205. Setiap Badai Akan Berlalu
Panti masih ramai dengan suara anak-anak bermain. Si kembar tampak senang di antara anak-anka itu. Bahkan Robby, Sherlita, dan Arnon tidak canggung ikut bermain dengan mereka. Sedangkan Fea, Wati, dan Tinah, duduk di taman samping melanjutkan kisah lama yang belum tuntas dikupas. "Setelah suamiku meninggal, aku kacau. Aku bingung dan panik. Dengan anak masih bocah, lalu bayi dalam kandungan, aku tidak tahu harus berbuat apa. Di tengah keputusasaan aku tidak sengaja bertemu Bu Liani, pimpinan panti ini. Saat itu aku sedang memeriksakan kandungan, yang terakhir kali menurut pikiranku. "Bu Liani begitu baik dan ramah. Tanpa sengaja saja kami berbincang, bercerita, hingga dia mengetahui keadaanku. Dia dengan tangan terbuka mengajak aku ke sini. Aku boleh bekerja di sini, tinggal selama kapanpun aku mau." Air mata menitik di ujung mata Tinah. "Tuhan tak pernah terlambat memberi pertolongan, meskipun tampaknya sangat lambat." Wati menyahut. "Mbak Wati benar
Read more