All Chapters of Unexpected Life: Chapter 21 - Chapter 30
92 Chapters
21 | Kuasa Nyonya Matilda
Franky sudah diizinkan untuk meninggalkan ruang rawat inap. Kondisinya sudah stabil. Namun pria paruh baya ini enggan beranjak dari sana. Ia berdalih ingin menemani sang putri yang masih jatuh koma. Steven membujuk sang papa mertua.“Pa, aku tahu papa terpukul dan tak mau menjarak dari Maria. Aku pun sama pa. Tapi kita bisa apa? Kita juga harus taat aturan pa.”Franky tersenyum getir, “Papa masih ingin disini Steve,” pintanya melirih.Steven menggenggam tangan Franky, “Kita pulang dulu ya pa. Ini udah sore, bentar lagi malam. Dokter tidak mengizinkan untuk berjaga di dalam. Sebaiknya papa juga istirahat dirumah. Papa baru sembuh.”Franky menggeleng, “Tapi Steve?” papa Maria terus menolak ajakan Steven.
Read more
22 | Kekasihku.....
Steven berlari tanpa melihat kiri kanan, air matanya terus berderai membasahi pipi. Ia cemas sekaligus khawatir.‘Sayang, tolong bertahanlah. Ku mohon. Bertahanlah untukku dan juga Kenzie.’Langkah Steven semakin berat. Kakinya kebas sesaat setelah memasuki lorong menuju IGD di rumah sakit Hospital City Center. Bibirnya kelu, hanya bergetar, tak mampu berucap.Steven pergi ke rumah sakit, setelah mendapatkan panggilan telepon dari seorang suster. Ia pergi bersama Franky, mengendarai mobil sportnya sendiri, tanpa supir. Pihak rumah sakit memberi kabar, bahwa kondisi Maria semakin menurun.Dua laki—laki beda generasi itu berbagi pandangan was—was. Mereka berdiri didepan kamar rawat Maria. Ruang intensif rumah sakit ini tidak ramai, karena harga yang
Read more
23 | Rumah Abadimu
Steven duduk di mobil ambulance bersama Franky juga peti jenazah Maria. Mata mereka masih mengalirkan air mata kesedihan. Kacamata hitam itu tidak mampu memanipulasi kesedihan mereka menjadi perasaan biasa.Dihadapan mereka sekarang tengah tertidur wanita cantik, anak yang cantik, kebanggaan mereka. Maria mengenakan gaun putih panjang, lengkap dengan riasan yang mempesona.Ia hanya seperti tertidur biasa. Bibirnya masih mengulas senyum tipis. Membuat Steven sulit mempercayai mimpi yang nyata ini, atau kenyataan yang diharapkannya sebagai mimpi belaka.Kepedihan sangat terasa, saat upacara pelepasan terakhir Maria. Semua anggota keluarga diberi kesempatan untuk melihat wajah Maria sebelum petinya ditutup, lalu disegel.Dimulai dari Franky, Matilda, Kenzie, mereka membubuh
Read more
24 | Tameng Yang Rapuh...
Nathan menerima seorang tamu. Mereka bertemu di apartemen pribadi Nathan. Pemilik kondominium ini sudah memakai pakaian rumah, t—shirt putih kedodoran dengan celana gombrong. Seribu persen bertolak belakang dengan pakaian formal yang membalut tubuhnya selama ini.“Masuk,” suruh Nathan tegas.Seorang laki—laki berbadan besar, tiga kali ukuran tubuh Nathan. Memakai baju hitam formal lengkap dengan jas, sepatu pantofel yang berdentum bergiliran.“Duduklah,” lagi Nathan memerintah dengan mengarahkan dagunya.“Terimakasih asisten Nathan,” jawabnya sopan sambil menghempaskan bokongnya.Nathan tetap memberi pelayanan tamu pada dia, yang status posisinya berada dibawah Nathan. Ia menyer
Read more
25 | Diburu Ancaman
Pagi ini Nathan dipanggil Matilda untuk menghadap. Setelah sarapan Nathan segera mendatangi mansion Wijaya. Seperti biasa, kedatangan Nathan akan disambut hormat oleh para pekerja. Mereka akan membungkukkan badan hingga empat puluh lima derajat ke bawah. “Dimana nyonya Matilda?” tanya Nathan pada maids. “Nyonya sudah menunggu anda di ruangannya asisten Nathan.” Ujar maid sopan. Nathan diantarkan maids menuju ruangan Matilda, “Sebentar,” sanggah Nathan menghentikan langkah. “Ya, asisten Nathan?” sahut maid heran. “Bagaimana keadaan tuan Steven juga tuan Franky?” tanya Nathan risau. “Masih terpukul asisten Nathan. Nyonya Matilda juga, namun nyonya memaksakan diri agar tuan mud
Read more
26 | Si Tua Yang Keras Kepala
“Ini tidak cukup asisten Nathan,” bantah Hunter sembari memegangi sketsa wajah wanita asing. Orang terakhir yang berkomunikasi dengan mendiang Maria.“Saya tahu.” Tikam Nathan menatap lurus. Entah apa yang dibayangi sekarang.Hunter menghela nafasnya. Ia ambil bir kaleng yang disediakan Nathan diatas meja pada ruang tamu. Mereka sekarang berada didalam kondominium milik Nathan. Setelah mendatangi lokasi kejadian, mereka kelelahan. Seluruh energi mereka tersedot, terutama Nathan. Ia kewalahan dalam mengontrol emosionalnya.“Apa kau yakin, kalau mereka bisa menemukan topik pembicaraan antara Maria dengan wajah ini?” celetuk Nathan.“Tidak. Saya rasa kemungkinannya kecil. Kita tidak tahu mereka bekerja sama dengan siapa. Kita saja b
Read more
27 | Halu Membawa Petaka
“Kau bukan Tuhan Franky Santoso!” tutur Matilda pelan namun membuat bahu ketat itu melonggar......“Kamu, saya, bahkan Steven, suami Maria sekalipun tidak mampu untuk menahannya. Kita sebagai orang tua sudah tidak punya kendali apa—apa dalam hidup anak kita, sejak ia telah memilih jalannya sendiri.”Franky terhempas kuat oleh egonya yang sudah dikalahkan Matilda. Ia tersadar, bahwa ia tidak punya hak untuk marah pada takdir buruk ini.“Sekarang terserah padamu.” Ucap Matilda lagi.Ibu ini duduk kembali di kursi semula. Ia mengambil peralatan makan yang sudah ditata maids tadi. Ia memotong steak daging yang sudah dihangatkan lagi oleh maids.
Read more
28 | Mengulas Alibi
Nathan berhamburan dari mobilnya. Ia berlari tanpa menutup pintu mobilnya. Ia menyusuri lorong kediaman Wijaya. Setelah mendapat kabar dari maid soal Steven, ia segera pergi meninggalkan pekerjaan kantor.“Asisten Nathan,” salam maid menyambut kedatangan Nathan.Hhuh...Hhuh...Gglek...“Tuan Steven. Beliau dimana?” tanya Nathan setelah deru nafasnya sudah tenang.“Semuanya sedang berada di kamar utama, asisten Nathan.” Papar maid pada Nathan.“Apa dokter sudah datang?” sambung Nathan menyelidik.“Sudah. Dan dokter juga sudah pulang sete
Read more
29 | Ada Anak, Ada Ibu!
“Nathan, kenapa Maria bisa melahirkan lebih dulu? Apa Maria sakit saat itu? Tolong kasih tau saya!”Yang dipanggil gelagapan.Akankah Nathan jujur pada Steven? Atau ia akan mengeluarkan alibi agar Steven tetap tenang?!..........“Permisi,” interupsi dari maid lainnya.Mereka berbarengan menatap ke maid. Yang ditatap meneguk salivanya, was—was.“Dokter Lukman sudah datang,” timpalnya memberitahu.“Antar kemari,” suruh Nathan cepat.Maid itu permisi, lalu menghubungi rekannya dengan jaringan
Read more
30 | Pemotretan Jadul
Steven beserta anggota keluarga Wijaya menyambangi rumah sakit hospital city center. Sebelum pukul 9 pagi, mereka sudah sampai di lokasi. Nathan ikut mengantar serta mendampinginya.“Selamat pagi pak Steven. Saya ditugas oleh dokter Lukman untuk membantu bapak dalam menjalani ct scan. Mari ikuti saya, pak Steven perlu berganti baju.” Ajak seorang perawat laki—laki.Perawat menggiring Steven bersamanya, menuju ruang ganti baju. Steven harus mengenakan baju pasien yang berwarna biru khas aroma obat.Dokter Lukman menemui keluarga Wijaya. Mereka saling berjabat tangan, melempar senyuman. Matilda mencengkram kuat tangan Lukman, membangun eye contact intens.“Dokter Lukman, tolong bantu anak saya.” Ujar Matilda dengan tetap menjabat tangan Lukman
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status