All Chapters of I LOVE ME: Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
31. Keras Seperti Baja?!
Kali ini Dev sudah tidak peduli dengan yang namanya kecepatan. Laju speedboatnya sudah berada di batas maksimum, dimana rem mungkin tidak akan berfungsi optimal untuk menghentikannya. Dev bergerak tanpa arah, mengelilingi kapal sekutu pemberontak itu. Seperti umpan yang bergerak untuk menarik perhatian sang pembidik. Dan tampaknya itu berhasil. DOR! DOR! Satu tembakan. Dua tembakan. Dev masih bisa menghindarinya. BYURR! Debur ombak laut beriak kencang saat Dev menghindari tembakan dengan menukik cepat dan tajam. Dev juga tak ketinggalan melepaskan beberapa tembakan bazooka sambil menyetir speedboat. Untuk memberi serangan balasan. Tak ayal, beberapa awak kapal musuh pun tumbang karena tembakan bazooka Dev. "Walau Dev kesulitan menembak saat menyetir, rupanya dia masih bisa membidik dengan baik. Padahal katanya Dev tidak begitu jago mengendarai speetboat kan? Dia benar-benar belajar dengan cepat! Aku
Read more
32. Kekalahan Pertama Devlin
Beberapa tahun lalu, saat Dev masih berlatih dengan Pak Marco. Bertempat di salah satu pulau tak berpenghuni, CB. Pulau dengan segala hewan buas yang tumpah ruah disana. "Apa kau pernah mendengar para penjahat yang kebal dengan benda tajam dan tubuhnya keras seperti baja?" Dev yang pada saat itu sedang memakan daging kijang bakar hasil buruannya itu pun langsung menghentikan kunyahan di mulutnya. Menatap bingung kepada pria usia kepala lima yang duduk berseberangan dengannya, Pak Marco. "Saya ... pernah dengar beberapa kali. Katanya mereka punya semacam ilmu kekebalan gitu. Tapi saya tidak mengerti bagaimana mereka dapat melakukannya ..." Pak Marco terkekeh pelan. Lalu bangkit dari duduknya hanya untuk mengambil buah ranting yang tergeletak di tanah. Beliau pun selanjutnya bergerak mengambil beberapa langkah mendekat kepada Dev dari belakang. Dan tanpa aba-aba, beliau tiba-tiba menepuk punggung Dev dari belakang. Hingga Dev pun sampai berjengkit kaget
Read more
33. Komplotan Amatir
"Rudi! Sedang apa kamu? Ayo cepat, kita harus segera kembali mengangkut ikan-ikan ini!!" "Ah, sebentar! Jalanya tersangkut nih! Bantuin dulu sini lah! Berat nih!" Pria muda yang memakai topi itu tadinya hendak memindahkan ikan-ikan di ember ke tempat box besar. Tapi seketika ia terhenti, karena penasaran dengan temannya yang sedang kesusahan menarik jala ikan. Dan melihat temannya itu benar-benar kewalahan menarik jala, dia malah berpikir kalau jangan-jangan jala itu berhasil menangkap ikan yang banyak dan berat. Jadi dia pun langsung semangat. "Ugh! Berat amat dah! Udah pasti gedhe nih tangkapannya! Hahaha!" Kedua orang itu masih berusaha menarik jaring itu. Tapi saat melihat bayangan hitam besar, mereka pun jadi makin semangat. "Satu dua!" "Hiyaaa!!" BRUK! Hasil tangkapan mereka pun berhasil terangkut ke atas kapal layar mereka. Senang rasanya mereka. Hingga tak sabar untuk memisahkan j
Read more
34. Double Agent
"Sial! Kau bawa kemana jam tanganku, hah?!" "Aaarrrgh! Sakit! Lepaskan aku! Apa begini kelakuan penegak keadilan?" Dev tidak menghiraukan ucapan pria bertopi itu. Tangannya yang semula mencengkram kuat pergelangan tangan pria bertopi itu kini berpindah cepat mengenggam kerah kameja lusuh pria itu. "Aku berhak memberi pelajaran pada pencuri busuk seperti kamu! Beraninya kamu mengambil apa yang bukan milikmu!" geram Dev. "Sekarang katakan, kau bawa kemana jamku?!" "Hei! Berhenti!" DRAP DRAP DRAP! Dari arah belakang, muncul beberapa orang baru yang berpakaian serba hitam dan mengenakan masker. Persis seperti para perampok, hanya saja mereka tidak memakai pakaian seragam. Kesemuanya rata-rata adalah laki-laki. Mereka berbondong-bondong masuk melalui pintu. Membawa beberapa senjata api di punggung dan genggaman tangan mereka. Pria bertopi itu ikut menoleh ke belakang, melihat orang-orang yang baru tiba itu. Lalu tersenyum menyeringa
Read more
35. Selidiki Motifnya, Baru Ditangkap!
SREK! Dari balik pohon mangrove yang tumbuh di dekat Dev dan pria bertopi itu bersembunyi, terdengar derap langkah dan pergerakan badan yang menimbulkan gemerisik dedauan dan kecipak air yang menggenang. Pertanda adanya kehadiran seseorang disana. Beberapa menit lalu, Dev sebenarnya sudah menyadari ada orang dibalik pohon mangrove itu. Tapi karena orang tidak kunjung menyerang dan hanya memantau, Dev diamkan. Dan kini, orang itu justru keluar dengan sendirinya tanpa Dev paksa untuk keluar. Rupanya dia adalah seorang perempuan muda yang mungkin usianya sebelas dua belas dengan Tora. Tapi agak lebih tua sedikit sepertinya. "Anu ... Maaf ... Jangan menyerangku ... " ucap anak perempuan itu seraya mendatangi Dev dengan takut-takut, dan mengangkat kedua tangannya setengah tinggi. Dev menatap anak itu dengan datar, sembari tangannya bergerak turun melepaskan kerah baju si pria bertopi. Lalu beralih mencengkram kedua pergelangan tangan pria bertopi.
Read more
36. Habis Manis, Sepah Dibuang
Setelah kemunculan Nia secara tiba-tiba, kali ini Nia mengatakan pada Dev kalau dia mengetahui ada kedatangan dua orang asing yang memasuki pulau. Dua hal kebetulan itu terlalu berdekatan. Tidak mungkin kalau Dev tidak merasa janggal akan itu. Tapi, dari pada memilih untuk mempertanyakannya, sementara ini Dev sengaja berpura-pura untuk percaya pada Nia, mengikuti kemana gadis remaja itu membawanya pergi. Dev mau lihat dulu, mau dibawa kemana dia ini sebenarnya. Apakah benar Nia betulan membawanya ke dua orang asing yang memasuki pulau itu, atau ... Terlebih lagi, si pria bertopi--Yudi juga ternyata ikut berlari bersama Dev. Kalau awalnya dia memberontak tidak mau ikut Dev, sekarang pria itu kelihatan tidak sepanik tadi. Justru tenang dan tanpa ekspresi. Itu semakin menambah dugaan kalau mungkin saja si Yudi itu tahu kemana lorong kaca bawah laut ini mengarah. Dan sampai saat Dev menyadari semua kejanggalan itu, dia masih tetap memilih berpura-pura
Read more
37. Sama-Sama Terjepit
Dev melirik kearah lubang pintu yang terbuka itu. Yang kemudian diikuti oleh Yudi dan juga Nia. Seketika mereka paham apa maksud Dev barusan. "Lubang pintu itu mungkin bisa jadi jalan keluar kita," ucap Dev dengan seringaiannya. Dahi Yudi menyerngit tak yakin. "Tapi, bukankah lubang itu tidak terlalu besar? Mungkin itu hanya akan bisa dilewati oleh Nia saja." Lubang pintu itu memang tidak begitu besar. Dengan panjang dan lebar sekitar 70 senti. Sedangkan tinggi Dev dan Yudi hampir menyentuh dua meter. Nia yang punya badan kecil dan hanya setinggi semeter lebih itu mungkin masih bisa melewati pintu tersebut. "Tidak. Kita bisa melewatinya." Dev menjawab dengan sangat yakin. Yudi menggeram. Kesal dengan Dev yang sepertinya tidak mengerti ucapannya tadi. "Apa kamu nggak denger omonganku barusan? Lubang pintu itu cuma cukup untuk--" "Kita nggak akan tahu kalau kita nggak mencoba! Jadi berhenti mengeluh sebelum kamu m
Read more
38. Kejamnya Seorang Dion
Sekarang mari beralih ke Devlin dan rencananya untuk keluar dari lorong bawah laut. "Bagaimana? Apa kalian sudah paham rencana yang kujelaskan tadi?" tanya Dev kepada Yudi dan Nia. Yudi mengangguk. "Aku mengerti. Tapi mungkin ini agak sedikit sulit. Karena aku belum pernah melakukan itu sebelumnya," ucapnya seraya menggaruk belakang kepalanya kikuk. "Tidak masalah. Kalau kau kesulitan, biar aku yang mengajari bagaimana caranya--" "Tidak perlu!" Yudi yang dengan lagak angkuhnya memotong ucapan Dev. "Biar aku dulu yang keluar! Kalau kau yang keluar duluan, aku tidak bisa menjamin kalau kau tidak akan kabur sendiri!" Dev melengos malas sembari memutar bola matanya. "Kau ini ... masih saja memikirkan hal seperti itu! Aku heran, apa sih yang 'mereka' lakukan ke kamu, sampai-sampai kau gila hormat seperti itu? Bukankah sudah jelas kalau mereka sekarang hendak membunuhmu bersamaku--" "Tidak perlu kau jelaskan soal itu!
Read more
39. Kehebohan Besar!
Berenang di kedalaman bawah laut tanpa peralatan, itu sama saja meresikokan nyawa. Bisa dibayangkan bagaimana tekanan air laut dalam mungkin bisa membunuh mereka. Lorong bawah laut berada di kedalaman hampir 50 meter. Tekanan di kedalaman tersebut tentunya membuat Devlin dan Yudi kesulitan. Nyaris menyerah, tapi Devlin berusaha untuk melawan perasaan itu. Dia tidak mau mati sia-sia. Dia harus selamat bagaimanapun caranya. Sambil menarik tubuh Yudi untuk membantunya berenang, Dev berusaha berenang naik secara perlahan. Agar tekanan air bawah laut tidak membuat tubuhnya sakit. Namun saat Dev melihat permukaan, dia melihat bayangan-bayangan hitam disana. Kemungkinan itu adalah kapal-kapal yang berpatroli atau semacamnya. Atau bisa saja kapal-kapal itu datang untuk memastikan apakah Dev masih hidup atau tidak. Untuk mengatasi masalah itu, Dev berinisiatif bersembunyi di bawah salah satu kapal. Mengikuti pergerakan kapal, sembari memegangi lambung kapal ba
Read more
40. Sekutu Tak Terduga
Disaat semua orang sedang heboh dan geram dengan bukti fakta yang terpampang pada layar video itu, disitulah Dev dan Yudi mendapatkan kesempatan untuk lari dari kejaran mereka. "Sekarang apa rencanamu?" tanya Yudi kepada Dev. "Aku ingin mencari dua temanku! Mereka tidak menjawab panggilanku sedari tadi. Aku khawatir terjadi sesuatu pada mereka!" jawab Dev kemudian. "Apa kau tahu kira-kira dimana mereka? Atau tempat dimana kalian biasa menyekap orang atau semacamnya?" Yudi mengangguk mantap. Lalu menarik satu lengan Dev. "Ikut aku! Kutunjukkan tempat dimana mereka kemungkinan berada! Tempat ini punya semacam penjara untuk orang-orang yang membangkang!" "Bagus! Antarkan aku kesana!" sahut Dev semangat. Mereka keluar dari pelabuhan, menuju satu lorong yang diyakini menjadi jalan menuju penjara. "Tapi ... Sepertinya tidak akan mudah untuk pergi kesana. Kalau memang dua temanmu ada disana, tempat itu pasti akan dijag
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status