Pesta perayaan malam itu yang Bella kira hanya ada jamuan makan malam biasa dan acara ramah tamah seperti obrolan biasa. Tidak begitu yang Bella dapati. Pesta ini malah lebih meriah. Alunan musik lembut terdengar ke telinga setelah makan malam keluarga.
"Kamu mau berdansa bersamaku Bella?" Kristan berbisik ke telingaku.
"Aku tidak bisa berdansa Kristan. Aku paling buruk untuk melakukan dansa."
"Kamu itu belum pernah mencobanya. Jadi jangan bilang kalau kamu tidak bisa. Kita akan coba dan aku yakin kamu itu pandai."
Kristan mengulurkan tangannya dan Bella yang sempat ragu mau tidak mau mencoba sebisa dia.
"Perhatikan langkah kakimu dan jangan gugup, itu kunci utamanya. Kamu tau dansa itu tidaklah buruk, kalau kamu bisa dan berniat melakukannya. Semua akan bisa pada akhirnya. Jangan mengeluh dulu karna mengeluh itu hanya untuk menghambat semuanya."
Bella mencoba dan sesekali terlihat buruk, kakinya malah menginjak Kristan atau gerakannya
"Jangan pernah mendekati wanita yang sudah jadi milikku Nathan. Carilah wanita lain yang ada diluar sana. Di antara banyaknya wanita aku yakin kamu pasti menemukan satu wanita yang paling berharga untuk kamu kelak."Nathan tertawa akibat kata-kata sinis adik kandungnya itu, Kristan terlihat posesif sekali sama Bella."Kamu lucu Kristan, aku tidak akan mengambil kepemilikkanmu itu. Aku tau memang dia sangat cantik. Makanya kamu memilih dia untuk dijadikan istri. Tapi percayalah aku hanya ingin berkenalan. Tidak lebih dari itu, masa aku punya adik ipar aku belum tau sama sekali tentang dia. Itu sangat lucu bukan.""Terakhir kali aku punya mainan kamu selalu saja merebutnya Nathan." geram Kristan pada Nathan, terlihat sekali rahang kokoh Kristan mengeram sempurna. Bella bisa melihat ada rasa tidak suka yang terpancar dari raut wajah itu. Aku rasa persaingan Adik dan Kakak itu hal yang sudah biasa. Dimana pun itu, mereka akan saling bertengkar memperlihatkan s
Bella ingin menentukan sebuah pilihan. Jika Kristan mau mendengar pilihannya, Bella mungkin akan senang dan mengatakan Kristan laki-laki yang mengerti akan wanita. Namun keinginan Bella hanya sekedar angan saja.Bella sudah menjelaskan pada Kristan bahwa Bella ingin lekas tidur karna tubuhnya ingin segera terlelap. Faktanya tidak begitu, setelah mobil kami memasuki mansion Kristan, Kristan langsung membawaku masuk dengan cara memanggulku seperti karung beras. Seketika Bella menjadi menjerit keras akibat perbuatan dari Kristan ini. Yang benar saja perbuatan yang Kristan lakukan sungguh membuatnya kesal setengah mati sampai kami berada di dalam kamar dan Kristan menjatuhkanku ke ranjang kami."Kristan tunggu kamu tidak mungkin melakukan itu kan?""Melakukan apa?""Aku lelah. Tidak bisakah ditunda besok saat aku tidak lelah?""Maaf waktunya tidak tepat untuk kamu meminta persetujuan dariku.""Kamu memang laki-laki tak berperasaan."
Xavier datang ke kantor Bella untuk melihat keadaan Bella saat ini. Xavier tidak peduli dengan pekerjaan setumpuk di kantornya. Yang Xavier pedulikan adalah memastikan Bella sudah baik-baik saja."Maaf Tuan apa yang anda lakukan di sini?" saat Firly akan membawakan roti dan minuman hangat untuk Bella, Firly melihat seseorang memasuki ruangan Bella tanpa bertanya terlebih dahulu. Sepertinya laki-laki ini sudah tau betul letak ruangan Bella saat itu. Makanya laki-laki itu tidak ragu untuk melangkah masuk ke dalamnya. Firly belum pernah melihat laki-laki ini sebelumnya. Sepertinya dia bukan pekerja di kantor ini. Perasaannya mulai tidak tenang dan pikirannya menjadi dimasuki dengan pikiran macam-macam.Laki-laki itu berjongkok dan memandang Bella yang masih tertidur dengan hembusan tenang yang keluar dari hidungnya. Tidurnya sama sekali tidak terganggu saat laki-laki itu datang. Laki-laki itu menaruh tangannya di dahi dan merasakan bagaimana suhu tubuh Bella saat itu.&nbs
"Tunggu ada sesuatu di bibir kamu."Xavier mendekat dan mengecup lembut bibir Bella dengan cepat. Sontak Bella pun terkejut mendapat serangan yang tiba-tiba itu, Bella kira Xaviers serius mengatakan ada sesuatu yang berada di dekat bibirnya tapi yang dilakukannya malah membuat Bella tidak bisa berkutik.Belum sempat menghindar, Xavier mengecup kembali, kali ini di dahi, pipi dan terakhir di bibirnya. Setelahnya Xavier tersenyum.Bella merasa ada sesuatu yang aneh setelah Xavier mencium bibirnya.Untuk beberapa detik, Bella menjadi patung menanggapi kelakuan tiba-tiba dari Xavier. Matanya hanya mampu berkedip setelah apa yang terjadi baru saja. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Bella tidak mampu tersenyum atau menanggapi sampai sebuah tangan menangkup pipinya yang dingin. Tangan besar dan hangat melingkupi wajahnya dan itu membuat Bella tersadar dari sesuatu."Hei apa yang kamu lakukan padaku, kamu telah mencium bibirku dan itu
Sedetik kemudian, Kristan menghentikan ponselnya lalu menghadap Bella yang saat ini melihat Kristan dengan raut cemas di wajahnya itu."Kenapa wajahmu setegang itu?" tanya Kristan dengan polosnya pada Bella."Itu... Itu karna..."Di depannya ini ada seorang laki-laki yang dingin dan begitu tenang. Tapi juga menakutkan dan itu membuat Bella kesulitan untuk berpikir dan mengambil sikap saat ini. Semuanya terasa salah.Bella ragu apakah harus mengatakan sebuah kejujuran atau malah sebaliknya. Bella harus melakukan suatu kebohongan dari Kristan setelah pertemuannya dengan Xavier.Bella akui, setitik kebohongan saja yang dikatakan Bella pasti akan semudah itu Kristan mengendusnya. Bella pastinya akan menerima hukuman akibat kebohongan yang Bella lakukan.Sudah berkali-kali hukuman yang diterimanya sampai Bella merasa bosan pada semua ini. Ingin sekali melepasnya namun Bella tidak bisa. Bella masih berstatus istri dari Kristan.Bella bingun
"Aku tidak bawa ganti.""Ya sudah tidak usah berpakaian. Begitu saja repot."Malam itu setelah berdebat dengan Kristan panjang lebar, Bella lebih baik mengalah, Kristan ingin Bella mengganti pakaian sedangkan Bella tidak membawa pakaian ganti. Akhirnya Kristan menelepon orang rumah untuk membawakan aku gaun untuk pergi ke rumah Kakek dan setelahnya, kami pun berangkat ke rumah kakek.Di dalam mobil, keduanya diam dengan pikirannya masing-masing, Bella berkutat dengan pikirannya sendiri begitu juga dengan Kristan, Kristan mengikuti kemauan Bella yang ingin pergi ke rumah Kakek. Kristan ingin tau sampai mana Bella mengikuti alasannya itu.Di dalam pikiran Bella, sebenarnya tidak ada rencana sama sekali untuk Bella pergi ke rumah Kakek. Ini hanyalah ide spontan yang terlintas begitu saja dari dalam kepalanya ketika Kristan menyudutkannya untuk bilang sejujurnya.Perjalanan yang sepi dan sunyi itu akhirnya berhenti di rumah Biantara. Kami pun kel
Bella melamun beberapa saat sampai sebuah bentakan dari Kristan terdengar ke dalam telinga Bella. Membuat Bella tersentak kaget dari lamunannya saat itu.'Sial. Tidak bisakah Kristan lembut sedikit saja.' ujar Bella dalam hati.Bella lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah lain ketimbang melihat ke arah Kristan, perdebatan dari pertemuan di kantor tadi sampai sekarang tidak bisa berhenti dan itu membuat sakit hati."Bella kamu dengar tidak sih apa yang aku katakan."Kembali Kristan membentaknya dan itu membuat Bella tak lagi bernafas dengan tenang. Kenapa hidupnya sangat berat di samping laki-laki ini."Turunkan aku!" ucap
Bella buru-buru menggambil handuk yang tergantung di salah satu tembok di dalam kamar mandi itu dan memakainya. Bella keluar dari sana dan mendapati Xavier telah berdiri di depannya dengan tangan yang di taruh di tembok menghalangi Bella yang akan keluar dari kamar mandi itu. Bella celingukan mencaribaju yang dikatakan Xavier. Namun tidak ada di tangannya. "Hei mana baju yang mau aku pakai. Kenapa tidak ada dimana pun? Jangan bercanda Xavier. Aku sudah kedinginan nih. Kamu mau menggodaku?""Aku kira kamu itu sudah tidak bernafas di dalam sana. Lama sekali kamu berada di dalam kamar mandi.""Maaf aku menikmati acara mandiku itu. Makanya lama. Habis airnya hangat dan membuat tubuhku ha