All Chapters of Sayap Felysia : Chapter 11 - Chapter 20
104 Chapters
Kembali
Brian berjalan santai menuju ke arah kantin. Sesekali, ia menyapa orang yang berada di pinggir koridor. Sekarang sudah waktunya istirahat,  makanya seluruh murid diperbolehkan berada di luar kelas. Dan, sekarang Brian ingin ke kantin untuk membeli sebuah minuman untuk Felysia.Langkahnya terhenti saat ia berada di dekat toilet murid laki-laki. Ia mendengar suara kegaduhan dari dalam toilet. Dari suara yang ia dengar, ia yakin kalau salah satu orang yang ada di dalam adalah Nova Carlo.Ia melangkahkan kakinya lagi. Tetapi, langkahnya kembali terhenti, saat ia mendengarkan suara yang sudah sangat familiar di telinganya. Itu adalah suara Ardiansyah. Dari yang ia dengar, ia bisa menebak, kalau di dalam sana ada empat atau bahkan lima orang. Kalau dugaannya benar. Nova berada di dalam sana, sudah bisa dipastikan, kalau Ardiansyah sedang di-bully.Tetapi, ia tidak peduli. Lagipula, ia yakin, kalau Ardiansyah bisa melawan musuh-musuhnya tanpa bantuannya.
Read more
UKS
Ardiansyah tersenyum kecil sambil menyeka darah yang baru saja keluar dari sudut bibirnya. Pandangannya beralih menatap Brian yang sedang menyeka keringatnya. Baru saja, mereka berdua berhasil mengalahkan empat senior mereka. Bertarung secara brutal di dalam kamar mandi. Ardiansyah tidak menyangka, kalau dirinya akan bertarung dengan salah satu seniornya. Ardiansyah menatap ke arah kaca kamar mandi. Untung saja, perkelahiannya tadi tidak membuat kerusakan sedikitpun, jadi tidak akan ada barang bukti yang menunjukkan bahwa ada sebuah pertarungan. Pertarungannya tadi menyita banyak waktu. Dan, sekarang sudah hampir jam istirahat kedua. Yang berarti, mereka telah bolos tiga jam mata pelajaran. "Gimana? Mau masuk kelas atau bolos ke kantin sekalian?" tanya Brian. "Terserah," jawab Ardiansyah. "Kayaknya ke UKS dulu. Luka lo harus diobatin dulu." "Nggak perlu." Brian langsung melangkahkan kakin
Read more
Denis & Vito
Saat bel pulang sekolah, Felysia dengan cepat memasukkan seluruh buku, pensil ke dalam tas ransel miliknya. Rasanya semakin membara saat mengingat perkataan sang kekasihnya. "Ardiansyah mau jadi guru les lo. Jadi, lo harus dapat nilai bagus di pelajaran fisika." Kalimat Brian itu sangat membuat dirinya bahagia. Dengan begini, ia tidak perlu membujuk Ardiansyah lagi. Karena, laki-laki itu telah bersedia, walau kelihatannya terpaksa. Matanya beralih menatap seorang laki-laki yang duduk di samping Brian. Laki-laki itu akan adalah orang yang akan menjadi guru lesnya mulai sekarang, entah apa yang akan terjadi, tetapi ia harap semua tujuannya tercapai. Dan, ia segera bisa tau, siapa identitas pengawalnya. Ia langsung melangkahkan kakinya ke arah meja Brian, dan Ardiansyah. Di setiap langkahnya, ia terus memikirkan apa yang akan ia sampai kepada Ardiansyah yang sudah mau menjadi guru lesnya. Langkahnya terhenti. Dan, ia belum mendapatkan sat
Read more
Rumah Felysia
Ardiansyah sudah berada di depan rumah Felysia. Ia menatap rumah mewah itu dengan pandangan malas. Sudah sekitar, lima menit ia menunggu di depan gerbang. Tetapi, belum ada satu pun yang membukakan gerbang untuknya. Ia kaget, saat dari belakang ada orang yang menepuk pundaknya dengan keras. Dengan cepat, ia langsung melihat ke arah belakang. Dan, ternyata orang yang menepuk pundaknya adalah Felysia. "Nungguin lama?" tanya Felysia. "Menurut lo?" tanya Ardiansyah dengan suara yang sedikit tinggi. "Ya maaf, tadi gua beli kue sama minuman dulu," jawab Felysia. Ardiansyah mengalihkan pandangannya ke arah plastik yang sedang dibawa Felysia. Sepertinya benar, perempuan itu telat karena membelikannya minuman, dan makanan terlebih dahulu. Tetapi, sepertinya masih ada yang kurang dari perempuan itu. Dan, Ardiansyah pun langsung dapat menyadarinya. "Brian mana? Dia nggak nganterin lo sampai depan rumah?" tanya Ardiansyah.
Read more
Jangan Asal Bicara!
Ardiansyah menghelas nafas panjang. Sekarang masih jam 08.00. Tetapi, ia sudah berada di dalam ruang kepala sekolah.Ia berada di ruangan itu. Karena, dipanggil oleh Vito. Kalau Vito yang memanggilnya, ia yakin, kalau laki-laki itu akan mengancamnya lagi. Tetapi, kenapa guru itu ingin mengancamnya lagi? Bukannya, ia sudah menjalankan perintah guru itu dengan baik?Pandangannya beralih menatap seorang guru laki-laki yang memasuki ruangan kepala sekolah. Sekarang, di ruangan itu hanya ada Ardiansyah, dan guru laki-laki itu."Kenapa Anda memanggil saya?" tanya Ardiansyah sambil menatap tajam Vito."Gimana kalau kamu tebak sendiri?" tanya Vito sambil duduk di kursi yang berada di depan Ardiansyah.Sekarang, posisi Vito, dan Ardiansyah hanya terhalang oleh sebuah meja. Dan, ruangan ini kedap suara. Jadi, kalau Ardiansyah emosi, dan memukul guru itu, pasti tidak akan ada orang yang m
Read more
Nindy
Sore hari, atau lebih tepatnya pukul 15.34. Felysia sudah berada di rumahnya. Tentu saja, bersama dengan Ardiansyah. Mereka sedang duduk berdua di ruang tamu. Felysia menatap seluruh rumus yang berada di dalam buku yang diberikan Ardiansyah. Ia mencoba untuk menghafalkan sedikit demi sedikit rumus yang tertulis di sana. Sedangkan, Ardiansyah sedang memakan donat yang sudah disiapkan oleh Felysia.Rumah Felysia sekarang sedang sepi. Karena, Reno sedang ke rumah Denis. Dan, pembantunya sudah pulang dari 10 menit yang lalu. Sebenarnya masih ada satu orang lagi di rumah ini. Tetapi, orang itu sepertinya belum keluar dari kamarnya."Lo nggak akan bisa hafal semuanya dalam satu hari. Jadi, fokus aja sama beberapa rumus dulu," ucap Ardiansyah sambil mengangkat gelas yang berisi air mineral, lalu meminumnya."Iya, gua tau," ucap Felysia."Di mana dapur lo?" tanya Ardiansyah.Felysia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ardiansyah, atau lebih tepatnya
Read more
Pameran
Sang surya sudah muncul sejak 15 menit yang lalu. Sekarang, Brian sedang berada di balkon kamarnya, menikmati keindahan di pagi hari. Udara yang segar, embun, burung yang berterbangan, kehangatan sinar matahari di pagi hari, ia menikmati itu semua.Kalau biasanya, Brian akan siap-siap ke sekolah, sekarang berbeda. Karena, hari ini hari minggu, jadi ia tidak perlu berangkat ke sekolah.Tadinya, ia berencana untuk tiduran di atas kasur sepanjang hari, memakan cemilan, lalu menonton film kesukaannya. Tetapi, semua rencananya itu berantakan, saat ia membaca pesan dari Felysia. Perempuan itu memintanya ketemuan.Dengan muka malas, ia keluar dari kamar. Mengacak-acak rambutnya, berharap kalau rambutnya akan rapi walau tak ia sisir. Ia berjalan menuju ke arah garasi. Saat sudah berada di sana, ia langsung saja menaiki sebuah motor sport berwarna hitam. Tentu saja, sebelum ia berangkat, ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam, dan helm berwarna hitam. Dan, saat semuanya s
Read more
Es krim
Seorang gadis kecil mencoba untuk meraih sebuah pensil yang berada di atas narkas yang berada di ruang tamu. Sudah sekitar 5 menit, ia berusaha untuk mengambil pensil tersebut, namun tak kunjung berhasil. Ia sudah mencoba naik ke atas kursi, tetapi masih saja belum berhasil.Ia melihat ke arah jam dinding. Dan, ternyata sudah pukul 15.00. Sekarang, di rumah hanya ada dirinya dan Felysia. Ia takut untuk meminta bantuan kakaknya itu.Jadi, ia berusaha sendiri. Mau apapun hasilnya, ia tidak akan pernah menyerah.Matanya membulat sempurna, saat melihat ada sebuah tangan melewati atas kepalanya.Tangan itu sangat kekar, jadi mustahil kalau itu tangan kakaknya. Tangan itu tangan seorang lelaki. Dan, saat ia melihat ke arah belakang, ada Ardiansyah yang sedang tersenyum ke arahnya."Ini," ucap Ardiansyah sambil menyodorkan pensil yang tadi ia ambil dari atas narkas ke Nindy."Makasih," ucap Nindy sambil mengambil pensil dari tangan Ardians
Read more
Seragam Olah Raga
Felysia mengacak-acak seluruh isi tasnya. Hari ini ada mata pelajaran olahraga. Tetapi, ia lupa membawa seragam olahraga. Ia memandang jam dinding yang berada di depan kelas dan ternyata sudah jam 09.43. Yang berarti sebentar lagi mata pelajaran olahraga akan dimulai. Dan, semua murid harus sudah berada di lapangan saat itu juga.Ia memandang ke seluruh penjuru kelas. Sudah tidak ada satu orang pun di sana.Sepertinya semua orang sudah ke lapangan. Tinggal dirinya saja yang belum. Sekarang, ia hanya punya dua pilihan. Yang pertama, ia ke lapangan dengan seragam OSIS, lalu dihukum. Dan, yang kedua adalah bolos mata pelajaran olahraga.Sepertinya ia tidak akan memilih pilihan kedua. Karena, itu akan memperburuk reputasinya.Tetapi, pilihan pertama juga akan membuatnya ditertawakan semua orang yang berada di lapangan.Akhirnya, ia pasrah. Ia berjalan menuju ke arah pintu. Kali ini, ia akan memilih pilihan pertama. Ia rela ditertawakan. Asalkan reputas
Read more
Rapat
Lagi dan lagi. Denis harus berhadapan dengan Reno. Ia sudah berusaha menolak ajakan laki-laki itu untuk bertemu. Tetapi, laki-laki itu terus mengajaknya. Dan, pada akhirnya Denis mengalah.Sekarang, Denis sudah berada di kediaman Reno. Ia duduk termenung, di sofa yang berada di ruang tamu. Pandangannya beralih menatap ke arah jam dinding. Dan, ternyata sekarang sudah pukul 16.00."Felysia lagi ke rumah temennya. Jadi, kita bakal aman ngomongin hal itu di sini," ucap Reno sambil membawakan segelas kopi susu untuk Denis."Nindy?" tanya Denis."Dia lagi tidur.""Oh."Pandangan Denis menatap segelas kopi susu yang baru saja ditaruh Reno di atas meja. Ia tidak berniat untuk meminum kopi itu. Bukan karena tidak suka. Tetapi, karena sudah berencana sejak lama untuk berhenti ngopi."Kenapa? Nggak diminum?" tanya Reno."Nanti," jawab Denis."Apa yang mau kita bahas?" tanya Denis."Bentar, kita masih nunggu satu orang lagi," ja
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status