I LOVE ME

I LOVE ME

Oleh:  Fenly Arismaya  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 Peringkat
51Bab
5.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tidak tahan hidup delapan belas tahun sebagai anak piatu cupu yang sehari-harinya berada dalam kondisi tertekan oleh sikap sang Ayah yang jahat dan bullying yang dilakukan teman-temannya, membuat Devlin Bramanto memutuskan untuk pergi mengadu nasib ke Ibukota demi menunaikan cita-citanya. Berkat usaha dan kerja kerasnya, Dev pun berhasil menjadi sosok pria yang "nyaris sempurna". Dev menjadi salah satu agen intelijen paling terkenal dengan kecerdasan, ketangkasan, dan terutama ketampanannya yang overdosis. Disaat pria tampan lain diluaran sana yang kerap memanfaatkan "kesempatan" menggaet perempuan dengan wajah tampan dan rayuan maut, tidak dengan Dev. Alih-alih bermain wanita, justru Dev anti dengan wanita. Itu karena Dev ... terlalu mencintai semua kesempurnaan dalam dirinya. Jangankan sekedar jatuh cinta, Dev bahkan tidak pernah sudi melirik perempuan di sekitarnya. Dev merasa kalau pria sempurna seperti dirinya tidak pantas bersanding dengan perempuan jelek manapun di dunia ini--pengecualian mungkin kalau perempuan itu adalah titisan bidadari surga. Namun sikap idealismenya itu seketika terpatahkan, sampai Dev mendapatkan misi penting untuk membawa Everly, perempuan yang menjadi kunci untuk menuntaskan misi pekerjaannya. Dari pertemuannya dengan Everly itulah yang membuat segala dalam diri Dev berubah ... Semua karena Everly ... Perempuan berkulit pucat misterius yang memiliki sejuta keunikan yang membuat Dev seketika menggila ... ** Info dan update cerita bisa cek di IG : @fenlykim

Lihat lebih banyak
I LOVE ME Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Imad Faozan
ketemu jg ......
2021-08-06 23:50:25
2
user avatar
youarestarsx
menarik nih ceritanya, si Dev pd bgt ya wkwk
2021-08-06 19:33:29
1
user avatar
Ailana Misha
Dev sempurnaa banget padahal dy tumbuh di lingkungan yang gak baik. Jadi gak sabar baca chapter-chapter berikutnya. Lanjut kak, semoga lancar nulisnya.
2021-06-26 13:34:47
1
user avatar
Andrea_Wu
Intinya Aku suka Dev, keten storynya Kak
2021-06-26 12:37:17
1
user avatar
th
Wahhh, dev going undercover nggak nih? Penasaran bangett
2021-06-26 12:23:50
1
user avatar
ICETEA
Wah, udah pinter banget, jadi intel, mana ganteng, dah lah pokoknya sempurna bgt itu mah bukan nyaris lagi. Dev emang keren bgt si :)))
2021-06-26 12:05:34
1
user avatar
Scarlet Crown
Tapi Dev keren ih, walaupun hidup di lingkungan yg toxic, tp dia ttp bisa sukses. Cerita km keren kak!!
2021-06-26 11:58:23
1
user avatar
kimfenly28
Hai Guys! Author disini! Bagaimana karyaku ini? Tulis komentar kalian dibawah ini ya! Kuharap kalian menikmati karyaku! Terimakasih buat yang sudah mampir disini! Semoga terhibur! 😊
2021-05-27 14:35:45
1
user avatar
Asihdias
Diremehkan, memang tidak enak. Beruntung Dev bukannya terpuruk tp justru terpecut untuk membuktikan dirinya bisa lebih. Memang mencintai diri sendiri penting. Tp Dev, jgn sampe over ya. 😁
2021-04-28 23:21:03
1
user avatar
Sinokmput
Keren ih blurbnya, bahasanya ringan mudah dimengerti. Semangat ya buat author
2021-04-28 16:32:38
1
51 Bab
1. Follow Your Heart!
Derap langkah cepat dari lima remaja pria berseragam SMA menggema saat mereka melintasi jalanan sepi di distrik rumah susun malam itu.   Sudah bukan pemandangan yang asing lagi melihat para remaja nakal berlalu lalang disana. Biasanya mereka memang kerap memalak satu dua orang kurang beruntung yang berpapasan di tempat mereka biasa 'mangkal' selama belasan tahun.   Namun kini, tidak seperti kebiasaan mereka yang selalu duduk diam di pojok gang sempit di ujung jalan, sekarang kelima remaja itu menampakkan raut wajah marah sambil berjalan tergesa, dan sesekali menengok beberapa tempat yang berkemungkinan bisa digunakan orang untuk bersembunyi. Jelas, mereka sedang mencari seseorang.   Satu diantara mereka, yang mengenakan kaus hitam rangkap dengan kameja seragam, berambut landak dengan cat warna merah, tampak kesakitan sembari memegangi dagunya yang sudah basah oleh darah. Sepertinya dia habis dihajar seseorang. Namun empa
Baca selengkapnya
2. Nasib Apes Dev
Dua minggu pasca ujian penentuan nasib kelulusan yang menjadi momok paling menakutkan bagi para murid SMA kelas tiga.   Ujian Nasional memang sudah berakhir, namun atmosfer ketegangannya masih terasa sangat pekat. Selama nilai ujian belum keluar, mereka masih belum bisa bernapas lega. Bahkan Dev pun juga sepertinya terlihat gelisah.   Dev tidak begitu takut nilai UN yang kurang memenuhi ekspektasi Ayahnya, namun ada hal lebih menguras pikirannya.   Menahan diri selama dua minggu untuk menanti hasil nilai UN dan Surat Keterangan Lulus itulah, yang membuat seorang Dev menjadi sangat tidak sabaran.   Tidak seperti murid-murid lain yang menunggu hasil kelulusan dan nilai ujian di rumah, Dev tetap pergi ke sekolah. Bahkan, sejak jam tujuh pagi Dev sudah stand by. Duduk di bangku taman. Tanpa kawan. Sendirian.   Ada satu urusan yang harus Dev selesaikan pagi itu. Dan tentu saja urusan
Baca selengkapnya
3. Tawaran Menjadi Calon Agen Intelijen?
"Tunggu Pak!" Dev menahan langkahnya ditempat sebelum mencapai ambang pintu keluar.   "Apa lagi?"   Kepala Dev lantas meleneng ke arah Bapak Kos yang berdiri tidak jauh dari pintu. Menampilkan sorot mata minta belas kasih kepada beliau.   "Pak, tolong saya ..."   Dahi Pak Kos menyerngit. "Ngapain? Orang kamunya yang salah! Bawa-bawa sabu!"   "Tapi itu bukan punya saya Pak! Saya aja nggak tahu kalau barang itu di lemari! Saya kan baru pindah!!" elak Dev.   "Hei!" Pak Polisi kembali mendorong Dev. "Kalau kamu terus merengek seperti ini, kamu malah makin kita curigai loh!"   "Benar. Kalau kamu memang bukan pemilik sabu itu, mustinya kamu nggak takut dibawa untuk diperiksa lebih lanjut! Kami hanya mau tes urin kamu untuk lebih memastikan!" timpal polisi satunya.   Dev tercenung. Satu pikiran menduga sesuatu di benaknya.
Baca selengkapnya
4. Misi Menangkap Perempuan?
Kesempatan jarang datang dua kali. Itulah yang Dev yakini. Maka dengan penuh kepercayaan diri, Dev pun menyetujui penawaran itu tanpa berpikir dua kali. Lewat jalur talenta, Dev lebih cenderung mendapat sorotan. Karena tidak banyak yang bisa ditarik melalui jalur itu. Namun bukan berarti jalur talenta bakal menjamin masuk. Tetap saja ada tes tersendiri di jalur talenta. Dan yang pastinya cukup selektif. Tidak hanya kemampuan intelegensi, fisik dan stamina juga menjadi pertimbangan. Bersyukur Dev membawa gen baik dari Ayahnya yang memiliki tinggi badan yang memenuhi standar. Tapi tidak dengan berat badannya yang terlalu kurus. Postur tubuh juga kurang menarik. Dan tubuh yang kurang ideal itu nyatanya cukup berpengaruh bagi kelancaran latihan fisik yang Dev jalani sekarang. "Cengkraman tanganmu kurang kuat, Dev! Cobalah untuk memaksimalkan tenagamu!" Itu teriakan dari Pak Marco. Sudah lebih dari belasan kali Dev mendengar suara teriakan itu dari
Baca selengkapnya
5. Bukan Perempuan Sembarangan
Sepuluh menit, Dev dan Budiman sudah berada di ruang simulasi. Mengambil misi baru mereka dalam bentuk chip seukuran kuku kelingking. Lalu memasangnya di headset di telinga masing-masing untuk memunculkan layar hologram melayang berisi instruksi video untuk mereka. "Kalian harus menyamar sebagai anggota reporter untuk menyelidiki lokasi bom di lahan pembangunan mall, kota P. Sekaligus mencari dan menangkap Yongkie, oknum mentor perakit bom." DEG! Dev terhenyak saat tahu lokasi misi itu berada cukup dekat dengan wilayah rusun tempat tinggalnya dulu. Seketika Dev jadi teringat pada Ayahnya. 'Bagaimana kabar Ayah sekarang ya? Beliau bahkan hanya menghubungiku satu kali sejak aku pergi dari rumah. Sepertinya beliau sudah tidak peduli padaku karena aku menentang keinginannya dan kabur dari rumah,' batin Dev sedih. Menyadari kalau pikirannya mulai kacau oleh perasaan sedih itu, Dev buru-buru menggelengkan kepala. Mengenyahkan rasa sedih itu karena d
Baca selengkapnya
6. Melawan Monster Putih
Dev menatap lekat-lekat ke manik mata Max. "Perempuan berambut putih? Atau berambut pirang? Kedua hal itu jelas berbeda. Kau yakin kalau dia berambut putih?" Max mengangguk. "Dia berambut putih. Kulitnya juga sangat putih. Dia seperti bukan manusia. Bukan seperti bule yang berambut pirang." Kerutan di dahi Dev pun makin bertambah. Seiring dengan bola matanya yang melotot antusias. "Kau melihat wajahnya? Atau sempat mengambil gambarnya?" Max menggeleng. "Aku tak sempat melihat wajahnya. Dan dia menggunakan masker yang menutupi separuh wajahnya." Mendengar penjelasan itu membuat helaan napas keluar dari Budiman. "Lalu bagaimana kau bisa sampai dihajar begini?" "Aku ..." Max menelan ludah. "Dia menyerang kakiku dari belakang dan--" "Oh come on, Max." Devlin mendesah. "Dia perempuan kan? Bagaimana bisa kau kalah? Kau ini seorang agen laki-laki yang terlatih! Masa kau kalah dengan seorang perempuan warga sipil biasa? Buat malu saja!"
Baca selengkapnya
7. Salah Mendugamu
Setelah memastikan perempuan itu aman dan sudah kabur, anak-anak itu bergegas melarikan diri dengan cepat. Lari ke segala arah. Dan sebelum Dev sempat mengejar dan menangkap salah satu diantara mereka, tiba-tiba muncul beberapa warga dan petugas keamanan sekitar. Datang dari pintu utara dan berbondong-bondong membawa alat dapur seadanya. "Dasar anak-anak berandal! Pergi! Jangan membuat keributan disini!" Itu suara sahutan keributan dari warga saat menghardik anak-anak remaja itu. Dev yang menyadari kedatangan warga itu pun tak urung juga ikut kabur. Tentunya sebagai agen rahasia yang sedang bertugas, idenditas dan keberadaaannya jangan sampai diketahui warga sipil manapun. Dengan susah payah, Dev berusaha menyeret kakinya dan melompati pagar selatan. Dan tak lupa pula Dev juga menyempatkan waktu memanggil agen anak buahnya yang bertugas di dekat lokasi itu untuk segera menjemputnya. Hanya dalam hitungan menit, Anton--anak buah Dev itu datang d
Baca selengkapnya
8. Undangan Makan Malam untuk Dev
Sedikit berjalan pincang sambil memegangi punggungnya, perempuan itu memaksakan diri untuk berjalan keluar ruangan. Dia tidak menjawab pertanyaan Dev, namun hanya memberikan gerakan isyarat melalui telunjuknya agar Dev tetap di tempat. Juga seolah memberitahu kalau dia akan segera kembali. Dan entah bagaimana, sikap perempuan misterius itu membuat Dev termangu. Hingga tak lama setelahnya, perempuan itu pun kembali dengan penampilan yang membuat bola mata Dev membulat kaget. Tubuh perempuan itu kini hanya berbalut dress putih selutut. Tidak lagi memakai jaket dan celana putih tadi. Rambut putih bergelombangnya tetap diikat tinggi. Tidak. Tentu bukan itu semua yang membuat Dev kaget. Tapi saat Dev menyadari kalau perempuan ini ... ternyata tidak pakai bra. Siapapun bisa melihat itu karena dress itu bahannya tipis. Astaga! Oke. Dev memang sudah sering melihat perempuan tidak tahu malu di dunia ini. Tapi bukannya tergiur, justru Dev merasa
Baca selengkapnya
9. Eve, si Kucing Pencuri
Perubahan aura perempuan itu seketika dirasakan Dev. Hawa kemarahan yang kuat, bercampur dengan rasa takut. Dev bisa merasakan itu melalui raut ekspresi dari Eve. "Mengapa cecunguk-cecunguk itu ingin mengincar tempat tinggal kalian? Dan bagaimana mungkin kalian tidak melapor pada pihak berwajib?" tanya Dev to the point dan tegas. Eve terlihat mengembuskan napasnya dengan sangat gusar. Seolah ada beban besar mengganjal dadanya yang sulit dikeluarkan begitu saja. "Entahlah." Eve mengangkat bahu, mencoba bersikap santai. Jeda menarik napas, Eve lantas memalingkan wajah kearah Dev dan melanjutkan ucapannya. "Lagipula itu tidak penting buatmu untuk tahu, kan? Orang luar sepertimu seharusnya tidak perlu terlibat jauh dengan masalah kami," tandas Eve dingin. Ucapan dingin itu tanpa sadar menarik satu simpulan senyum di bibir Dev. Karena ini pertama kalinya ada perempuan yang bersikap dingin kepada Dev. "Aku hanya memberikanmu saran ya
Baca selengkapnya
10. Tertangkapnya Kucing Pencuri
"Jadi bagaimana, hum? Kalau kau setuju, besok kita bisa berangkat." Dev sedikit mendekat, lalu mencondongkan tubuh kepada Eve yang duduk di hadapannya. Memasang senyum ramah yang Eve yakin kalau itu adalah senyum pencitraan Dev. Sungguh, rasanya Eve ingin melempar gelas minum yang ia genggam ke wajah Dev--kalau seandainya tidak ada Neneknya disitu. "Aku--" "Nenek, kuenya sudah jadi!" Tiba-tiba muncul satu anak perempuan remaja membawa baki berisi beberapa kue kering yang sepertinya baru diangkat dari pemanggangan di ruang dapur. Nenek lantas terkekeh sekilas, lalu hendak bangkit dari duduknya. Lalu meraih baki itu untuk disuguhkan kepada Dev. "Ini kue buatan nenek. Baru matang. Silahkan dinikmati selagi kalian mengobrol--" "Sepertinya tidak perlu, Nek." potong Eve cepat. "Alangkah baiknya Pak Fotografer harus cepat pulang sebelum larut malam. Akan sangat bahaya diluar saat malam." Lalu Eve menoleh kepada Dev. "Benar begitu kan, Pak Fot
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status