Semua Bab First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA)): Bab 21 - Bab 30
33 Bab
Bab 21
Setelah beberapa menit aku kembali, kudengar Ibu masih memaki Vira. "Bu, sebegitu hinakah aku di mata Ibu?" ucap Vira. "Kamu bukan lagi hina! Tapi sangat terhina! Sampai kapanbpun saya malu mengakui kamu sebagai menantu! Haram jadah!" bentak Ibu. "Siapa pun tidak akan mau menjadi wanita kedua di rumah tangga orang dan menjadi duri untuk mereka, Bu." Vira masih membela dirinya, walaupun dia masih lemah. "Cuih …! Itu kamu sadar! Kenapa kamu mau menikah dengan Duta?! Kamu sadar kamu akan menjadi duri untuk mereka! Dasar perempuan hina menjijikan!" triak Ibu. "Lalu apa yang harus saya  lakukan, Bu? Ibu pikir selama ini saya hidup enak dengan Mas Duta? Tidak sama sekali, Bu. Mas Duta tidak ada waktu untuk saya! Dia sibuk dengan dirinya sendiri! Sesekali dia menghampiriku jika ingin memberikanku nafkah!" triak Vira
Baca selengkapnya
Bab 22
POV Nita Seharian ini aku sedikit lelah namun puas. Aku menatap bangga hasil kerja kerasku selama lima tahun. Aku tidak pernah menyangka akan menjadi sebesar ini. Lima tahun aku pergi dari kehidupan masalaluku yang menyakitkan. Aku fokus dengan karir dan anakku, sekarang usahaku berkembang pesat. Hotel yang aku dirikan mampu menjadi hotel terbesar. Welcome Duta Mahendra! Kita akan bertemu dalam dunia bisnis. Aku tidak perlu membalas perlakuanmu yang menyakitkan dengan perlakuan yang sama, cukup memberimu kebahagiaan sementara. Setelah itu, kamu akan memulai titik terendahmu dengan Madumu. Eh Maduku …. tidak … tidak … bukan maduku. Tapi, mantan maduku. Hah, ya, aku memberikan suamiku pada maduku tepatnya seperti itu.  
Baca selengkapnya
Bab 23
 Aku sudah tidak sabar menjelaskan materiku dirapat nanti, aku yakin dengan rencana ini, pasti investor akan bekerja sama denganku. Anita memang pengusaha perempuan yang sukses. Aku tidak sabar melihat reaksi Duta. Setelah ini aku akan hidup di sekitaran lingkungannya, bagaimana exspresinya nanti, pasti menggemaskan. Mari bersaing Duta. Melihat kembali wajah yang menjijikan. Ih membuatku bergidik jijik.Tidak terasa sudah dua jam aku berbaring di ranjang. Bermain ponsel berselancar di dunia Maya. Aku merindukan Brata. Sangat merindukannya. Kurasa aku mencintainya. Namun, siapa aku? Hanya seorang janda, sedangkan dia tampan sukses dan single. Dia pantas mendapatkan gadis perawan. Bukan janda seperti aku. Sepertinya takdir memang tidak menentukan aku untuk menikah lagi.  Sudah pukul sepuluh m
Baca selengkapnya
Bab 24
 Mbak Nita?" Wanita tadi kembali menghampiriku ketika aku hendak beranjak menghampri Gama. "Sebentar Gam!" triaku pada Gama. "Iya. Saya Nita, apa kamu mengenalku?" tanyaku bingung. "Iya. Mbak Nita Mamanya Adnan kah?" tanyanya menyelidik. "Iya, saya Mamanya Adnan," jawabku sedikit bingung. "Kita pernah bertemu di sebuah restoran, Mbak, sekitar beberapa tahun lalu." Dia menjelaskan semuanya. Aku pun teringat pertemuan dengan dia, ketika Adnan ingin menghubungi Brata, bersembunyi di belakang punggung wanita itu. Aku tersenyum dan memperkenalkan diri menjabat tangannya. Dia menyambut hangat tanganku dan menyebutkan namanya. "Saya Nanda, Mbak. Ber
Baca selengkapnya
Bab 25
POV Vira     Baru sehari aku ditinggal dengan mertuaku ampun deh! Bawel banget. Bisa-bisa aku gila kalau seperti ini. Mbak Nita kuat banget punya mertua kayak begini. Rasanya ingin kukasih racun tikus mertua gila ini.      Ya Tuhan …  seharian ini kerjanya ceramah terus, sampai kupingku terasa budeg. Ingin melawan tapi percuma, tenagaku sedang lemah, luka bekas jahitan juga belum terlalu kering.      Sebegitu hinanya ternyata istri kedua dimata orang, bahkan dimata mertuaku. Mas Duta kenapa tidak menyuruh suster aja untuk membantuku, kenapa harus memanggil Ibunya yang kaya macan ini?      Tidak pernah terbayang dalam hidupku aku akan berhubungan dengan mertua sadis. Sepertinya kalau terus seperti ini aku tidak akan kuat dengan Mas Duta. Kesung
Baca selengkapnya
BAB 26
Pov Nita Ma … bangun ada tamu." Adnan beberapa kali mengetuk pintu kamarku. Kulihat waktu sudah pukul 21.00. Aku mengikat rambut, dengan riasan sisa tadi siang masih menempel di wajah. "Iya, Mama keluar." Aku membuka pintu kulihat Adnan sudah tidak ada, mungkin di ruang tamu. Ada lima orang sedang berkumpul di sana. Satu wanita yang wajahnya tak asing sedang hangat berbicara dengan Papa dan Adnan. Aku menghampiri mereka. "Nanda, hai akhirnya kamu ke sini juga. Maaf ya, aku baru bangun tidur," ucapku lalu duduk di sebelahnya. "Dengan siapa?" tanyaku. "Calon suamiku," jawabnya dengan menunjuk seseorang yang duduk di depannya. Pan
Baca selengkapnya
BAB 27
POV DutaPagi ini adalah pagi yang akan menentukan nasibku nanti. Mungkinkah aku dapat melawan Nita? Nita sangat mengerti tentang pariwisata dan perhotelan. Bakat marketingnya tidak bisa dipungkiri. Saat dia membantuku menjalani bisnis itu, dengan sekejap hotelku mengalami kemajuan, bahkan hingga menjadi target investor untuk ikut menanam modalnya. Sehingga aku tidak perlu lagi bekerja dengan mertuaku. Mungkinkah Nita akan merebut segalanya?"Gimana, Mar? Siap?" tanyaku pada Damar. "Siap. Lo yakin akan menangin kerja sama ini?" Ada raut panik diwajah Damar. "Y
Baca selengkapnya
BAB 28
Setelah beberapa menit kami sudah sampai di rumah sakit. Aku langsung menuju ke ruangan Vira. Sedangkan Damar mampir ke kantin untuk membeli makanan. Sesampainya di depan pintu aku mendengar anakku menangis kencang. Langsung saja aku masuk. Kok tidak ada orang? Di mana Ibu? Mungkin Ibu sedang membeli makanan. Lalu, kenapa anakku berada di kasur Ibunya bukan di tempat bayi?   "Cup … cup … cup, Sayang …" Aku langsung menggendong dan  mendiamkannya. Sepertinya dia pup, jadi dia menangis.   "Vir … !" panggilku.   "Iya, Mas. Syukur Alhamdulillah Mas Duta sudah kembali," jawabnya terseok-seok keluar dari kamar mandi dan memegangi perutnya.   "Masih sakit?"   "Sedikit, Mas ... mungki efek triak-triak kemaren."   "Ibu kemana?"   
Baca selengkapnya
Bab 29
"Sudah rapi?" tanyaku pada Vira. Dia terus memegangi perutnya. "Serius ini mau di bawa pulang?" tanya Damar. "Dokter bilang bisa dirawat di rumah, Mar. Lo tau sendiri keuangan gue lagi gimana sekarang. "Makanya cari istri jangan yang malah nyusahin, sial kan kamu nikah sama pelakor ini," cetus Ibu. Entah kapan Ibu datang tidak ada kabar berita kedatangannya tiba-tiba saja Ibu muncul sepagi ini. "Sudah, Bu Nengsih, ini rumah sakit tidak enak ribut-ribut," ucap Damar. "Halah ini kan ruang VIP, tidak ada yang dengar," sanggah Ibu. "Udah si, cerain aja istri begini bikin sial aja."Damar hanya menggeleng kepala. Pusing juga dengar Ibu ngomong cerai tiap hari. "Bagus lah, Bu. Kalau Mas Duta mau cerain saya, suatu keberuntungan untuk saya," sahut Vira kesal. 
Baca selengkapnya
Bab 30
Dita kembali menelponku dia bilang ada kekacauan di kantor. Aku langsung bergagas ke sana. Kunyalakan mesin mobil dan kupacu secepat mungkin. Kalau untuk mengebut aku memang ahlinya bahkan aku mampu menempuh perjalanan dari rumah ke kantor hanya dalam waktu 15 menit. Aku melihat terjadi kericuhan di sana. Para karyawan berdemo meminta gajih bulanan mereka yang belum dibayarkan. Padahal masalah gajih sudah kuserahkan semua pada Damar. Dengan kesal aku mencari keberadaan Damar. Namun, tak kusangka Dita bilang Damar telah pergi. "Brengsek Damar!" "Dita kamu tenangkan dulu karyawan yang lain. Bilang saya akan membayar gajih mereka." "Siap, Pak" Aku bergegas ke ruangan Damar mencari apa pun yang dapat kutemukan. Namun, nihil, tidak ada yang kudapatkan. Akan tetapi ada sepucuk surat yang diletakan di meja. Dengan cepat aku membuka amp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status