Penantian seorang istri

Penantian seorang istri

By:  Ade Tiwi  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings
42Chapters
16.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kisah seorang istri yang selalu sabar menghadapi sikap dingin tak tersentuh suaminya, dan berusaha membuat kata cinta hadir di dalam rumah tangga mereka. Akankah sang istri berhasil menaklukkan hati suaminya? atau dia justru kalah dan menyerah?

View More
Penantian seorang istri Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-02-06 01:05:46
0
user avatar
Skavivi
semangat kak.
2021-09-15 10:01:32
1
user avatar
Yunique Djafar
ini rajin up apa ngga?
2021-08-30 09:00:36
1
default avatar
Terecia Johanis
Cerita menarik dan bagus sekali
2021-08-04 22:17:38
1
user avatar
D_Van
keren bingitss
2021-06-09 22:49:34
1
user avatar
Anggraeni
kasihan banget😞
2021-05-21 14:02:10
1
user avatar
Ajis
Cerita nya sangat bagus dan seru 🥰🥰😍😍
2021-05-18 02:27:20
1
user avatar
Ajis
Bagus cerita nya😍😍
2021-05-18 02:25:07
1
42 Chapters
1.
Jika ditanya, apa impian terbesarku? maka aku akan menjawab sederhana. Menikah dengan pria yang aku cintai dan mencintaiku, serta menjadi seorang istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anakku kelak.Hmm, simple kan? tetapi, kenapa Tuhan tak urung mengabulkan keinginanku walaupun aku sering berdoa yang terbaik untukku.Apakah sang maha kuasa marah dan murka padaku yang mengeluh? impian dan kenyataan justru berbanding terbalik, aku memang menikah namun bukan dengan pria yang aku cintai dan diapun juga tak mencintaiku. malahan dia membenciku dan tega mengatakan bahwa pernikahan ini adalah kesialan untuknya.Tak hanya itu, tatapan benci dan jijik selalu ia berikan setiap kali melihatku seakan-akan aku ini kotoran yang tak enak di pandang.Aku lelah dan juga sakit hati, tentu saja. Pernikahan yang aku impikan lenyap tak bersisa tetapi aku tetap ingin mempertahankan pernikahan ini. Apakah salah bila seorang istri berusa
Read more
2.
Atala pov.Ada yang berbeda hari ini, tak seperti biasanya setiap saat pasti aku akan merasa selalu terganggu dengan suara wanita yang terus bicara dan bertanya ini-itu. Tetapi, pagi ini setelah pulang dari club malam aku bahkan belum melihat sosok wanita itu.Ada sedikit gerangan dalam benakku bertanya-tanya, dimana Lanaya saat ini? Apakah masih di kamarnya?Ya, kami memang tidur terpisah. Sejak menikah dan pindah ke rumah ini aku sudah memutuskan bahwa kami akan tidur di kamar yang berbeda. Awalnya Lanaya menolak dengan menggunakan alasan licik bahwa kami sudah sah dan tak seharusnya tidur terpisah.Ku akui memang seharusnya tak boleh seperti itu, tapi mau bagaimana lagi jika aku sama sekali tak tertarik dengan pernikahan ini. Tak ada yang aku harapkan dari pernikahan yang dilandasi perjodohan ini. Tak ada cinta, tak ada ketertarikan dan masih banyak yang lainnya.Aku
Read more
3.
Pagi-pagi, tahan emosi YESS! 😂 ******Hampir seminggu ini aku terus menghindar dari mas Tala, menghilang dari pandangan pria itu.Dengan tujuan dan pengharapan pria yang telah menjadi suamiku itu merasa kehilangan dan mencari keberadaanku.Namun rasanya nihil melihat mas Tala tak urung mendatangi kamarku walaupun hanya sekadar untuk mengetuk pintunya saja. Tersenyum meringis ketika aku mendengar deru mesin suara mobil mas Tala. Lagi, untuk kesekian kalinya malam ini mas Tala kembali pergi, aku mengintip dari balik jendela kamar dan menatap kepergian mas Tala dalam diam.Aku marah, kecewa, sedih dan juga cemburu atas apa yang mas Tala lakukan selama ini. Tetapi aku tidak bisa mengungkapkannya. Tidak, bukannya tidak bisa, hanya saja aku sadar diri bahwa keluhanku juga pasti tidak akan di dengarkan mas Tala. Justru pria itu malah senang melihatku terluka dan bersedih.
Read more
4.
Aku menatap lesu Lista yang datang bertamu disaat yang tak tepat. Aku sedikit kehilangan semangat setelah membaca isi singkat tulisan tangan mas Tala di secarik kertas tadi. Aku tidak ingin Lista mengetahui raut wajah sedihku. Mencoba berusaha tegar aku memaksakan senyum untuk sahabatku ini. "Jangan membohongiku, Lana." kata Lista menatapku kesal. "Ah, aku ketahuan," sahutku masih dengan senyuman yang menghiasi wajahku. "Kau tidak bisa membohongiku, Lan. Kita sudah bersahabat sejak lama, jelas diantara kita berdua tak ada yang bisa berbohong satu sama lain." aku mengangguk seraya mengigit bibir bawahku pelan."Jadi, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Lista terlihat sedikit menuntut jawaban. Aku menarik nafas sesaat seraya menggelengkan kepala, "tidak ada yang terjadi, Lis. Semuanya baik-baik saja.""Lana!" tegur Lista memanggil namaku, "sudah ku katakan bahwa kau tidak bisa membohongiku.""
Read more
5.
Pagi ini aku bangun seperti biasa, setelah mandi aku langsung berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Bedanya dimulai hari ini aku hanya membuat sarapan untuk diriku sendiri.Sedikit memekik saat membuka lemari pendingin aku baru sadar kalau isi di dalamnya sudah ludes tak bersisa. Ah iya, aku dan Lista sudah menghabiskannya kemarin.Bingung ingin sarapan apa akhirnya aku memutuskan untuk membuat mie goreng saja, kebetulan masih ada stok beberapa bungkus mie instan yang aku beli minggu lalu. Cukup butuh waktu beberapa menit saja untuk mengolah mie goreng dan selesai.Menaruhnya ke dalam piring dan langsung saja untuk mengeksekusinya, biar lebih mantap aku juga membuat kopi susu panas untuk teman makan mie.Saat asyiknya menikmati sarapan aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Sedikit mendengkus aku mencoba untuk mengabaikannya, itu pasti mas Tala."Sedang apa kau disini?" pertanyaan lantan
Read more
6.
Aku segera menepiskan cekalan tangan mas Tala. "Apa, Mas? Mama dan Papa mau datang menginap disini?""Ya, dan mereka sudah dijalan menuju kemarin." sahut mas Tala, "aku syok mendengarnya saat Papa menghubungiku. Karena itulah aku pulang cepat untuk langsung mengatakannya padamu.""Kemana saja kau ini sebenarnya, huh? Nomor ponsel tidak aktif, apa kau tidak tahu betapa paniknya aku hanya untuk menyampaikan berita tentang ini?" ucap mas Tala berang.Aku terperangah mendengarnya, mas Tala panik tapi bukan padaku melainkan karena tak bisa menyampaikan pesan jika orang tuanya akan datang menginap di rumah kami."Maaf, ponselku mati Mas. Kehabisan baterainya sepertinya," tukasku menjelaskan agar mas Tala tak salah paham.Mas Tala mengibaskan sebelah tangannya, "lupakan. Itu tidak penting sekarang ini, yang terpenting saat ini adalah kita harus membereskan semua kekacauan yang terjadi."
Read more
7.
Niat hati ini ingin egois namun kenyataannya aku tidak bisa, bagaimanapun juga aku menyayangi mertuaku. Aku sudah menganggap mereka seperti orang tuaku sendiri, ya tentu saja.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewat dua puluh menit ketika mertuaku sampai di rumah. Aku dan mas Tala menyambut mereka dengan suka cita.Setelah menyalami dan memeluk mama dan papa, aku mengajak mereka untuk segera masuk ke dalam."Waah, rumah kalian nyaman banget nak." ucap mama yang saat ini sebelah tangannya tengah memeluk  pinggangku dari samping. Kami berjalan beriringan dengan mama di sampingku, dan papa di samping mas Tala."Iya, benar kata Mama. Nyaman," sambung papa menimpali.Aku tersenyum mendengarnya dan sedikit tertegun saat mataku tak sengaja melihat mas Tala juga ikut tersenyum. Astaga, baru kali ini aku melihatnya tersenyum dan tampak sangat tulus. Hmm, sepertinya."Mama
Read more
8.
Pagi ini kami semua sarapan lewat delivery online lagi. Mas Tala memesankan nasi uduk paling enak langganannya yang sering dia santap tiap pagi. Aku hampir cemas setengah mati saat mas Tala mengatakan itu dengan entengnya, syukurlah mama dan papa tidak mempertanyakan kata 'langganan' yang diucapkan mas Tala tadi.Dan rencananya siang ini mas Tala ingin mengajakku berbelanja bahan makanan untuk stok persediaan di lemari pendingin kami yang saat ini kosong melompong.Setelah pamit pada mama dan papa, kami langsung memutuskan pergi. Butuh waktu cukup lama untuk sampai di pusat perbelanjaan karena tadi kami sempat mengalami macet yang lumayan panjang. Seluruh kesabaran kami hampir terkuras sepenuhnya disana."Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya mas Tala yang sepertinya risih saat aku terus melihat ke arahnya."Mas tidak bekerja?" tanyaku sehati-hati mungkin agar tak menyinggung per
Read more
9.
Tak terasa sudah seminggu juga mertuaku tinggal dan menginap disini. Dan selama seminggu ini pula mas Tala tampak gelisah, bahkan mulutnya sering kali mengeluarkan decakan sebal.Kadang aku menjadi bingung dan berpikir keras. Hal apa yang tengah mengganggu pikiran mas Tala sampai merasa resah begini.Timbul sebersit pemikiran negatif padanya, apakah mas Tala tidak suka dengan kehadiran Mama dan papa? Yang notabenenya adalah orangtua kandungnya sendiri. Ah, tapi tidak mungkin. Aku menggelengkan kepala kuat menepiskan pemikiran buruk itu."Mas," aku terkesiap dan langsung memanggil mas Tala kala melihat ia melempar ponselnya ke atas ranjang."Ada apa?" dengan berani dan sangat lantang aku bertanya seraya menyentuh pelan sebelah bahunya.Mas Tala menepiskan tanganku kuat dan sedikit melangkah jauh dariku. Aku mengerjap beberapa kali melihat tingkah mas Tala."Maaf."
Read more
10.
Aku memekik bahkan nyaris menjerit saking takutnya pada kegelapan, berusaha berjalan dengan baik dengan cara meraba-raba. Namun tanganku menyentuh sesuatu yang bidang dan terasa keras, seperti ... dada pria?"Mas Tala?" panggilku.Ah, aku hampir lupa jika ini kamar mas Tala. Tentu saja dia ada disini."Ssstt, iya ini aku, Lana." sahut mas Tala membuatku lega. Namun tidak denganku yang merasa sesak dan pengap akibat keadaan gelap gulita seperti ini."Kenapa kamu menjerit?" tanya mas Tala menyentuh tanganku yang masih setia bertengger di depan dadanya.Aku tersentak dan berusaha menarik tanganku namun mas Tala mencegahnya. Alhasil aku tidak jadi berhasil menarik tanganku dari dadanya."Mas, aku takut gelap." cicitku dengan suara berbisik."Sebentar.""Mau kemana?" tanyaku panik seraya menahan tubuh mas Tala agar tak beranjak dari tempatnya.Sungguh, aku sangat takut."Aku mau mengambil lilin dulu, Lana." katanya memberitahu m
Read more
DMCA.com Protection Status