Semua Bab Penantian seorang istri: Bab 31 - Bab 40
42 Bab
31.
Semakin hari, Tala dan Lana semakin terlihat harmonis saja. Kecanggungan diantara mereka pun perlahan berangsur berkurang. Hanya ada sedikit kegugupan saja yang kadang-kadang masih menghinggapi mereka.Perkataan Lista tempo hari terus terngiang-ngiang di kepala Lana. Bayangan ketakutan akan ucapan Lista pun seakan merasukinya. Tentang, bagaimana jika benar kalau Tala hanya mempermainkannya? Apakah benar hanya memanfaatkannya, lalu setelah itu Tala akan kembali pada Sally?Seketika pemikiran buruk seperti itu pun timbul dalam benak Lana yang terus bertanya-tanya sendiri. Meskipun ia kerap kali berusaha untuk mempercayai ucapan dan perubahan sikap Tala.Lana menoleh sebentar ketika merasakan sebuah tepukan pelan di pundaknya. "Eh, Mas?!" pekiknya tersentak kaget."Kamu lagi masak makan malam apa?" tanya Tala terlihat antusias. Sedikit menelengkan kepalanya agar bisa melihat ke arah wajan."Wah! K
Baca selengkapnya
32.
Pipi Lana terasa panas ketika membaca satu pesan chat masuk dari suaminya. Bagaimana tidak, pasalnya di dalam pesan chat yang Tala kirimkan itu sedikit ... errr."Nanti malam aku ingin pelayanan yang hebat darimu, Lana. Agar dirimu tak lagi merasa tidak becus dalam mengurusiku dan melayaniku. ❤️" ucap Lana kembali membaca ulang isi pesan chat tersebut. Pipinya bersemu merah melihat emoji hati yang terpampang nyata di layar ponselnya.Emoji itu Tala tambahkan di akhir kalimat isi pesan chatnya. Hanya seperti itu saja sudah kembali membuat Lana merasa melambung selain kata sayang yang sering di ucapkan Tala secara langsung.Astaga! Lana baru ingat jika Tala membahas secara vulgar perihal pembahasan tentang isi pesan chatnya tadi siang. Ya ampun! Lana rasanya sangat malu sekali dan juga ... gugup. Sejak tadi juga Lana belum berani membalas chat Tala, ia hanya terus dan terus membaca ulang pesan chat itu.
Baca selengkapnya
33.
Hari-hari berlalu begitu cepat, ini memasuki minggu kedua babak baru kehidupan rumah tangga Lana dan Tala. Setelah malam itu, hubungan keduanya semakin sangat mesra dan lengket. Bagaikan lem perekat, keduanya seolah tak ingin terpisah walau hanya sedetik saja.Baik Tala maupun Lana bahkan tak malu-malu lagi untuk mengungkapkan keinginan mereka ketika hasrat dengan pesat menguasai diri keduanya. Nyaris hampir setiap hari mereka rutin melakukan kegiatan panas itu. Tetapi, tiga hari ini Tala dibuat frustasi karena Lana yang kedatangan tamu bulanannya."Sayang, apakah masih lama?" tanya Tala di suatu malam ketika mereka tengah menyantap hidangan makan malam.Lana mengernyit bingung dengan pertanyaan ambigu Tala. "Masih lama apanya?""Itu, tamu bulanan kamu.""Masih." sahut Lana singkat dan terkesan cuek.Sedangkan Tala tampak frustasi berat, berulang kali pria itu menghembuskan nafa
Baca selengkapnya
34.
Ting tong....Bunyi bel rumah terdengar nyaring ketika Tala dan Lana tengah menikmati sarapan. Keduanya saling bertatapan, seolah dalam tatapan mereka saling melempar tanya 'siapa tamu yang datang sepagi ini.'"Biar aku saja yang buka, Mas." kata Lana bangkit berdiri dan segera melangkah untuk membukakan pintu buat sang tamu tersebut.Tubuh Lana menegang kaku dengan tatapan horor saat pintu terbuka dan melihat siapa tamu yang datang tersebut ternyata ...."Hai, Tala ada di rumah?" sapa Sally seadanya dan tanpa merasa malu langsung menanyakan keberadaan Tala.Lana melongo tak percaya mendengarnya, wanita di depannya ini sungguh tak tau malu sekali datang ke rumah ini hanya untuk menanyakan suaminya."Hei, ada gak sih Tala di rumah?" tanya Sally lagi merasa kesal karena Lana hanya diam dan terkesan tak mengacuhkannya."Ada apa ya memangnya cari suami saya?" Lana be
Baca selengkapnya
35.
"Lana, tunggu!" jerit Tala yang telah berhasil mengejar Lana dan kini mencengkeram pergelangan tangannya."Kamu jangan langsung ambil kesimpulan secara mendadak begini dong!" lanjut Tala tak suka akan tindakan Lana yang marah dan ingin pergi dari rumah ini.Lana menyentak tangan Tala kuat dan terlepas. "Mengambil kesimpulan secara mendadak Mas bilang?" Lana tersenyum geli mendengarnya, "Mas ini sadar gak sih? Bahwa Mas udah bikin aku kecewa untuk yang kedua kalinya!""Dan, wow! Hebat ya Mas bisa sampai bikin Sally hamil." Lana bertepuk tangan pelan. "Aku salut sama kalian berdua, terima kasih Mas."Lana kembali melangkah melewati Tala yang hanya dapat terdiam di tempatnya. Ia bingung kenapa semuanya tiba-tiba jadi kayak gini."Lana, aku bisa jelasin semuanya!" jerit Tala kembali berusaha mengejar Lana yang kini tengah memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper."Stop, Lan!" Tala
Baca selengkapnya
36.
Lista menggeram kesal dengan wajah memerah, sejak tadi ia sudah berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak. Namun, sial! Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak marah setelah mendengar penjelasan Lana hingga sampai terdampar balik ke rumahnya lagi."Berengsek!" kata-kata itu terus keluar dari mulut Lista tiada henti.Brakkk!Javis bergidik ngerih melihat Lista yang marah, kini meja makan di jadikan wanita itu sebagai pelampiasan dari kemarahannya."Benar kan yang aku bilang, Lan? Ini nih yang aku takutin ketika kamu bilang ingin percaya pada kata-kata Tala. Dan, memulai semuanya dari awal kembali untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Omong kosong!" kata Lista yang tak bisa menahan kebenciannya pada Tala.Pria yang katanya ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tapi apa? Nyatanya pria itu malah kembali menyakiti sahabatnya, Lana."Seharusnya kam—""
Baca selengkapnya
37.
Javis bergegas membuka pintu ketika terdengar berulang kali suara bel rumah yang terus berbunyi.Klek!Javis terkejut menatap seseorang yang datang ke rumahnya malam-malam begini. Begitupun orang tersebut yang juga sama terkejutnya saat melihat sosok Javis.Tala? batin Javis syok.Pastilah pria ini datang mencari Lana. Huh, sungguh dugaan yang tepat dan akurat."Kamu... bukannya pria yang waktu itu ada di club kan?" tebak Tala yang masih mengingat kejadian di club dulu. "Yang bermesraan dengan istri saya. Kamu kekasihnya Lana, bukan?"Buru-buru Javis menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan! Tala—""Loh, kamu tau nama saya?" sela Tala kaget ketika namanya disebut.Javis merasa pusing dan bingung ingin mulai bicara dan menjelaskannya dari mana."Siapa yang datang Jav?!" jerit Lista disusul suara langkah kaki mendekat.
Baca selengkapnya
38.
Dengan lembut dan penuh kehati-hatian Lista menyelimuti tubuh Lana yang baru tertidur setelah tadi tergugu menangisi Tala. Ia sentuh dan belai kepala serta rambut Lana dengan sangat lembut, seperti sentuhan seorang ibu kepada anaknya.Jujur, Lista sangat sedih dan menyayangkan nasib Lana. Dalam hati Lista berdoa semoga saja hal baik datang dalam hidup sahabatnya. Dan semoga apapun masalah yang saat ini tengah Lana hadapi cepat selesai."Apa?!" tanya Lista ketus saat ia melirik Javis yang ternyata tengah menatapnya intens.Javis menggeleng, "gak ada apa-apa.""Beneran gak ada apa-apa?" Javis mengangguk."Tapi kok wajah kamu terlihat kayak lagi banyak pikiran gitu?" goda Lista terkikik geli melihat wajah frustasi Javis.Javis menelan ludah dan menggigit bibirnya pelan. Merasa takut ingin mengungkapkan sesuatu yang ingin dia sampaikan pada Lista."Kenapa, sih?!" tan
Baca selengkapnya
39.
Setelah berjuang susah payah meyakinkan Lista untuk menyetujui kesepakatan mereka. Akhirnya disinilah Javis, mengadakan janjian pertemuan dengan Tala di tempat ini.Cafe yang terletak di pusat kota sepertinya cocok untuk pertemuan kali ini. Sekitar lima belas menitan sudah Javis berada di sana menunggu kehadiran Tala sembari menikmati minumannya. Ice cappucino masih tetap yang menjadi favoritnya.Dan ternyata menunggu masihlah tetap menjadi sesuatu yang membuat jenuh sekaligus bosan. Untuk menghilangkan kebosanannya Javis memilih sibuk dengan ponselnya.Javis melakukan panggilan suara ke nomor Lista yang sudah lama ia beri nama my wife. Mungkin terlihat gila, karena belum menikah tapi sudah berani memberi nama itu.Tapi bagi Javis gak masalah. Lagian apalah arti sebuah nama yang ia berikan untuk sebuah nomor ponsel. Javis bahkan tak menghiraukan protesan Lista yan
Baca selengkapnya
40.
"Javis, kenapa kamu bawa dia kesini?" tanya Lana histeris."Lana, aku-""Enggak, pergi kamu!" sergah Lana memotong ucapan Tala yang melangkah mendekatinya."Sayang, tolong dengerin aku dulu.""Enggak! Aku gak mau, jadi tolong kamu pergi Mas!""Gak bisa. Aku gak akan pergi, karena aku gak bisa hidup tanpa kamu. Sebab tujuanku kemari ya karena aku mau jemput kamu.""Mimpi aja kamu! Sampai kapanpun aku gak akan mau ikut kamu. Dasar berengsek! Pembohong ulung, aku benci sama kamu!" tukas Lana membuat Tala sedih dan merana mendengarnya. Apalagi kalimat terakhir yang Lana katakan, sungguh membuat tubuh Tala seakan mati rasa."Lana, tolong jangan egois. Izinkan kami masuk lebih dulu, karena ada sesuatu hal penting yang ingin kami katakan padamu." kata Javis merasa iba melihat Tala."Sesuatu hal penting apa?" tanya Lana terlihat penasaran.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status