kok kalian tidak tidur berdua, kalian
Read more
95. Bersama Mama
"Mama ikut ya, Do. Anterin Aldi ke bandara. Nanti setelah itu, kamu anterin mama ke panti," pinta Mama, yang sengaja ke kamar Aldo, hanya untuk minta diantar anak sulungnya. Hari ini, Tasya dan Aldi akan balik ke Bandung, Aldo sudah menyanggupi untuk mengantarkan mereka ke bandara.  "Kok Mama mau ke panti, kan masih ada Aldo di sini, Ma?!" tanya Aldo yang kemudian melangkah ke luar kamar untuk sarapan. "Memangnya kamu nggak mau ke makam ayahmu, Nak?" tanya Mama yang berjalan bersisian dengan Ratna.  "Aku dan Ratna, rencananya, nanti habis dari bandara mau ke makam, Ma. Cuman masa iya aku ada di sini, Mama sudah mau ke panti." Aldo yang sudah duduk di balik meja makan, sepertinya masih tak rela melepas Mama ke panti.  Mama menghampiri Aldo dan memeluknya hangat. "Mama ini sudah tidak muda lagi, ingin punya penyemangat seperti kamu dan Ratna, dan
Read more
96. Siap berperang?!
Supir taxi online yang membawa Aldo dan Ratna dari bandara berhenti di sebuah alamat yang Aldo sebutkan tadi. "Yang, bangun kita sudah sampai," ujar Aldo yang membangunkan Ratna sambil mengguncangkan badan istrinya dengan pelan.  Ratna langsung membuka matanya, dan mengerjapnya berulang kali.  Tampak di hadapannya kini, sebuah rumah minimalis berlantai dua bernuansa biru, di halaman depan sebatang pohon mangga besar dengan daun yang lebat, hingga menambah sejuk udaranya.  "Ayo!" ajak Aldo dengan mengulurkan tangannya ke arah Ratna yang masih bingung.  "Kita di mana? Ini rumah siapa?" tanya Ratna, pelan. Namun, pasti dirinya melangkah ke luar dari mobil.  "Selamat datang di rumah kita!" bisik Aldo, setelah pak supir taxi online pergi meninggalkan mereka di pinggir jalan. "Apa maksudmu!?" tanya Ratna, bingung.
Read more
97. Kurang kuat? (21+)
Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut. Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang. Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.  Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya. Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.  Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.  Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi. "Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar
Read more
98. Aldo sakit.
"Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang. "Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu. Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit. "Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo. Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran. "Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli
Read more
99. Mie ayam
"Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega. "Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian. "Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaan  Ratna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum. "Boleh?" tanya Aldo, lagi! "Boleh, silahkan?!"  Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo. "Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya.  "Habis ini kita jala
Read more
100. Aku mandul!
"Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya. Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah. "Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay. "Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara. "Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi  "Tapi–" "Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.  Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini.  "Tapi–" "P
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status