All Chapters of DEBTLY IN LOVE (Indonesia): Chapter 61 - Chapter 70
118 Chapters
The Skeleton is Out
Dini hari itu, matahari belum ada tanda-tanda hendak terbit. Tapi di sebuah kamar mewah yang luasnya serupa rumah sederhana tipe 27, sudah terbangun seorang perempuan yang bernama Wendy. Tidurnya terganggu karena sedang terjadi kekacauan di perutnya. Cepat-cepat, wanita itu berlari ke kamar mandi.Dia berlutut di depan kloset dan mengeluarkan apapun itu yang mendesak di mulutnya. Berulang-ulang dia melakukannya meskipun terkadang tidak ada yang dia muntahkan. Setiap muntahan, perutnya semakin melilit dan rasa mual tetap mengisi mulutnya. Dia ingin penderitaan ini segera berakhir.Wendy sengaja berlutut lebih lama, berjaga-jaga apabila ada serangan lanjutan. Setelah dia merasa aman untuk meninggalkan toilet, barulah dia beranjak ke wastafel dan berkumur-kumur.Melangkah ke ruang tidur, seonggok tubuh berbaring dengan nyaman di atas ranjang. Dia mendelikkan mata ke atas dan menggerutu pelan. Laki-laki yang sedang tidur itu memang berstatus sebagai suaminya. Tapi,
Read more
Dangerous Minds
Bastian menengok tak tentu arah. Ruang kerja Papi yang didominasi dengan furnitur kayu penuh ukiran kerap menjadi saksi biru kesepakatan bisnis penting yang dilakukan oleh ayahnya itu. Namun, kali ini, situasinya tidak berkaitan dengan Armadjati Group. Kedua tangan Bastian terkepal erat.“You can ask your mother,” kata pria tua itu menambahkan garam pada lukanya yang baru saja tercipta.Mami? Dia meremehkan saran itu dalam hati. Ibunya saja tidak berkutik di hadapan pria itu. Ibunya saja tidak dapat menyelamatkan diri ketika mendapatkan pukulan dari laki-laki yang berstatus sebagai suami saja ternyata bukan. Ibunya memilih bertahan dan menerima perlakuan bengis dari si tua bengis itu. Kepalan di tangan Bastian bertambah ketat. Dia dapat merasakan tajam kuku-kuku yang menggores telapak tangannya.“Why such a long face? Dari lahir kebutuhanmu tercukupi. Disekolahkan, walaupun ternyata kamu bodoh. Bergelimang harta yang
Read more
Escape Plan
Pintu kulkas terbuka lebar, sedangkan Wendy terdiam menyelidiki semua isinya. Pada tempat terluar, ada makanan yang disiapkan katering malam kemarin. Tapi, bukan itu yang ingin dia ambil. Dia berpindah tempat ke bagian lebih dalam dari lemari pendingin tersebut.Di sana, batinnya. Satu botol besar minuman yang dia cari-cari. Jus tropikal dari pesta yang diadakan oleh Olivia tempo hari. Wendy tidak paham detailnya, tapi dia tahu ada nanas di dalam minuman itu. Jika apa yang dikatakan oleh orang-orang itu benar, bahan buah tersebut akan membuat makhluk yang bersemayam di perutnya saat itu luruh tanpa sempat membesar.Namun begitupun, tangan Wendy belum juga meraihnya. Pikirannya bercabang ke mana-mana, memikirkan segala kemungkinan dan akibat. Bayang wajah Bastian memenuhi benaknya. Semburat sosok Leonardo berseliweran di kepalanya.Wendy mengambil botol dan meminum isinya langsung tanpa memindahkannya terlebih dahulu ke dalam gelas. Jika orang-orang melihat, past
Read more
Something Happened
“Aku datang sekarang!”Wendy tersenyum. Begitulah Leonardo, selalu memperhatikannya. Tak pernah sekalipun pria itu gagal memenuhi keinginannya. Lihat saja, ahli waris Keluarga Armadjati itu sedang di luar kota; berduaan dengan tunangannya. Akan tetapi, secepat kilat laki-laki itu meninggalkan Dina demi menemuinya.Wendy menyimpan gawainya ke saku. Sontak, pandangannya menuju ke arah perut. Dia tidak merasakan apa-apa meskipun sudah menghabiskan jus nanas sisa pesta. Bagaimana semestinya? Bukankah seharusnya sekarang perutnya terasa melilit? Alam bawah sadar Wendy menggerakkan tangannya memukul-mukul tempat janinnya bertumbuh.“Hilanglah. Ayo, cepat menghilang!” teriaknya tak lepas dari aksinya menyakiti perutnya sendiri itu.Tiba-tiba, sekelebat kekhawatiran menyergap otaknya. Kalau Leo datang ke sini dan mendapatinya baik-baik saja, apa yang akan terjadi? Apa kata Ambu? Mana ada laki-laki yang mau sama ibu hamil?W
Read more
The Mission to Complete
Tidak ada siapa-siapa yang menyambut Leonardo sebaik dia tiba di mansion Keluarga Armadjati. Senyumnya tersungging tipis menyadari kalau dia sudah sangat jarang menyebut tempat itu sebagai rumah. Bagaimana tidak? Tempat itu terkesan dingin sekaligus jauh dari kata nyaman. Padahal, ketika dia kecil, Bastian masih ingat kalau rumah yang dia tempati ini terlihat lebih hidup dan ramai. Pagi-pagi, karyawan di rumahnya akan mengisi sudut-sudut ruangan dengan bunga yang baru dipetik dari kebun mereka. Musik bergema ke seluruh penjuru rumah. Wangi masakan memenuhi penciumannya. Ditambah kehangatan kasih Mbok Surti yang bersusah-payah menyuapinya. Menyenangkan adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan suasana rumahnya ketika Mama masih ada.“Mas Leo….”“Mbok Surti. Kok sepi?” Dia bukan mengharapkan untuk tahu keberadaan semua orang, melainkan hanya satu sosok semata.Di depannya, Mbok Surti tampak gelisah. Leonardo mengikuti pandangan a
Read more
The Last Goodbye
Satpam hotel menuntun jalan Dina yang sedang tersedu-sedu. Keduanya sudah berada di lorong hotel dan menuju kamar yang dia inapi. Jangan salah sangka dulu. Petugas sekuriti itu hanya mengantarkannya karena merasa khawatir setelah melihatnya berurai air mata di lobi hotel.“Mbak mau saya panggilkan dokter?”Dina menggelengkan kepalanya seraya mengutuk air matanya yang tidak mau berhenti-henti.“Atau pesan makanan?”Dina kembali menggeleng. Untungnya, dia sudah di depan pintu. Dina membukanya dan mengucapkan, “Terima kasih, Pak,” sebelum masuk ke kamar hotelnya.Berada sendirian di kamar itu, tangis Dina semakin keras.***Dina sedang membersihkan sisa tangisannya. Sambil bercermin, dia mengusapkan pelembab yang disediakan hotel ke area bagian mata. Bukannya dia tipe wanita yang maniak perawatan tubuh, melainkan karena Dina ingin menyibukkan diri saja.Dina melihat jam digital di samping tempat
Read more
Secret Mission
Seorang laki-laki membawa tas besar keluar dari sebuah pusat kebugaran. Setelan jas rapi yang dikenakan pria itu kontras dengan pengunjung lain yang santai dengan kaos dan celana pendek. Paling-paling, laki-laki itu adalah karyawan yang harus segera kembali ke kantornya setelah berolah raga. Mungkin itu anggapan orang-orang yang melihatnya. Pria itu menaikkan kacamatanya yang agak melorot. Kemudian, dia mengencangkan posisi tali sandang tasnya. Dia berbelok ke sebuah pintu dan keluar dari gedung tersebut dengan menuruni tangga darurat. Tiba-tiba, ponsel yang dia simpan di saku bergetar. Laki-laki itu berhenti dan memeriksanya. Cepat bersihkan lengkuas sekarang. Dia mematikan dan menyimpan telepon genggamnya itu. Dia tidak ingin diganggu dalam menjalankan misi. Dia juga tidak ingin jejaknya dapat ditelusuri ketika tugasnya selesai. Langkah pria itu santai saja sewaktu berjalan kaki mendatangi sebuah mobil yang terparkir di gang sempit di samping gedung pusat
Read more
New Scandal
Rumah masa kecil Dina terletak agak jauh dari pusat kota. Semburat jingga telah muncul di langit sewaktu dia menghentikan mobil di depan sebuah rumah. Meskipun sudah pindah ketika dia masih empat belas tahun, Dina mengingat tempat itu dengan jelas. Rumah itu kediaman Bibi Asih. Walaupun sekarang sudah ada pagar yang membatasi bagian rumah dengan area jalan. Tapi, bunga yang menempel di pagar besi itu tetap sama. Dina menggeser pagar dan mengetuk pintunya. Seseorang yang asing menyambut gadis itu. Rupanya, penghuni rumah ini juga telah berubah. Meskipun demikian, tidak ada salahnya mencoba kalau-kalau ayahnya ada di tempat ini. “Bibi Asih tinggal di sini?” tanya Dina. Penyambutnya tidak mengatakan apa-apa, tapi dari dalam rumah ada sosok lain yang mendekati pintu. Wanita tua itu mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan. Tapi, tidak ada satupun yang meragukan Dina kalau perempuan itu adalah Bibi Asih. Dina merasa perlu untuk memperkenalkan dirinya lagi dem
Read more
Sudden Crash
Mobil yang menjadi target Teman Danny terlihat maju. Teman Danny pun ikut bergerak dan mengekori mobil tersebut. Berdasarkan pengamatannya, mobil itu tidak lagi berputar-putar seperti sebelumnya. Ini kali, targetnya seperti sudah tahu jelas arah dan tujuannya.Meskipun telah berulang kali melakukan pesanan semacam ini, tetap saja kegugupan melanda Teman Danny. Dia tidak pernah mengenyahkan rasa itu. Dia malah anggap itu bagus. Dia menggunakan kegugupan itu agar waspada dalam melakukan misinya. Dengan demikian, dia yakin akan mendapatkan hasil yang sempurna.Mata Teman Danny tidak pernah lepas dari bagian belakang mobil yang dia ikuti. Dia memperhatikan mobil yang di depannya itu melajukan kecepatan. Teman Danny tidak mau menebak-nebak apa alasan targetnya terburu-buru menuju suatu tempat. Perubahan ini justru menguntungkannya. Dengan mudah, dia dapat mengaburkan misinya menjadi sebuah kecelakaan biasa.Sepanjang perjalanan ke tempat ini tadi, Teman Danny sudah m
Read more
Childhood Teddy
Interior ruang tamu tempat Leonardo berada saat itu ditata dengan gaya klasik Romawi. Laki-laki itu duduk di salah satu sofa besar berwarna abu-abu. Di meja kopi di depannya, sudah tersaji minuman botol.“Sudah lama Wendy nggak ke sini.”Tidak mengherankan, batin Leonardo. Sebaik menikah dengan adik tirinya, Wendy selalu menghabiskan waktu sehari-harinya di mansion Keluarga Armadjati. Kadang-kadang, pikiran jelek Leo mencurigai kalau Bastian tidak memberikan izin bagi Wendy untuk dapat ke luar rumah bersenang-senang.“Iya, dia memang sudah jadi istri orang, tapi Ambu juga kan kangen.”“Hmm,” gumam Leo karena tidak tahu harus berkata apa-apa.“Nak Leo,” panggil Ambu memecah keheningan. “Wendy….”Nada suara Ambu begitu berhati-hati. Leo mengartikannya sebagai tanda kalau ibu dari Wendy itu ingin didengar. Pria itu mendekatkan telinganya.“Wendy tel
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status