All Chapters of Tania Saka : Chapter 11 - Chapter 20
32 Chapters
Episode 11
  kemudian lari tunggang langgang menjauhi Tanka. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum dan berlalu pergi meninggal kan taman. Di kejauhan, nampak seseorang mengawasi adegan perkelahian tersebut dari dalam mobil sembari menyesap rokok yang berulang kali disulutnya. "Gadis yang tangguh, cantik dan cerdas. Membuat aku semakin menggilai dan tidak mungkin bisa melupakannya," ucapnya kagum. Lelaki itu kemudian turun dari mobil, sesaat setelah orang suruhannya mulai mendekat. "Maaf, Bos. Kami gagal," ucap  salah satu orang suruhannya yang mulai kehabisan tenaga. "Kenapa bisa begitu?" tanya Si Bos. "Gadis itu sungguh kuat, Bos." Kedua pemuda itu pun menunduk, tak berani menatap wajah Si Bos. "Ok, tak apa. Tapi lain kali kalian tidak boleh gagal lagi," ucap lelaki itu sambil masuk mobil dan berlalu pergi meninggalkan kedua suruhannya. "Dasar Bos Billy aneh, kenapa dia selalu mengincar gadis itu? Apa yang dia rencanakan
Read more
Episode 12
Si masa Paman Jo disandera.Byuurr!Aku langsung gelagapan. Bagaimana tidak, satu ember air mengguyur tubuhku yang belum 100% sadar. Kuusap air pada wajahku, mencoba berdiri, tapi tak bisa. Yah, tentu saja karena kedua kakiku terikat."Si--siapa kalian? Beraninya main keroyokan," umpatku pada mereka. "Katakan, apa maksudmu mengikuti jejakku? Mau jadi jagoan? Hah!" Lelaki bertopeng itu bangkit dari duduknya. Lelaki bertopeng itu mulai mendekatiku, lalu dengan keras kaki kekarnya terayun ke perutku.Tiada perlawanan berarti dariku, hanya lenguhan dan suara mengaduh yang bergantian karena sakitnya pukulan. "Jawab pertanyaanku, bedebah!" serunya seraya terus menendang seluruh badanku.Aku hanya diam, tak ada sedikitpun info yang mereka dapat.Aku tidak akan mengkhianati gadis malang itu, Tanka adalah pemegang saham terbesar di perusahahaan karet yang dikelola ayahnya. Aku harus melindungi semua aset
Read more
Episode 13
 Kay mengayunkan tangan ke arah Willy lalu menunjuk ke arah tembok yang tertutup dedaunan nan rimbun. Willy mengangguk, dia mendekat lalu berjongkok untuk menjadi tumpuan teman-temannya. Yah, karena hanya Willy yang memiliki tubuh yang lumayan berisi dibandingkan yang lainnya.Kay menatap jony, dia menyuruh temannya itu untuk memanjat duluan, setelah Jony mendarat tanpa kendala, Kay pun membantu Tanka untuk ikut memanjat tembok setinggi dua meter tersebut. Kemudian disusul Rasya, Kay dan Willy.Suasana yang remang kurang pencahayaan membuat mereka leluasa bergerak. Aneh bila dirasa, di bagian depan dan belakang rumah nampak puluhan penjaga dengan persenjataan yang lengkap.Sementara di samping cuma ada segelintir penjaga saja.Kay sebagai ketua regu begitu sangat hati-hati. Dia akan memantau suasana sebelum menyuruh anak buahnya bergerak. Seperti saat ini, lelaki bertubuh tinggi, kekar dan berwajah tampan bak bintang film ternama, Jo
Read more
Episode 14
 "Jony ...." Willy berteriak sekerasnya. Lelaki itu tidak kuasa melihat sahabatnya mati mengenaskan dengan puluhan peluru bersarang di tubuh.Namun saat Willy hendak meraih tubuh Jony, tiba-tiba Rasya menarik tubuh kekar Willy menjauhi arena.Rasya segera membawa Willy ke tempat yang lebih aman.Sementara Tanka dan Kay segera menyusul kedua temannya. Kemudian Kay mendekati Willy, mencoba menenangkan."Kenapa tidak kau biarkan aku meraih tubuh Jony!" teriak Willy seraya mengusap kasar wajahnya."Jangan bodoh, Will! Itu sama saja kamu mencari mati!" Kay memegang kedua pundak Willy, mencoba menenangkan. "Lalu bagaimana dengan Jony? Dia pasti tengah menanti kita," ucap Willy di antara isak tangisnya."Jony sudah menang dalam misi ini, dan sekarang giliran kita. bagaimana caranya agar bisa keluar dari tempat ini secepatnya" Kay lalu menarik tubuh Willy dalam pelukannya. Setelah situasi mulai terkendali, mereka b
Read more
Episode 15 . Sandiwara pembawa bencana
Hari pun semakin petang. Usai menyelesaikan masakannya Tanka segera menyiapkan semua di atas meja makan lalu beranjak menuju kamar di mana tamunya berada. "Hi ... gaes! Makanan sudah siap, tapi lebih baik kalian mandi dulu sebelum makan. Nanti biar Kay aku yang urus," ucap gadis itu sebelum berlalu dari kamar. "Siap," teriak Willy yang kemudian bangkit menuju kamar mandi. Demikian pula dengan Tanka. Usai menyelesaikan ritual mandinya gadis itu menuju dapur, mengambil piring lalu menyendok sedikit nasi juga lauknya sekalian, dan ia pun beranjak menuju kamar di mana Kay berada. "Loh, kenapa kalian masih di sini. Emang gak laper, toh?" tanya gadis itu yang kemudian duduk di sebelah Kay. "Aku mau dong, dilayani juga," ledek Rasya sembari melirik ke arah Kay, sahabatnya. "Jangan ngaco, deh. Aku mah ogah, dilayani tapi badan sakit semua," timpal Willy kemudian.  "Hemh," protes Kay, membuat kedua temannya berlalu tanpa menung
Read more
Episode 16 .
Usai mendengar apa kemauan dari Si Abang. Billy pun langsung berlalu dan mengajak beberapa anak buahnya untuk menyambangi rumah yang Tanka tempati saat ini.Tidak tanggung-tanggung tiga mobil sedan sekaligus melaju cepat membawa Billy beserta sepuluh anak buahnya.   Sementara itu di lain tempat, Kay sedang mempersiapkan langkah selanjutnya untuk membantu gadis yang lumayan mengusik hatinya saat ini. Kay menulis sesuatu pada selembar kertas dan diberikan pada gadis di depannya.  (Kita harus berhati-hati mulai saat ini, bisa saja bos besar merencanakan sesuatu)   Tanka mengerutkan dahinya dan menatap pria di depannya penuh tanya, yang dibalas anggukan oleh Kay. "Berikan kertas itu pada yang lainnya!" Kay menatap gadis itu lalu tersenyum. Memberi kode agar tetap waspada.   Tanpa berfikir panjang gadis itu langsung menuju tempat di mana Willy dan Rasya berada. "Gaes, ini ada pesan dari Kay." Tanka
Read more
Episode 17 Kissing
 "Apa-apaan ini! Mengejar empat tikus saja kamu gagal, apa keahlianmu hanya mengejar wanita, hah!" Sang Abang menggebrak meja kuat, membuat Billy beserta kesemua anak buahnya ketakutan. "Maafkan aku, Bang! Semua di luar dugaanku," jawab Billy dengan suara bergetar. "Lalu?" Lelaki angkuh itu mendelik ke arah Billy sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku janji akan segera menemukan mereka." Billy mendekat kemudian berbisik pada lelaki yang ditakutinya itu, "Aku akan membawa wanita itu padamu, segera."Si Abang yang dikenal dengan sebutan Mr. X itu mengangguk tanda setuju. "Baiklah, Aku tunggu kabar baik darimu, secepatnya." Mr. X kemudian berlalu meninggalkan Billy beserta anak buahnya. "Hah ... aku terpaksa harus mencari anak buah yang baru," ujar Billy sambil mondar-mandir mencari solusi. "Bubar kalian! Besok kita mulai bergerak lagi."
Read more
Episode 18. Kemarahan Mr.X
Senja mulai menampakkan pesonanya, kuning keemasan.Begitu pun dengan Kay, wajahnya sungguh terlihat sumringah, membuat ketampanannya terpancar sempurna. Ya tentu saja, siapa sih yang enggak bahagia bila hati tengah berbunga-bunga, merasakan getaran cinta yang menggelora. Yang tentu membuat Rasya dan Willy merasa iri akan nasip baik sahabatnya, tapi walaupun begitu mereka tetap professional dalam persaingan dalam mengejar cinta Sang Dewi. "Kay, apa kau benar cintakan dia?" tanya Willy pada sahabatnya yang tengah serius mencuri pandang ke arah Tanka. "Iya. Emange ngopo?" jawab Kay dengan gaya jual mahalnya. "Tulus kagak loe ama tu cewek?" timpal Rasya yang mendengar perbincangan kedua sahabatnya itu. "Aku belum tau, tapi yang jelas aku merasa nyaman dengannya." Kay menatap Tanka sambil senyam senyum bak orang yang sudah tidak waras lagi. 
Read more
Episode 19. Pertarungan yang tidak seimbang
Bruukkk!Willy seketika menjatuhkan barang yang dibawanya, berlari menjauhi orang itu yang tidak lain adalah Billy. Terus berlari, berharap dia bisa menemukan Rasya dan mengajaknya kabur."Cepat kejar dia, jangan sampai lolos!" teriak Billy membuat seisi pasar di buat bingung dan ketakutan dengan keributan yang dibuatnya.Semua orang bengong melihat mereka yang terlibat aksi kejar-kejaran.Willy terus berlari asal, terkadang lelaki itu melompat untuk menghindari semua yang menghalanginya. Tidak seperti Billy dan anak buahnya, mereka melempar asal semua barang yang menghalangi langkah.Sementara itu dari jauh Rasya yang tengah mengangkut barang langgananya dibuat kaget dengan aksi kejar-kejaran mereka. Karena penasaran lelaki itu melihatnya lebih dekat."I--itu kan Willy, ngapain anak itu lari-larian?" Rasya bermonolog sembari terus memperhatikan Willy, sahabatnya. Lelaki itu kaget saat melihat segerombolan o
Read more
Episode 20
"Katakan! Di mana kedua teman kalian?" Billy mengangkat kepala Rasya yang terluka. Namun, ia menjatuhkannya lagi saat tiada respon yang berarti. Lelaki itu kemudian beralih pada Willy yang juga terkulai lemas.Dia membalikkan badan lawannya, tapi dia urungkan untuk bertanya, karena ia melihat Willy sudah sekarat dengan luka di sekujur tubuhnya. "Dasar pecundang. Ayo kita cari gadis itu! Mungkin mereka tidak jauh dari sini," perintah Billy seraya beranjak meninggalkan kedua korbannya. Baru beberapa langkah rombongan Billy melangkah, tiba-tiba dari arah lain datang seorang pria dengan menggendong anak kecil menghampiri kedua sahabat yang tengah sekarat itu. Pria itu memeriksa urat nadi Willy maupun Rasya.  "Sungguh luar biasa, dengan luka separah ini mereka masih bernapas. Aku harus segera menolongnya sebelum terlambat," ujar lelaki itu sembari menurunkan anak kecil yang digendongnya.Namun, saat lelaki itu hendak mengangk
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status