All Chapters of Sleep with the Admiral's Daughter: Chapter 41 - Chapter 50
59 Chapters
Part 22.2 - Keep Quiet!
Bergelut di balik selimut dalam dekapan hangat membuat keduanya tak ingin tertidur malam ini. Mereka  bahkan tak henti saling menyentuh dan mencumbu. Tersenyum dan terkekeh lagi, lalu mengenang kembali masa kebersamaan mereka serta menceritakan kegiatan yang dilakukan selagi mereka tak bertemu.Hingga waktu sudah menunjukkan pukul empat. Daxon tak ingin meninggalkan Lexy lagi, akan tetapi misinya harus ia selesaikan. Dirinya harus memiliki kekuatan untuk melawan ayah Lexy.Lantas Daxon bergerak dalam baringnya. Menyamping menghadap Lexy yang enggan melepaskan diri dari dekapannya— justru malah tetap bersandar pada dada liat miliknya,  mendengarkan suara detak jantung yang berdebar sangat cepat.Lexy menyukai itu. Tempat ternyaman yang membuat ia merasa tenang hanya dengan mendengarkan suara detak jantung Daxon. Merasa itu sangat berharga lantaran pria itu sempat menghilang seakan mati dari hidupnya."Nana, aku ingin mengatakan hal penting
Read more
Part 23.1 - "Play The Ace"
Setibanya di pangkalan Pearl Harbour. Daxon yang harusnya masih dalam pengasingan, mengabaikan perintah itu demi membalas misinya kemarin yang gagal.Kini semua persiapan telah matang. Kunci misi kali ini berada di tangannya. Tak ada satupun yang mungkin akan menentangnya. Perihal meyakini Dereck mungkin akan sulit, untuk itu ia sudah punya solusinya. Tentang Raven, ada hal lainnya juga yang akan ia bicarakan bersama sang kakak. Segera setelah tindakannya yang satu ini.Begitu memasuki markas besarnya. Daxon dengan percaya diri yang tinggi melewati lorong demi lorong menuju suatu ruangan yang akan ia datangi. Sepanjang dirinya melangkah, ia tak peduli dengan banyaknya pasang mata yang terkejut akan hadirnya. Tak perlu menjelaskan tentang situasi dan kondisinya sekarang. Satu hal yang pasti; Daxon akan tetap berada di sini dan mengabdi pada negaranya. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi semata.Beberapa meter menuju satu ruangan berpintu ganda di d
Read more
Part 23.2 - "THE BEST OF PENFOLDS"
"Turunkan jangkar!"Keadaan kapal induk yang baru saja tiba di titik perhentian seketika dilanda sibuk dan sedikit panik lantaran cuaca agak tidak mendukung. Intensitas hujan tidak terlalu, akan tetapi angin dan pasang gelombang patut harus diwaspadai. Daxon yang berdiri di ujung kapal dengan mantel dan teropongnya melihat ke arah pulau tak jauh di depan. Memerhatikan bahwa di tempat itu— lebih tepatnya di tepi pantai terdapat bangkai kapal yang di atasnya sudah berkumpul beberapa orang pria bersenjata. Bersama seorang wanita yang diikat di tiang besar dengan mulut dibekap kain. Sudah pasti sosok itu adalah Gizelle Quentin."Lapor, Kap. Kapal kecil kita sudah diturunkan. Kapten Penfolds  sudah bersiap di atasnya bersama dua orang timnya. Siap menerima arahan," lapor salah seorang marinir pada Daxon."Perintah semua pasukan agar bersiap pada posisi masing-masing. Terutama operator di bagian senjata tempur dan penembak jitu."
Read more
Part 24.1 - Unfailed [Unsuccess]
Setibanya di kapal induk Daxon langsung menuju pusat kendali, dimana seluruh serangan dilakukan oleh awak kapalnya. Dia memaki seluruh tim kapalnya yang tak menyerang pasukan jepang sampai tuntas."Apa yang kalian lakukan hingga tak melihat lawan masih bisa melakukan serangan balik?!" tukas Daxon membuat seluruh timnya tertunduk dalam diam."Anyone can answer my simple question?! Siapa yang meminta kalian menghentikan serangan?!" sergah Daxon menatap tajam satu persatu seluruh awak kapalnya. "Walter! Apa yang kau lakukan di balik layar monitormu?!" tanyanya kembali menukas."Siap, Sir. Aku melakukan semuanya sesuai intruksimu untuk melepaskan amunisi serangan di saat kapten Penfolds berhasil menjauh," jawab Walter."Lalu apa kau tak melihat lawan yang masih bisa menyiapkan amunisi untuk melakukan perlawanan?""Maafkan aku, Sir. Aku tak melihat.""Diego apa yang kau lakukan saat keadaan asap tebal menutupi penglihat
Read more
Part 24.2 - Don't Give Up
Pangkalan Angkatan Laut - Navy Seal team 1Dalam pekatnya kabut malam— dengan jarak pandang yang terbatas, Lexy menunggu dengan penuh harap seraya dirinya mengawasi lautan yang terbentang luas di hadapan.Hanya satu inginnya, yaitu dapat melihat Daxon kembali, dan meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lihat dan terjadi kemarin bukanlah semata delusi serta halusinasi. Daxonnya benar ada dan nyata. Walau sang ibu tak memercayainya, tetapi tekad Lexy lebih kuat. Lantas akhirnya dia memaksa ibunya untuk menemaninya segera ke Hawaii dan memastikan jelas, jika berita itu benar.Begitu siluet sebuah kapal raksasa terlihat dari kejauhan, tak dipungkiri Lexy jika dirinya kini semakin resah. Firasatnya tak baik, akan tetapi sebanding dengan harapannya yang tinggi. Yakin bila Daxonnya pasti selamat.Hingga akhirnya kapal induk itu merapat, dengan tak sabar Lexy mendekat untuk mencari sosok yang ia cari— rupanya sedang berjalan ke arahnya.
Read more
Part 25.1 - Love and Approval
Harusnya ini jadi momentum kesuksesan mereka karena telah berhasil melaksanakan misi. Tetapi nyatanya tak sebesar ekspetasi ketika kembali pulang. Dereck tahu segala resiko yang akan dihadapi bagi seorang angkatan militer bila sudah masuk dalam arena perang. Nyawa pasti menjadi taruhan, tapi membayangkan jika itu adalah Raven—rasanya sekali lagi ia seperti kehilangan sosok yang berharga dalam hidupnya. Ditinggal untuk kedua kali, sementara yang lalu saja sepertinya belum ia terima.Wajah tanpa ekspresi dan pikiran yang entah melayang kemana, menatap dengan sorot mata kosong pada sebingkai figura kecil yang tergeletak di atas meja kebesarannya. Sosok dirinya dan pemuda yang baru beberapa jam lalu masih dilihatnya. Tersenyum bangga ke arah kamera dengan seragam putih kebanggaan mereka. Rasanya momen tersebut baru saja terjadi kemarin, dan pria muda disampingnya itu sehari sebelumnya masih menghabiskan waktu dengannya. Namun, sekarang ... apakah a
Read more
Part 25.2 - Dealing with In-Law
Begitu badai berlalu semua pasukan pangkalan  Pearl Harbour sengaja dikumpulkan dan diunjuk dari masing-masing divisi untuk mewakilkan dalam squad pencarian khusus. Tak tanggung-tanggung, bagian pasukan elit pun diterjunkan untuk menangani kasus sabotase di wilayah perairan tersebut. Selain dalam misi pencarian seorang Letnan yang hilang, fokus lainnya juga pada orang asing yang mereka anggap teroris karena sudah berani melanggar batas teritorial dan mengadakan perbuatan ilegal. Sindikat semacam itu harus segera mereka basmi  karena sudah mengancam keselamatan dan keamanan negara. Maka dari itu, Dereck selaku pemimpin tertinggi di angkatan laut tersebut menitahkan perintahnya agar segera mengusut tuntas kasus tersebut sampai ke akar-akarnya. Dia sendiri juga ikut serta dalam misi kali ini. Terutama mengawasi setiap perkembangan yang di dapat dalam pencarian putra mendiang sahabatnya.Lantas di hari ketiga ini dia kembali menunggu hasil laporan, sam
Read more
Part 26.1 - Comfortable
Daxon merebahkan tubuhnya sambil mendongakan kepalanya ke sandaran di sofa. Selagi menunggu Lexy membawakannya air minum, ia menatap langit-langit kediaman D'Ryan di Hawaii.Dirinya sangat lelah selama seminggu ini ia dan Dereck berusaha mencari Raven dengan segala cara yang hanya kegagalan didapatkan mereka. Putus asa bukanlah jiwa seorang Daxon. Ia masih belum puas melakukan pencarian Raven selagi bukti fisik sang kakak belum ditemukan. Daxon juga sangat yakin kakaknya yang tangguh, tak akan semudah itu dikalahkan lautan. Mengingat hidup mereka sejak kecil sudah mengenal lautan dengan sangat baik."Minumlah, Dalmore. Aku sudah membuatkan dua cangkir teh hangat untukmu dan dad. Makanan juga sebentar lagi selesai," ujar Lexy membawa secangkir teh karena satu cangkir lagi sudah diberikan kepada sang ayah yang menyusul ibunya di dapur."Thank you, Nana." Daxon menerima dan menyeruputnya pelan."Bagaimana penyelamatan kalian kali ini. Sudah
Read more
Part 26.2 - A piece of puzzle
Daxon bergerak dalam tidurnya saat cahaya di luar samar-samar menyelinap  ke dalam kamar melalui tirai putih yang menutupi jendela. Ia menatap wajah lelap Lexy yang sungguh seperti malaikat baginya. Cukup lama ia menatap cantik alami wanitanya. Hingga dalam beberapa detik Daxon menatap  Lexy. Wanita itu mulai melakukan pergerakan kecil, dan perlahan membuka kedua lentik kelopak matanya."Morning, Princess," sapa Daxon tersenyum hangatWajah Nana-nya saat baru bangun tidur begitu ia rindukan sejak terakhir mereka bermalam di tempat ski saat kencan pertama. Setelahnya mereka hanya melakukan perjalanan kencan biasa, bahkan beberapa pertengkaran kecil yang menghiasi kisah cinta mereka."Morning, My Prince Dalmore." Lexy membalas diiringi senyuman tipis di bibirnya. Membuat Daxon tak tahan dan segera mendaratkan bibirnya pada bibir Lexy."Morning kiss," ujarnya setelah melepas pagutan tersebut.Setelahnya mereka ters
Read more
Part 27.1 - Secret of Compass
"Holy shit!" Daxon mengumpat begitu keras mendapati ban mobilnya kempis di tengah perjalanan menuju pangkalan. Hal itu tentu mengejutkan seorang Dereck yang masih berada di jok penumpang— melihat heran kepada Daxon yang tampak frustrasi sambil menendang ban mobil kiri depannya berulang kali seperti orang gila. "Apa yang terjadi?" teriak Dereck seraya mengeluarkan sebagian kepalanya dari jendela.  Daxon tidak menjawab, tetapi pria muda itu justru bergerak nekat ke tengah jalan raya. Memberhentikan salah satu pengendara mobil yang lewat dengan paksa dan bernada penuh ancaman. "What the hell, Daxon!" Dereck lantas keluar terburu-buru menghampiri calon menantunya itu yang tampak bertindak arogan dengan penduduk sipil. "Go out!" todong Daxon seraya menunjukkan Dereck yang berseragam agar penumpang mobil itu takut dan dengan mudah menyerahkan kendaraannya. Hampir seluruh penduduk Hawaii pasti tahu siapa sosok Dereck.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status