All Chapters of Cursed : Kutukan Kembar Tampan Season 1-2: Chapter 41 - Chapter 50
204 Chapters
S1: Antara Earth dan Emily...
Lilian membeku ketakutan sekali lagi. Ocean melangkah masuk dan menelusuri seluruh penjuru ruangan rumah mercu suar kecilnya. Buru-buru wanita itu berdiri di depan anak tangga menuju ke ruang atas menara, cemas bila Ocean akan naik ke sana.Namun pemuda itu ternyata tak peduli pada tangga lagi. "Iya, Dokter benar. Memang tak ada siapa-siapa di sini. Sebaiknya aku segera kembali. Namun bila kau melihat atau bertemu dengan Hannah lagi, sebaiknya segera melaporkan kepadaku! Mulai hari ini, ia adalah buronan kami! Ia mungkin adalah pelaku pembunuhan dan juga seorang musuh dalam selimut. Aku tahu, aku harus percaya pada Emily. Setelah kemunculannya di sini, begitu banyak hal aneh terjadi dan terungkap. Aku harus menggali sejarah keluargaku, dan juga menemukan adikku Earth, hidup atau mati. Juga mengapa ayahku meninggal dunia. Serta mematahkan Kutukan Angka Tiga yang masih menjadi teka-teki itu." Ocean keluar dan segera menaiki kuda putihnya Silver Sea, sementar
Read more
S1: Cinta Terbalut Dendam Membara...
"Ada apa antara kau dan Emily? Kau telah berjumpa dengannya?" selidik Lilian. Ia gandeng tangan Earth berjalan-jalan di tepi pantai, karena ia tahu Earth selama ini belum pernah sedemikian lama terkena sinar matahari. Pasti dunia luar adalah tempat baru sekaligus masih asing baginya. Mereka berdua berjalan seperti ibu dan anak di atas pasir putih Pulau Vagano yang keindahan alamnya memang masih sangat asri dan menakjubkan. "Ya, tidak secara langsung. Tapi beberapa kali aku menyelamatkan Emily. Gadis itu... disukai Ocean." Earth mulai bercerita dengan suara pelan, takut salah bicara. "Bagaimana kau tahu?" Earth berhenti melangkah. "Beberapa kali aku melihat Ocean begitu mesra menatapnya. Aku tahu aku tak berhak merasa begini. Tapi aku ingin juga diberi kesempatan seperti dia. Aku sudah kehilangan puluhan tahun. Tahun-tahun sebagai seorang anak dan remaja. Kini aku sudah begitu dewasa. Saat melihat Emily, kuakui aku tak sengaja.
Read more
S1: Emily dan Sky di Lorong Bawah Tanah
Pagi menjelang siang itu Emily segera melancarkan aksinya bersama Sky, turun bersama-sama ke Lorong Bawah Tanah. Mereka membawa perlengkapan yang memadai dan tak lupa gulungan tali panjang untuk menandai jalan. Emily ingat rute dari dapur yang biasa dilalui Hannah, jadi hanya dari awal saja ia bisa menunjukkan pintu untuk turun menuju dunia gelap gulita yang bahkan di siang hari bolong tetap terkesan mengerikan."Duh, betulan, aku gak mau masuk lagi ke bawah sini bila tahu baunya apek dan menyesakkan seperti ini! Istal kuda kami saja jauh lebih baik, padahal setiap hari rabuk kudanya begitu banyak!" cerocos Sky sambil menyorotkan senter besarnya. Emily berjalan di belakangnya, mereka turun dengan sangat hati-hati sebab anak tangga batu itu licin, curam dan penuh lumut.Akhirnya mereka berdua tiba di lorong utama yang berdasar batu lembab dan setengah berlumpur."Sekarang kemana?" Emily melihat banyak sekali perempatan dan persimpangan tak teratur dari sorotan se
Read more
S1: Penemuan Dalam Relung Terdalam
Emily dan Sky sama-sama terdiam menyaksikan penemuan mereka di Lorong Bawah Tanah yang begitu menyesakkan dada sekaligus membuat hati nurani terusik. Seseorang yang tadinya berada di sini pasti merasakan kesepian, kemarahan dan penderitaan yang luar biasa. Ini lebih parah daripada penjara. Ini lebih dari sekedar tawanan atau narapidana biasa, bahkan mungkin ia telah menerima siksaan melebihi hewan yang hendak disembelih atau dijagal sebelum dikonsumsi manusia. "Lihatlah ini." sorot Emily dengan senter kecilnya ke pojok ruangan. Beberapa alat penyiksaan masih ada di sana; tongkat kayu berduri, sejenis cambuk atau pecut, dan entah apa lagi namanya, yang jelas ini benda-benda sungguhan seperti yang biasa dipakai tentara abad pertengahan saat menyiksa tawanan perang. Dan semua benda itu adalah saksi bisu sekaligus alat bukti.. "Jangan-jangan... Hannah yang selama ini melakukan semua ini kepada seseorang." ucap Sky menggemak
Read more
S1: "Bukan Earth Saja yang Ada di Sini!"
Ocean nanar menatap dalam cahaya yang semakin gelap bersama turunnya malam dan memastikan apa yang ia lihat bukan ilusi.Tak ada siapa-siapa dalam peti kayu yang mulai hancur itu.Hanya lapisan kain satin tua  saja dan tak ada satu benda atau kerangka manusiapun, apalagi tengkorak Zeus Vagano."Apa di sini bukan makamnya? Atau jangan-jangan... ayahku belum mati?"Ocean segera keluar dari galian tanah merah yang ia buat dan buru-buru menaiki kudanya. "Astaga. Siapa yang bisa aku tanyai tentang semua ini? Hanya Hannah dan Lilian yang hidup pada masa itu! Mereka pasti mengetahui sesuatu!"Pemuda itu bergegas memacu Silver Sea kembali ke puri bersama malam yang semakin gelap..Sementara Emily dan Sky telah kembali ke puri dan bersih-bersih, masih merasa begitu takut dan gemetaran serta tak tahu harus berbuat apa setelah mendengar jeritan tadi."Ada apa di
Read more
S1: Sebentuk Cinta Mati Dalam Kesunyian
Sebenarnya ada yang lebih menderita daripada Earth. Sosok yang kini belum terungkap, bahkan lebih dalam dan kejam ditinggalkan dalam kelam. Mungkin belum selama sang kembar tampan ketiga, masih sedikit lebih baru. Tepatnya, setelah ia menjadi hampir gila setelah kematian istrinya hingga tega mengutuki dan membiarkan anak bungsunya. Si 'pembunuh' ibu kandungnya. Zeus. Malam itu, Hannah yang sekarang terikat di ruang puncak mercu suar tanpa diberi sedikitpun makan dan minum jatuh tertidur dan bermimpi. Bukan mimpi tentang makanan walaupun perutnya sangat lapar dan juga bibirnya sangat haus dan penuh darah kering yang ia sesekali telan sendiri. Ia tak perduli lagi dengan semua itu. Penderitaan yang telah ia rasakan selama puluhan tahun jauh lebih besar daripada fisiknya yang mulai layu. Ia bermimpi tentang Zeus Calamity Vagano. Memutar ulang kisah lama seperti rol hitam putih di bioskop lawas. Saat mereka pertama kali bertemu di kampus di
Read more
S1: Tersembunyi Dalam Tumpukan Jerami...
Bagaimanapun, Earth dan Lilian masih memiliki rasa kasihan pada Hannah. 'Ia dulu bersahabat denganku dan aku tak boleh membencinya seperti ia begitu membenci keluarga Vagano!' - Demikian pikir Lilian sambil menyiapkan makan dan minum sekedarnya untuk 'tahanan' mereka yang berada di ruang puncak menara mercu suar. "Earth, maukah kau membantuku? Bawakanlah ini untuk Hannah, kita tak ingin dia sampai mati, karena cepat atau lambat aku akan membawanya ke hadapan Ocean dan Sky untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya." Earth sebenarnya masih enggan. Emosinya yang masih labil seperti anak kecil berkata Si Tua harus diberi pelajaran, sebab sedari dahulu memeliharanya dalam kurungan dan memberinya makan makanan basi dan air mentah yang tak layak dikonsumsi. Tapi melihat Lilian yang tak tega dan juga masih memiliki hati dan cinta seperti yang ia baru saja pelajari, walau berat, Earth mengambil juga hidangan ala kadarnya itu dan membawakannya ke atas. Tentunya i
Read more
S1: Perpecahan dan Ketidaksetujuan Duo Vagano
“Jadi, Hannah menghilang dan sekarang, kita tahu bahwa adik atau ayah kita sebenarnya masih ada walau entah berada di mana?”Ocean yang telah bersih kembali duduk bersama Sky dan Emily di lounge. Mereka ingin mencari Hannah lagi karena sudah mulai ada titik terang bila ialah kunci sekaligus pelaku pembunuhan pertama, walau barang bukti belum ditemukan. “Kurasa Hannah bersembunyi bersama pedang itu. Mungkin ia menunggu saat yang tepat untuk keluar dan membunuh kita semua.” Sky yang imajinasinya sering liar bermaksud bercanda, tapi memang terdengar tak lucu, malah menakutkan sekaligus bisa saja jadi ke
Read more
S1: Pertemuan Tak Terduga dan Pertumpahan Darah...
(Point-of-view Earth Vagano:) ''Aku harus segera pergi dan kembali secepat mungkin agar Lilian tak tahu dan tak mencurigai kemana aku pergi. Karena aku yakin ia takkan pernah setuju bila aku keluar dan menampakkan diri di manapun, apalagi membuat kekacauan yang tak perlu. Aku tiba di area puri yang masih terjaga ketat. Namun istal kuda yang berada di dekat perkebunan termasuk area paling sepi yang tak sering dilewati para penjaga. Mungkin karena dianggap aman, jadi sangat mudah bagiku untuk menyelinap begitu petugas jaga terakhir pergi untuk makan malam. Isinya hanya beberapa puluh ekor kuda yang sering digunakan sebagai alat transportasi yang lumrah di pulau ini. Dan aku belum tahu di istal mana, sebab semua kuda pasti disediakan jerami di kandangnya. Jadi kuduga-duga saja kandang yang mana yang bukan milik para pekerja. Ada dua kuda yang terpisah dari kuda lainnya, yang kuduga milik Ocean dan  Sky. Seekor kuda putih dan kuda cokelat muda keemas
Read more
S1: Emosi yang Bernyala-nyala...
Dalam keraguannya sekaligus mencoba untuk tetap berpikir positif dan tenang, Lilian melangkah naik menuju menara mercu suar dimana mantan sahabatnya masih terikat di sana. Karena ruang atas mercu suar itu gelap, Lilian membawa lentera lilin ke sana, dan perlahan naik dengan sangat hati-hati. Dan tentu saja Hannah sudah sadar kembali, matanya liar memandang Lilian sambil meronta-ronta seolah ingin lepas, tapi enggan meminta tolong. "Aku akan memaafkanmu, karena aku bukan orang jahat, Hannah." dengan segenap keberanian yang berhasil terkumpul, Lilian mendekat dan melepaskan bebat mulut Hannah yang sudah penuh darah kering. "Cih! Aku tak butuh mantan sahabat yang diam-diam memihak keluarga Vagano! Kau kuajak kemari karena kau sahabatku, tapi aku tak ingin kau yang sekarang! Kau tahu, aku ingin sekali kau tak menolong kelahiran ketiga putra orang yang kau benci. Aku ingin kau biarkan saja mereka, karena sejak Zeus mencampakkanku, baik dia
Read more
PREV
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status