All Chapters of Jungle Love: Chapter 191 - Chapter 200
227 Chapters
Desakan Atisaya
MAKAN siang bersama yang berlangsung setelahnya berlangsung dengan canggung. Baik Abdi, Pardi, lebih-lebih Atisaya sama-sama tidak banyak bersuara selama menyantap makanan masing-masing. Obrolan yang baru saja berlalu benar-benar membuat suasana cair berubah drastis.Tadi Atisaya rupanya sekalian membeli makan siang di warung. Gadis itu memesan menu simpel namun nikmat, nasi uduk. Tambahannya kerupuk dan sambal telur goreng yang dibungkus terpisah. Sedangkan untuk minum ia memilih tiga botol air minum dalam kemasan.Namun begitu kembali ke ruangan tempat Abdi dirawat, Atisaya langsung dapat merasakan ada yang berubah. Pardi memang menyambutnya dengan senyum, demikian pula Abdi. Akan tetapi ekspresi wajah keduanya terlihat sangat berbeda dari sebelumnya."Beli di mana ini, Neng?" tanya Abdi kemudian, berusaha memecah keheningan yang telah menyungkup selama bermenit-menit."Di dekat toko buah yang di sebelah pintu masuk," jawab Atisaya, seraya angkat wajah
Read more
Pengakuan Atisaya
SELAMA beberapa helaan napas Abdi hanya dapat terbengong-bengong. Pikirannya seolah-olah serta merta menjadi kosong melompong. Tak satu kata pun yang muncul untuk membantunya memberi jawaban pada Atisaya.Sementara gadis itu terus menunggu, dengan tatapan menuntut yang tersorot dari sepasang mata legamnya. Juga dilengkapi ekspresi penuh tanya pada wajahnya nan ayu."Emm ... Mas Pardi itu memang sopir pribadinya ibu bos," jawab Abdi kemudian. Pada akhirnya ia berkeputusan tak ada guna lagi terus-terusan menutupi siapa sebenarnya Pardi dari Atisaya."Hmm, terus?" desak Atisaya, yang yakin sekali jawaban itu jauh dari kata tuntas."Lebih tepatnya lagi, Mas Pardi itu sopir pribadi keluarga Pak Wardoyo," tambah Abdi buru-buru. "Makanya dia bisa dekat sekali dengan ibu bos, karena sudah bekerja di keluarga itu sejak masih bujang dan ibu bos masih sekolah. Kalau tidak paham siapa mereka, bisa-bisa kita bakal menganggap keduanya sebagai saudara."Atisaya h
Read more
Keputusan Bulat
AGAKNYA kebersamaan selama di rumah sakit ini juga berefek emosional lagi sentimental bagi Atisaya. Meski tergolong sebentar, kurang dari sehari semalam, tapi inilah momen di mana mereka hanya berdua dalam kurun waktu berjam-jam.Tentu saja Atisaya senang, kalau tak mau disebut bahagia, dengan peran yang dijalankannya beberapa jam terakhir. Di mana ia menjadi orang terdekat bagi Abdi, bahkan merupakan sandaran satu-satunya Abdi di ruangan ini.Setiap kali Abdi membutuhkan sesuatu, kepada Atisaya-lah pemuda itu meminta tolong. Dan tanpa diminta, juga tanpa banyak kata, Atisaya mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya sepenuh hati bagi sang tunangan. Gadis tersebut ingin memanfaatkan sebaik mungkin kebersamaan ini untuk mendekatkan diri pada Abdi.Maklum saja, kesempatan seperti ini tak pernah Atisaya dapatkan sejak berstatus tunangan Abdi. Mereka memang beberapa bepergian berdua, tapi hanya untuk makan yang durasinya tidak sampai dua jam sekali keluar. Malah set
Read more
Kasihan Tiara
BEGITU sampai di tempat parkir, Pardi tak langsung menjalankan mobilnya. Lelaki itu hanya menghidupkan mesin agar dapat menikmati sejuknya udara air conditioner, juga menghidupkan radio sebagai pengusir sunyi.Untuk beberapa saat Pardi duduk diam di belakang kemudia. Apa yang baru saja ia saksikan sudah cukup meyakinkannya bahwa Atisaya sangat mencintai Abdi. Keseluruhan gerak-gerik gadis itu, bagaimana perlakuannya terhadap Abdi, menunjukkan dengan gamblang itu semua.Kenyataan tersebut membuat Pardi seketika teringat pada Tiara. Meski status Tiara adalah anak majikan, tapi Pardi telah menganggap gadis tersebut seperti adiknya sendiri. Demikian pula Minah istrinya. Sehingga hubungan yang terjalin di antara mereka sedemikian emosional dan intim, lebih dari sekadar bos dan bawahan.Melihat apa yang terjadi antara Atisaya dan Abdi, Pardi dapat membayangkan sebesar apa kekecewaan Tiara nanti. Pasalnya, dari apa yang ia saksikan selama sehari-semalam di Bat
Read more
Kelepasan Bicara
MELINTASI jalan tol Trans Jawa, Pardi hanya butuh waktu kurang-lebih dua jam untuk mencapai Jakarta. Lalu lintas ibu kota yang ramai menyambutnya begitu memasuki tol dalam kota. Untung saja meski padat jalanan tidak macet.Pardi mengarahkan mobilnya menyusuri jalur tol ke arah Bandara Internasional Soekarno Hatta. Keluarga Wardoyo tinggal di kawasan perumahan elite di Ancol. Tiara sebetulnya punya satu unit apartemen di bilangan Segi Tiga Emas Jakarta. Namun atas permintaan papa-mamanya, gadis itu lebih memilih tinggal di bersama orang tua.Lelaki itu beruntung sudah sampai di jalur tersebut jauh sebelum magrib. Pasalnya, jalanan di jalur itu biasanya sangat padat selepas magrib karena dipenuhi truk-truk kontainer yang hendak masuk atau keluar dari pelabuhan.Sampai di depan gerbang, kedatangan Pardi disambut dengan wajah penuh keheranan milik Mang Udin. Pardi membalasnya dengan tawa lebar khas miliknya."Sehat-sehat, Mang?" tanya Pardi saat mobilnya meli
Read more
Cerita Pardi
SEJAK Pardi berkata soal "ada sesuatu yang sebaiknya disampaikan secara langsung", benak Tiara sibuk menebak-nebak. Apa sebetulnya yang dilihat lelaki itu selama di Indramayu, dan hendak disampaikannya padanya?Namun tebakan Tiara tidak jauh-jauh dari keberadaan Atisaya di rumah sakit. Siapa lagi memangnya yang mungkin menunggui Abdi di rumah sakit selain perempuan tersebut. Karenanya, pastilah Pardi bertemu dengan tunangan Abdi itu.Lalu entah apa yang disimpulkan Pardi setelah bertemu Atisaya, agaknya itulah yang disebut lelaki itu sebagai "sesuatu yang sebaiknya disampaikan secara langsung". Membuatnya memutuskan langsung ke Jakarta alih-alih sekedar menelepon."Kamu dari Indramyu langsung ke sini?" tanya Tiara membuka obrolan.Pardi tengah mengambil nasi dari dalam rice cooker yang terletak di sebelah meja makan. Ia memberi jawaban sambil meneruskan gerakannya."Iya, Mbak. Tadi habis Dzuhur dan makan bareng Abdi dan tunangannya, langsung deh ke
Read more
Pengakuan Tiara
BERALASAN hendak menemui seorang kolega bersama Pardi, Tiara berpamitan keluar pada orang tuanya. Pak Wardoyo sebetulnya masih ingin mengajak Pardi mengobrol banyak, tapi akhirnya mengalah setelah diberi 'penjelasan' oleh puterinya."Nggak lama kok, Pa. Nanti kalau kami sudah selesai, Papa bisa sepuasnya ngobrolin soal pohon jati atau tambak lele sama Mas Pardi," kata Tiara, lalu memberi senyum manis pada papanya."Jangan malam-malam, nanti Papa keburu ngantuk," sahut Pak Wardoyo yang ikut melangkah menuju ke depan."Iya, Pa. Tiara janji paling telat jam sembilan sudah balik lagi," kata Tiara pula.Sementara itu Pardi sudah menuju ke garasi untuk mengambil mobil. Awalnya lelaki itu hendak naik ke minibus yang ia bawa dari Batang. Namun batal karena langsung diingatkan oleh Tiara kalau mereka akan membawa mobil Pak Wardoyo yang biasa dipakai gadis itu."Nanti jadi main catur kan, Di?" seru Mang Udin sewaktu lelaki paruh baya itu membukakan pintu ger
Read more
Jodoh Siapa
SATU yang kemudian mengganjal bagi Pardi, bagaimana kelanjutan jalinan pertunangan antara Tiara dan Ryan. Akankah perselingkuhan yang dipergoki gadis itu, sebagaimana diceritakan Abdi tadi, bakal mengubah hubungan tersebut?Obrolan mereka untuk sejenak dijeda karena kedatangan pelayan. Dengan cekatan pelayan tersebut meletakkan pesanan-pesanan Tiara dan Pardi ke atas meja. Setelah selesai dengan pekerjaannya, si pelayan mempersilakan kedua tamunya untuk menikmati hidangan."Terima kasih banyak, Mbak," ucap Tiara sebelum si pelayan kembali ke tempatnya.Si pelayan menyahut dengan senyuman ramah menghiasi wajah. Sedangkan Pardi yang tertarik pada tampilan minuman di hadapannya, langsung mengambil gelas hidangan tersebut dan menyeruput isinya."Enak, Di? Itu minuman favoritku kalau makan di sini," ujar Tiara, tak mampu menahan geli melihat tingkah Pardi.Yang ditanyai buru-buru menganggukkan kepala. Tapi bukannya menanggapi soal minuman, Pardi malah b
Read more
Rencana Lama
PARDI mungkin hanya seorang pekerja di Keluarga Wardoyo. Namun dengan mengajaknya berbicara seperti ini, tampak bagaimana Tiara menghormati lelaki itu. Menunjukkan bagaimana ia tak sekadar pura-pura menganggap Pardi sebagai saudara tua.Karenanya pula, setiap kata yang diucapkan Pardi saat itu benar-benar didengarkan oleh Tiara. Niatnya memang ingin mendapat masukan mengenai apa yang sedang membuatnya galau setelah mati. Selain tentu saja mendengar laporan mengenai kondisi Abdi.Tapi agaknya ini kali terakhir Tiara memedulikan Abdi. Keterangan Pardi bahwa pemuda yang telah mencuri hatinya itu begitu mesra dengan Atisaya, membuat Tiara berkeputusan untuk berhenti memikirkan Abdi. Seperti saran Pardi, gadis itu sadar jika yang terbaik baginya adalah menjauh dari sang pujaan hati."Mbak?" panggil Pardi dengan nada khawatir, setelah Tiara hanya berdiam diri selama bermenit-menit."Y-ya?" Tiara tergeragap, lalu terdengar mengembuskan napas panjang lagi berat.
Read more
Mantap Menikah
SETELAH menjalani perawatan selama tiga hari, Abdi diizinkan pulang. Ibunya langsung berteriak senang ketika dikabari via telepon. Namun tak urung wanita tersebut bertanya ke Abdi, siapa yang akan membayar biaya rumah sakit.Pertanyaan sulit itu dapat dijawab dengan baik oleh Abdi. Mudah ditebak, Haji Sobirin berbaik hati menanggung seluruh biaya pengobatan calon menantunya tersebut. Namun kepada ibunya Abdi berkata bahwa dirinya meminjam uang dari Atisaya.Bukan bermaksud membohongi orang tua sendiri. Namun Abdi tahu betul jika ibunya bakalan tidak tenang pikirannya jika tahu lagi-lagi sudah membuat repot Haji Sobirin. Apalagi jika mendengar sendiri nominal yang harus dibayar haji tersebut ke rumah sakit."Terus, nanti pulangnya bagaimana?" tanya ibu Abdi lagi, penuh nada cemas.Abdi tertawa untuk menghibur ibunya. "Pak Haji nanti yang jemput, Mak. Sudah, Emak tenang-tenang saja di rumah. Nanti anak lanangmu ini bakal diantar sampai ke depan pintu."
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status