All Chapters of PRAS, and his destiny: Chapter 41 - Chapter 50
86 Chapters
Bab 40. Spy
Sebagai seorang ayah, Pras tak akan tanggung-tanggung dalam melindungi keluarganya, kali ini ia dan Laurent sibuk menyiapkan kepergian mereka ke Roma, Italy. Tujuannya satu, mencari tahu kehidupan ibu kandung Alexander selama tinggal di sana san apa yang sebenarnya terjadi hingga wanita itu bisa di rampok lalu di culik kemudian menghilang. Laurent menyiapkan berkas-berkas adopsi Alex, sementar Pras sibuk menghubungi orang-orang yang bisa ia percayai untuk menyelidi di sana. Dengan bahasa Jerman yang begitu fasih - karena di Swiss bahasa yang dominan memang Jerman - Pras berjalan mondar mandir di ruang kerjanya yang ada di gedung pusat kota Zurich, terus berbicara dengan seseorang.  Laurent sesekali menatap suaminya yang tampak putus asa, atau kecewa, jelas sorot matanya saat bertemu dengan mata Laurent, begitu sendu. Laurent beranjak, mendekat ke meja kerja suaminya, menatap lekat Pras yang sudah selesai melakukan pembicaraan di telepon. "Ada a
Read more
Bab 41. Kado terbaik
(Percakapan sesungguhnya menggunakan bahasa Italy)  Roma-Italy.  "Jangan bergerak!" tubuh itu menegang sempurna seraya napas yang mencoba lebih santai. Pria itu menatap langit yang berubah menajdi gelap dengan cepat. Mendengkus karena tangannya dipelintir ke belakang lalu di borgol pergelangan tangannya. Ia meringis, karena cengkraman pada pundaknya terasa menekan bekas luka tembak yang baru saja sembuh. "Kau suruhan siapa?" geramnya tertahan, namun tak ada jawaban. Kali ini, kedua matanya di tutup kain hitam. Ia tak bisa berkutik, bahkan sekedar untuk merintih menahan sakitpun ia tak bisa. Pria itu di bawa masuk ke dalam mobil. Harum tembakau jelas tercium dari hidungnya. "Kita bertemu lagi, Fausto. Tapi kali ini aku tak ada urusannya denganmu, aku di bayar mahal untuk membawamu ke suatu tempat. Setelah kalian bertemu, baru aku akan memberikanmu misi baru yang cukup berbahaya. Ak
Read more
Bab 42. Mulai menyelidiki
Sepeninggal Pras dan Laurent yang berkata kepada Alexander jika mereka pergi ke Turki - padahal ke Roma, Italy - membuat pemuda itu merayakan hari ulang tahunnya di rumah dengan para pelayan beserta keluarga, juga anak-anak dari yayasan yang Laurent miliki. Harum bau kue tercium dari arah dapur. Gadis cantik dengan rambut di kuncir kuda itu sibuk mengeluarkan bolu rasa lemon dari dalam oven. Ia meletakkan dengan hati-hati di atas meja dapur besar yang terbuat dari marmer. Alex berdiri di ambang pintu sambil bersedekap, melihat sibuknya Lily yang berniat membuatkan dirinya kue ulang tahun besar untuknya. "Ada yang bisa aku bantu?" ucap Alex seraya tersenyum menatap gadis itu. "Tidak, Lex, kau yang berulang tahun, duduk dan nikmati hari spesialmu ini." Lily melanjutkan dengan mixer dan krim yang ia campur gula bubuk dan perasan lemon. Harumnya begitu menggoda hidung Alex. Pemuda itu mendekat, mencolek krim dengan ibu jarinya lalu ia cicipi. Lily menatap Alex.
Read more
Bab 43. 24/7
Roma, Italy. Pras berdiri menatap tajam ke pria yang dari wajahnya saja sudah mirip dengan Alexander, hatinya sakit seperti di remas. Pria yang kehadirannya tak diharapkan oleh Pras kini ada di hadapannya, bahkan Laurent, tak sudi ikut menemui pria yang merupakan ayah kandung putranya. Ia tak kuat jika Fausto meminta Alex kembali kepadanya. "Katakan, di mana, wanita itu, Fausto. Apa kau tau menyembunyikannya?" Pras masih bertanya dengan nada biasa dan tanpa emosi. Baginya, rugi juga jika ia melakukan cara kasar, walai rasanya, pria di hadapannya memang wajar jika di hajar olehnya. Fausto diam, ia hanya menatap Pras tanpa mau menjawab. Kedua tangannya di borgol, mereka berada di markas seseorang bernama Felipe. Salah satu kawan lama Pras yang dulu tergabung di The Red Dragon, Hongkong. Felipe berhutang kepada Pras soal keselamatan keluarga di masa lalu. Di sisi lain, Felipe adalah bos dari Fausto, pengedar narkotika dan mafia pasar gelap. Kekeha
Read more
Bab 44. Roma
"Aku tidak membawa banyak pakaian, Lex, kita hanya beberapa hari, bukan?" Lily menutup tas koper warna pink miliknya. Ia menoleh ke Alex yang sedang merebahkan tubuh di atas ranjang Lily sambil memainkan ponselnya. "Alexander!" panggil Lily kencang.  "Yes, Sweet heart, sebentar. Aku membalas pesan Mommy dan Daddy, mereka masih satu minggu lagi di Turki. Kita punya waktu untuk bisa kembali lagi ke sini sebelum mereka pulang." Kekeh Alex. Lily diam, ia sebal jika Alex sudah memanggilnya sweet heart atau babe, atau panggilan sayang lainnya." Lily menuju ke meja riasnya yang minimalis karena kecil dan tak ada hiasan apa pun layaknya anak remaja seusianya.  "Aku tidak ingin orang tuamu mengetahui rencana ini, aku takut terbawa-bawa oleh kelakuanmu yang diam-diam menyelidiki orang tua kandungmu. Ini bahaya sesungguhnya, Lex, kita pergi juga tanpa ada yang tau, bukan? Bahkan para pelayanmu taunya kita berlibur k
Read more
Bab 45. Tertipu
Alex, Dre dan Lily bersiap menuju ke Trevi Fountain, tempat air mancur terkenal dengan hiasan artistik patung-patung, dan air yang mengucur deras memenuhi kolam di bawahnya. Bahkan, di sana juga dikenal dengan kebiasaan jika kita melempar koin sambil berbalik badan, lalu mengucapkan harapan di dalam hati, harapan itu bisa jadi kenyataan. Lily mengantongi beberapa koin, dirinya ingin mencoba, sekedar iseng atau kucu-lucuan karena ia sedang berada di Roma. Dre berdiri menatap gadis itu dari pantulan cermin, lalu matanya menatap Alex yang diam-diam memperhatikan gerak gerik gadis itu juga. Smirk muncul di wajah Dre. Pemuda itu beranjak lalu berjalan menghampiri Lily. "Ly," panggil Dre. Lily mendongak karena Dre sudah berdiri di depannya. Tiba-tiba, Dre mencium kening Lily begitu lama, kedua mata Lily membulat sempurna. Kemudian Dre melepaskan ciuman itu, mengusap pelan wajah Lily. Ia menyambar jaket jeans, lalu berucap kepada Alex untuk segera bersiap. Dre jug
Read more
Part 46. Rencana Lain
Dre bertopang dagu, menatap wajah cantik Lily yang sedang menikmati es krim gelato di salah satu cafe yang ada di daerah ramai kota Roma. Senyum terus mengembang di wajah Dre. "Ly, apa kamu tidak mau mencari keberadaan kedua orang tuamu?" pertanyaan mendadak Dre membuat Lyly terdiam seketika dengan masih menggigit sendok es krim. Ia tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Kenapa?" tanya Dre lagi. "Mereka sepertinya memang tidak mau mencariku, atau mungkin menginginkanku, Dre," jawab Lily kemudian. "Setidaknya kau tau kondisi mereka sekarang," lanjut Dre. Lily kembali menggelengkan kepala. "Aku tidak mau menambah beban pikiranku, Dre. Tak apa," lanjutnya. Dre menghela napas, tatapannya beralih ke arah Alex yang berjalan mendekat ke arah meja yang mereka tempati. Wajahnya menunjukan guratan sedih, tapi berusaha Alex tutupi walau Dre menyadari hal itu. Ia menarik kursi dan duduk di sebelah Lily, Dre menunduk lalu beranjak
Read more
Bab 47. Empat mata
Dipikirannya, Pras hanya menginginkan kedamaian dalam keluarganya bersama Laurent dan Alexander. Ia tak menyangka jika saat itu pun tiba. Saat-saat di mana ia harus berurusan dengan masa lalu dan cerita sebenarnya tentang sang putra. Pras diam, termenung menatap jalanan dari dalam mobil sedan mewah yang ia kendarai. Di sebelahnya, Laurent duduk sembari berbicara tentang toko pakaian yang akan ia resmikan beberapa waktu lagi. Laurent membuka toko pakaian anak-anak, ia bekerja sama dengan para desainer muda yang baru kembali setelah menempuh sekolah fashion di luar negeri. Laurent bahkan launching merek pakaiannya sendiri.  (Percakapan dalam bahasa Indonesia pada umumnya). "Pras, menerut kamu, apa kita bisa Import baju dari tanah air ke sini? Berapa lama kira-kira untuk sampai ke Zurich?" Laurent merepikan kunciran rambutnya. Ia menatap suaminya yang masih terdiam. Kerutan di keningnya menunjukan jika Pras sedang berkutat dengan pikirannya. 
Read more
Bab 48. Empat Mata
Dipikirannya, Pras hanya menginginkan kedamaian dalam keluarganya bersama Laurent dan Alexander. Ia tak menyangka jika saat itu pun tiba. Saat-saat di mana ia harus berurusan dengan masa lalu dan cerita sebenarnya tentang sang putra. Pras diam, termenung menatap jalanan dari dalam mobil sedan mewah yang ia kendarai. Di sebelahnya, Laurent duduk sembari berbicara tentang toko pakaian yang akan ia resmikan beberapa waktu lagi. Laurent membuka toko pakaian anak-anak, ia bekerja sama dengan para desainer muda yang baru kembali setelah menempuh sekolah fashion di luar negeri. Laurent bahkan launching merek pakaiannya sendiri. (Percakapan dalam bahasa Indonesia pada umumnya)."Pras, menerut kamu, apa kita bisa Import baju dari tanah air ke sini? Berapa lama kira-kira untuk sampai ke Zurich?" Laurent merepikan kunciran rambutnya. Ia menatap suaminya yang masih terdiam. Kerutan di keningnya menunjukan jika Pras sedang berkutat dengan pikirannya. "Sa
Read more
Bab 49. Kesepakatan
(Percakapan sesungguhnya dengan bahasa Inggris)Derap langkah tegap dari terdengar dari suara sepatu yang bertemu dengan lantai marmer area perkantoran itu. Dengan kedua tangan dimasukan ke saku celana bahan yang tampak licin dan juga mahal, Fausto melangkah pasti menuju ke arah lift yang akan membawanya ke kantor pemilik gedung itu. Hari itu ia sengaja merapikan penampilannya, rambut klimis, kumis tipis yang mulai tumbuh, dengan bulu-bulu halus yang juga mulai menutupi area dagunya, ia biarkan tak dirapikan, sengaja, ia ingin membuat kesal lain. Kesehariannya, Fausto tak seperti itu, ia akan lebih senang memakai celana jeans hitam, kemeja pres body atau, kaos yang di balut jaket kulit. Di belakangnya, ada tiga orang berpakaian rapi yang mengawalnya, mereka bukan orang yang Fausto ajak dari Itali, tapi Pras yang meminta anak buahnya mengawal Fausto. Dua hari lalu, setelah akhirnya ia dan Laurent membuat rencana itu, Pras menghubungi Faus
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status