All Chapters of Andai Semua Berbeda: Chapter 201 - Chapter 210
237 Chapters
200. Kejutan Saat Mission Trip
Fernan melepas pelukannya dan memandang Fea dengan wajah sedikit melow. "Bu guru bilang, mau pergi mission trip," kata bocah itu. "Oya? Kenapa kamu tidak semangat?" tanya Fea. "Katanya di sana ada teman yang ga punya mama dan papa. Mereka tinggal di rumah besar dirawat orang lain. Kasihan, Mama." Fernan menjawab dengan polosnya. "Ah, kalian akan ke panti asuhan?" tanya Fea lagi. Arfen yang ada di sebelah Fernan menyahut, "Iya. Kita akan kumpulin barang untuk mereka, biar ada alat sekolah dan pakaian, juga dapat makanan." "Oke, nanti kita siapkan. Sekarang, kita pulang, ya?" Fea berdiri, menggandeng kedua kembarnya di kiri dan kanan. Masuk ke dalam mobil, Fea langsung cek catatan dari sekolah. Ada surat pemberitahuan untuk kegiatan Mission Trip yang akan dilangsungkan minggu berikutnya. Menarik juga. Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk bisa melihat sekelling, pada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan dari mereka yang leb
Read more
201. Pertemuan Tak Terkirakan
Fea makin menajamkan pandangan pada Ibu Tinah. Ingatan Fea dengan cepat melaju pada beberapa tahun lalu, saat dia masih remaja, di rumah besar, ketika neneknya masih ada. Ya, tidak salah lagi, Fea ingat Ibu Tinah.Wajah wanita itu memang terlihat lebih umur, tetapi guratan senyumnya Fea masih kenal. Fea tidak menyangka dia bisa bertemu dengan Ibu Tinah di panti ini. Ibu Tinah dan keluarganya meninggalkan rumah besar, saat Fea masih duduk di bangku SMP. Setelah itu tidak pernah ada lagi kabar dari Ibu Tinah maupun keluarganya."Baiklah, Anak-anak semua! Kita akan segera mulai acara kita, ya??" Ibu pimpinan membuyarkan lamunan Fea. Fea kembali mengikuti acara yang dipimpin oleh salah satu guru."Semua senang hari ini!?" Dengan senyum ceria dan semangat, guru muda dengan wajah lumayan cantik itu berdiri di depan semua anak yang hadir."Senang, Bu!!" Suara riuh menyambut sapaan ibu guru itu."Oke, semua sekarang berdiri! Coba tangan di pinggang!" 
Read more
202. Teman Selamanya
Senyum kecut muncul di wajah Bu Tinah. Melihat itu, Fea merasa tidak nyaman untuk meneruskan pembicaraan."Bu, maaf, kalau Ibu rasa ...""Tidak apa-apa, Fea. Semua sudah terjadi. Meskipun disesali, tidak mungkin diulang." Bu Tinah menjawab, memotong perkataan Fea. "Kami keluar dari rumah besar dan tinggal di kontrakan kecil. Kupikir suamiku akan bertobat dan menyesali kesalahannya."Fea menatap Bu Tinah. Kalimat yang dia katakan seolah membuka kisah yang lebih pilu. "Dia mencoba mencari kerja ke sana sini, hanya bertahan beberapa waktu, selalu saja dipecat. Sebab kebiasaan minum dan berjudinya sulit dia lepaskan. Aku juga tidak habis pikir, bagaimana bisa dia begitu terikat dengan dua hal bodoh itu. Sejak kenal dia tidak pernah aku melihat dia bersikap buruk. Tapi ternyata ..."Tatapan Bu Tinah kembali sedih. "... dia tak berdaya, tahu dia salah, tetapi tak mampu menjauh dari kebiasaan buruknya. Sedang aku tidak bisa kerja penuh seperti saat
Read more
203. Kisah yang Berlanjut
Fea yang baru muncul tahu mengapa Arnon cukup kaget dengan ucapan Fernan. Dia tersenyum dan menghampiri suaminya."Ada kisah serunya, Ar. Tanya saja dua kembar kita." "Oya?" Arnon menoleh pada Fea.Fea bergeser menyambut Sherlita dan Robby. Memeluk mereka dengan hangat, penuh kelegaan. Yang lalu, terakhir kali mereka bertemu Robby dan Sherlita sedang bersitegang karena keusilan wanita yang terobsesi dengan Robby. Hampir saja pernikahan mereka buyar. Melihat keduanya kembali mesra, hati Fea terasa sejuk."Bagus kalian datang pas mau makan malam. Yuk, sekalian. Sambil ngobrol, sambil kangen-kangenan." Fea mengajak mereka ke ruang makan.Suasana meriah berlanjut di meja makan. Apalagi Arnella dan Ardiansyah ikut bergabung dengan mereka. Cerita ini dan itu membuat kegembiraan lengkap. Termasuk cerita si kembar tentang teman-temannya di panti. Mereka punya teman baru yang menyenangkan dan akan jadi teman selamanya.Arnon seolah-olah dibawa
Read more
204. Mengulik Cerita yang Lalu
Fea tidak bisa menahan keinginan Wati untuk ikut menemui Bu Tinah di panti. Fea tetap minta Wati tidak bicara apa-apa lebih dulu tentang pertemuan dengan Bu Tinah selama di rumah. Mereka akan pergi ke panti sepulang Sherlita dan Robby dari bulan madu kedua mereka.Sementara menunggu waktu itu, Fea berkomunikasi dengan Bu Tinah. Dia bicara tentang hal-hal biasa, kabar, kegiatan, dan soal-soal umumnya hari-hari yang yang mereka lalui. Juga Fea menanyakan Danar. Dan benar, Danar memant anak kedua Bu Tinah, yang ditinggal pergi suaminya saat dalam kandungan."Dia senang sekali bisa berkenalan dengan anak kamu, Fea. Danar bilang anak-anak kamu lucu seperti boneka. Kalau dia punya adik pingin seperti itu. Aku tertawa saja mendengar Danar cerita tentang anak-anak kamu." Itu yang Bu Tinah ucapkan saat bertelpon dengan Fea."Iya, Bu. Siapa yang menduga kan, anak-anak kita bisa berteman," kata Fea. "Oya, Bu, kalau di panti apa yang paling diperlukan selain kebutuhan sehar
Read more
205. Setiap Badai Akan Berlalu
Panti masih ramai dengan suara anak-anak bermain. Si kembar tampak senang di antara anak-anka itu. Bahkan Robby, Sherlita, dan Arnon tidak canggung ikut bermain dengan mereka. Sedangkan Fea, Wati, dan Tinah, duduk di taman samping melanjutkan kisah lama yang belum tuntas dikupas. "Setelah suamiku meninggal, aku kacau. Aku bingung dan panik. Dengan anak masih bocah, lalu bayi dalam kandungan, aku tidak tahu harus berbuat apa. Di tengah keputusasaan aku tidak sengaja bertemu Bu Liani, pimpinan panti ini. Saat itu aku sedang memeriksakan kandungan, yang terakhir kali menurut pikiranku. "Bu Liani begitu baik dan ramah. Tanpa sengaja saja kami berbincang, bercerita, hingga dia mengetahui keadaanku. Dia dengan tangan terbuka mengajak aku ke sini. Aku boleh bekerja di sini, tinggal selama kapanpun aku mau." Air mata menitik di ujung mata Tinah. "Tuhan tak pernah terlambat memberi pertolongan, meskipun tampaknya sangat lambat." Wati menyahut. "Mbak Wati benar
Read more
206. Membaca Situasi
Arnon dan Fea tersenyum lebar. Kedua kembar mereka terlalu senang karena punya teman baru dari panti. Teman-teman di sekolah seperti jadi kurang berarti saja bagi mereka. Fea maklum sekali, karena si kembar memang tidak punya teman selain yang dikenal di sekolah atau beberapa teman dari anak-anak relasi Arnon dan Fea. Karena itu saat punya teman baru dengan lingkungan berbeda pasti sesuatu yang istimewa buat mereka."Baiklah, baiklah. Nanti kita atur, ya? Kalian mau buat acara bagaimana? Biar Papa dan Mama siapkan." Arnon mengiyakan saja keinginan Arfen."Papa, pesta es krim. Pasti seru," ujar Fernan. "Sama ... mandi bola ..."Orang-orang dewasa di sekitar dua kembar itu senyum-senyum. Mereka mendengarkan saja mereka mengungkapkan apa yang muncul di pikiran mereka. Bagus buat mereka, berimajinasi dan mengembangkan daya pikir mereka.Usai makan malam, Sherlita dan Robby pamit kembali ke hotel. Mereka akan pulang keesokan harinya lalu menyiapkan semua berka
Read more
207. Sirkus di Rumah Besar
Fea mengubah panggilan suara ke video. Dia ingin melihat wajah Sherlita dan memastikan yang dia pikirkan tentang kendala soal adopsi dari panti itu benar."Apa yang masih belum beres?" tanya Fea."Sebenarnya tidak ada yang terlalu rumit. Pengacaraku sudah mengurus semuanya. Dia bilang semua aman saja. Tapi, ternyata masih perlu masa percobaan untuk aku dianggap layak jadi mama Davis. Setidaknya empat bulan. Lalu dipantau lagi perkembangan dia sampai enam bulan. Beneran diserahkan kalau udah dua tahun. Kesal nggak, sih?" Sherlita sedikit menggerutu karena aturan yang dia terima mengenai proses pengadopsian anak."Oh, sampai begitu?" Fea juga tidak mengira ternyata butuh waktu lama baru si anak bisa sepenuhnya jadi tanggung jawab orang tua yang mengadopsi."Serius. Apa mungkin kami main-main pingin merawat anak? Ga sabar aku, Fea." Sherlita masih belum lega."Bukannya dulu, Om Lukman dan Tante Lovi juga sama, ya? Waktu kamu mereka bawa pulang?" Fea m
Read more
208. Nyonya Masih Ingat Saya?
"Pak Rahmat! Samir!" Suara keras Arnon menggelegar ke seluruh ruangan di rumah besar itu.Samir dan Rahmat tergopoh-gopoh datang menemui Arnon."Ya, Tuan Muda!" sahut keduanya sambil berdiri berjajar di depan Arnon."Segera urus dengan sekuriti. aku tidak mau sampai pers akan mengganggu para tamu. Sudah paham yang aku maksudkan?" Arnon tidak mau berpanjang lidah."Siap, Boss! Kalau macam-macam, mereka dituntut, kan?" Samir langsung menimpali cepat."Ya. Kalau sampai berita miring yang muncul, aku ga tanggung-tanggung kejar mereka. Itu pasti," jelas Arnon. "Sekarang silakan diurus, aku mau mandi. Gerah banget rasanya.""Siap, Boss!" Kedua pria itu mengangkat tangan memberi hormat.Arnon berbalik dan melangkah cepat menuju ke lantai atas, ke kamarnya."Siapa yang bikin ulah, siapa yang repot." Samir menggerutu."Orang punya duit itu bebas. Ga usah ngiri. Ntra kalau kamu udah kaya, bikin juga yang lebih seru. Buat hutan saa
Read more
209. Giliran Fea Dapat Kejutan
"Nyonya, kapan saja, bisa hubungi saya. Atau, jika Nyonya tidak keberatan, saya bisa kontak, ya?" Herni yang masih di tempatnya mengulurkan tangan, bersalaman dengan Fea dan Sherlita."Tentu, Bu. Silakan saja." Sherlita mengangguk sambil tersenyum."Eh, kalau ada rekan atau keluarga mungkin ingin mengadopsi anak ..." Herni sedikit ragu mengutarakan kata-katanya."Oh, ya ... nanti juga kami hubungi." Dengan cepat Sherlita menjawab."Baik, saya permisi. Terima kasih." Herni berbalik dan menyusul segera ke dalam mobil.Fea dan Sherlita melambai hingga kendaraan yang mengantar rombongan itu meninggalkan halaman rumah besar. Arnon dan Robby sudah mengarahkan langkah balik ke dalam rumah. "Davis sudah tidur?" tanya Fea."Yup. Dan si kembar tidak mau pergi. Mereka menungggui Davis yang terlelap. Beneran mereka pingin adik, Fea." Sherlita menggoda Fea. "Ah, mulai lagi," sahut Fea dengan senyum tersungging di bibirnya.
Read more
PREV
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status