Semua Bab Sleep with the Admiral's Daughter: Bab 31 - Bab 40
59 Bab
Part 17.2 - Messed Up
Alexia masih memandang bayangan dirinya di cermin. Tatapannya lusuh dengan wajah pucat serta mata yang hitam mencekung. Walau tak ada lagi isakan, tetap saja cairan asin itu mengalir di sela-sela pipinya. Mengalir di antara buliran air keran yang membasahi wajah. Sekali lagi. Lexy membasahi wajahnya dari air yang tertampung di wastafel kamar mandinya untuk menghilangkan jejak kesedihan itu. Sebelum akhirnya kembali melihat pantulan dirinya di kaca.Tidak, Daxon. Tidak. Tak semudah itu kau dapat meninggalkanku. Ini terlalu cepat untuk kisah cinta kita. Bukan ini akhir yang kuinginkan bila suatu saat nanti kau juga akan meninggalkanku. Tanpa salam perpisahan …. kau tega pergi begitu saja?Tak dapat membendung lagi segala gejolak di dada, Lexy mencelupkan wajahnya ke wastafel berisi air tadi lalu menjerit sekuat tenaga hingga tubuhnya mengejang. Satu-satunya hal yang dapat ia lakukan untuk melampiaskan segala emosinya. Tak mungkin ia meraung d
Baca selengkapnya
Part 18.1 - Princess Disney
Honolulu, HawaiiSeminggu Kemudian ...Rasa dingin juga hampa masih terasa di hati Lexy di kala kini dirinya sedang menyaksikan bagaimana bundaran jingga itu kembali pada peraduannya. Di antara batas langit dan laut semuanya tenggelam bergantikan dengan guratan indah senja yang memesona. Bahkan kicauan burung pantai dan demburan ombak, serta hembusan sepoi angin  harusnya mampu membuatnya terpana.Namun, semua itu seolah tak cukup. Tak ada yang benar-benar memenangkan hatinya sejauh ini. Mengalihkan barang sebentar pikirannya saja tak ada yang mampu. Hanya berpura-pura normal untuk tak terlalu dikhawatirkan, yang sebenarnya masih sangat rentan dan rapuh.Merasakan rintikan air di wajahnya, Lexy menengadah ke arah langit. Ternyata hujan mulai turu, akan tetapi dirinya enggan untuk kembali. Ia mengangkat sebelah tangannya untuk merasakan air tersebut di telapak tangan, yang kemudian  semakin lama semakin melebat.Dax, k
Baca selengkapnya
Part 18.1 - Surprise Night
Malam yang panjang di New York. Menjadi kesempatan bagi Raven untuk mengungkapkan lamaran yang sudah disiapkannya sejak malam tahun baru lalu. Sesungguhnya ia tak pernah berniat ingin merebut Lexy dari siapapun, karena memang sejak awal saat ia melihat Lexy memasuki ruangan sang laksamana, pria tegar itu begitu terpanah.Masih jelas teringat dalam benaknya yang kini terbayang pada masa itu; bayangan seorang putri laksamana melangkah dengan elegan sambil menyambut riang sang ayah. Untaian surai coklat dengan senyum ceria dan pancaran wajah cantik Lexy sempat membuat jantung Raven berhenti berdetak selama beberapa detik.Sayangnya memang tak sedikitpun tatapannya mendapat balasan dari wanita yang melintas di depannya itu, dan seorang Raven tak pernah percaya bahwa cinta bisa merasuki dirinya yang selama ini selalu fokus akan tugasnya sebagai marinir. Tak terbesit sedikitpun bahwa ternyata sang putri telah membuatnya jatuh hati, tanpa harus mengenal wanita seperti apa Lex
Baca selengkapnya
Part 19.1 - Flashback [Go to hell]
Daxon bersama kedua orang bawahannya, bergegas turun dari kapal dengan segera menggunakan kapal boat kecil memutari pulau sampai setengahnya. Mereka turun dengan segala perlengkapan senjata di seragam lapangannya. Granat, pistol, senapan dan beberapa amunisi sebagai cadangan untuk berjaga-jaga.Walter memimpin jalan, memeriksa keadaan sejenak, sementara Daxon dan Diego menjaga di belakang dan sekitaran mereka berdiri saat ini. Gerakan isyarat dari tangan Walter memberikan tanda untuk mereka maju secara perlahan, akan tetapi baru beberapa langkah mereka mendekat, terdapat dua orang berseragam lain sedang bergurau melintas ke arah mereka.Lantas ketiganya berhenti sejenak, dan berpencar di balik pohon— masing-masing berdiri di satu pohon. Saling melirik dan kembali memberikan isyarat melalui ekor mata, dengan gerakan tangan. Diego keluar dari persembunyian
Baca selengkapnya
Part 19.2 - Flashback [Mission Failed]
Daxon menahan napas dengan mata terpejam, jantungnya seketika terasa berhenti dan yang terbayang dalam benaknya adalah Lexy sedang tersenyum sambil mengucap kata cinta. I'm sorry, Sexy Lips. Aku gagal, batin Daxon. Hingga beberapa detik kemudian sesuatu yang berat menindih bahunya, membuat manik almond itu seketika terbuka, dan menatap Walter yang tergesa menghampirinya. "Kap, kau baik-baik saja?" tanya Walter cukup panik. Disusul dengan Diego yang ikut tergesa dengan kotak berisi virus mematikan di tangannya. "Hampir mati dalam beberapa detik yang lalu," kekeh Daxon bernapas lega, "thank you, Dude!" timpalnya meninju pelan dada Walter setelah menyingkirkan tubuh lawannya yang tumbang karena tembakan dari Walter tepat b
Baca selengkapnya
Part 19.3 - He's Back
19.3 •• "He's back" Langit sudah mulai terang saat Daxon dan kedua temannya kembali melanjutkan perjalanan mereka menyusuri sungai— satu -satunya petunjuk agar mereka sampai ke arah pantai. Sekaligus dalam tahap pencarian sang ilmuwan yang hilang karena terbawa arus.  Lama mereka mencari hingga akhirnya mereka menemukan sesuatu mengambang di pinggir sungai. Sepertinya itu sang ilmuwan yang mereka cari, akan tetapi ternyata hanya ransel wanita itu saja. Membuat Daxon mengumpat kesal dan berteriak kembali.  Gara-gara peristiwa ini dirinya dan satu anggotanya juga harus cedera. Ia merasa gagal dalam tugasnya kali ini.  "Kap, kita harus segera sampai ke pantai dan meminta bantuan untuk Diego. Cederanya lumayan fatal." Walter menekan luka Diego sebisanya, juga menyadarkan Daxon yang terlalu larut dalam emosinya.
Baca selengkapnya
Part 20.1 - Desperate
Daxon menatap botol kapsul bening berisi cairan berwarna magenta. Menemukannya saat membuka lilitan luka di lengannya, ketika ia berada di pulau seberang. Ia mengira Gizelle dengan sengaja menawarkan diri mengobati lukanya, demi menyelipkan penawar virus pada lilitan tersebut. Bahkan wanita itu juga menempelkan secarik kertas pada botol kapsul itu. Terdapat sebuah nomor seorang wanita lengkap dengan namanya -Gabriella- yang diduga Daxon adalah nomor kakak Gizelle.Kembali memasukan cairan kapsul itu ke dalam saku mantelnya sambil bersandar pada perapian dengan pemikiran yang kalut.Dirinya kini berada di New York. Tepatnya di tempat rahasianya. Dimana ia diberikan waktu untuk berpikir sebelum mengambil pilihan yang sangat sulit. Mengingat kembali ucapan Dereck saat pagi, ia pamit meminta waktu untuk pulang. Ia diberikan izin dengan syarat tak ada yang boleh mengetahui dirinya hidup, beralasan demi keselamatannya yang mungkin masih menjadi incaran mafia ilegal karena me
Baca selengkapnya
Part 20.2 - Unexpected
Daxon mengendarai mobilnya menuju kediaman D'Ryan. Setelah memutar kembali ingatannya. Ia dengan tergesa hendak menemui Lexy. Berharap wanita itu mengatakan semua hal yang ditutupi Dereck dan Raven. Dia tak mau menerka, apalagi berburuk sangka pada semuanya. Lebih baik ia memastikan semuanya walau pahit kenyataan yang akan diterimanya kelak.Berbekal rasa penasaran dengan tekad yang kuat. Kali ini Daxon berniat akan langsung memanjat balkon kamar Lexy. Mengingat waktu yang memungkinkan orang di dalam rumah itu sudah tertidur, ia berpikir akan sangat mengganggu maka dari itu Daxon berusaha tidak menimbulkan kegaduhan.Hingga dirinya kini sudah berhasil masuk ke pelataran rumah Lexy, tepatnya sudah berada di bawah balkon kamar wanitanya. Ia membuka tudung kepala dari hoddie yang digunakannya.Memerhatikan sekilas ke kiri dan kanan serta memikirkan cara memanjat balkon kamar di lantai dua tersebut, hingga akhirnya Daxon menemukan caranya. Ia bergegas menaiki pijaka
Baca selengkapnya
Part 21 - "Wish You Were Here"
Sepeninggal Raven, Lexy kembali menghidupkan lampu nakasnya.  Bersandar pada kepala ranjang dan mengeluarkan sebuah figura yang tadi ia sembunyikan. Sekali lagi Lexy memandang potret dirinya dan Daxon yang tampak tengah bahagia. Tak menyangka dalam waktu kurun sebentar semuanya sirna, dan yang tertinggal kini hanya sebatas kenangan. Bersama calon buah hati mereka yang merupakan bukti cinta keduanya. Tak ingin kembali bersedih, Lexy segera mendekap bingkai foto itu erat sambil merapalkan doa nya dalam hati. Berharap jika Daxon nya akan baik-baik saja di sana. Kemudian setelahnya ia meletakkan figura tersebut tepat di samping lampu tidur. Bersisian dengan dirinya agar selalu dapat melihat senyum hangat itu setiap waktu.  "Hey Capt, Good night. I love you," ucapnya dengan bibir terkembang sebelum akhirnya merebahkan diri dan mematikan saklar lampu. Namun, saat menyamankan dirinya di kasur dan akan hendak menutup mata, suara gemuru
Baca selengkapnya
Part 22.1 - Finally
Setelah insiden dirinya hampir ketahuan oleh Lexy. Daxon mengalami sakit pada salah satu kakinya yang membuatnya harus berdiam selama tiga hari di secret escape-nya. Mengumpati kebodohannya yang lengah hingga selama tiga hari ini, ia terpaksa hanya memantau dari mobil saat wanitanya makan di ruang makan. Lantaran tak bisa memanjat balkon kamar Lexy, membuatnya hanya menatap bayangan yang terlihat sebelum wanita itu terlelap. Dalam sambungan teleponnya kini, ia mengatakan hal yang mungkin akan membuatnya harus segera bertindak, karena persiapannya telah selesai. "Baiklah, aku akan berangkat pagi - pagi sekali. Agar kita bisa bergerak dengan segera." "Thank you, Letnan." "Aku yang berterima kasih padamu. Inilah misi yang harus kulakukan untuk mendapatkan izin. Terima kasih kau mau bekerja sama denganku," ujar Daxon pada seseorang di sambungan teleponnya. "Baiklah, aku menunggu hasilnya." "Kuharap sesuai dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status