All Chapters of Terjebak Cinta Si Kaya: Chapter 21 - Chapter 30
48 Chapters
Bab 21. Ryan & Daniel
Pagi itu Ryan sedang sarapan bersama orang tua dan kakak laki-lakinya. Rumah mereka terlihat sangat bersih dan rapi. Tidak heran, karena mereka adalah keluarga dokter. Papanya merupakan dokter spesialis kulit terkenal yang sudah memiliki acaranya sendiri di TV nasional, Dokter Adiguna Santoso. Beliau juga memiliki jaringan klinik kecantikan yang membuka banyak cabang di berbagai kota, Lotus Skin Care & Clinic. Sedangkan mamanya merupakan seorang dokter spesialis jantung yang bekerja di salah satu jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia, Wijaya Medika. Kakaknya sendiri merupakan seorang mahasiswa kedokteran di Singapura, yang saat ini masih dalam liburan semester. "Cuci tangannya dulu," pinta mamanya pada Ryan. "Udah, Ma," jawab Ryan. Makanan yang tersedia di hadapan mereka adalah makanan-makanan sehat dengan gizi seimbang dari sebuah katering healthy food yang memang biasa mereka pesan setiap hari. Selain sangat memperhatikan kebersihan dan apa
Read more
Bab 22. Go Public
Sepulang kegiatan ekstrakurikuler hari itu, Alex langsung pulang ke rumah. Saat memasuki rumah, ia melihat papa, mama, Ericko, dan Katrin serta beberapa pegawai papanya sedang berada di rumah. Malam hari itu, mereka akan menghadiri acara Grand Launching proyek Superblok terbaru mereka, Lunar Land. Mereka semua sedang bersiap-siap untuk acara tersebut di rumah Alex."Ini Alex pulang," kata Katrin tiba-tiba pada papa dan mamanya."Lex, nggak usah les dulu ya. Nanti ikut kita," pinta papanya dengan lugas."Ikut ke acara, Pa?" tanya Alex merujuk pada acara Grand Launching Superblok Lunar Land."Iya, kamu siap-siap sekarang," perintah papanya."Loh, tumben, Pa? Alex kan biasanya nggak pernah ikut?" tanyanya heran.Alex memang tidak pernah mau mengikuti acara-acara perusahaan, grand launching, grand opening, soft launching, soft opening, gathering, apa pun itulah namanya. Ia merasa belum siap disorot media saat ini dan berencana akan mulai menujuk
Read more
Bab 23. Terekspos
Alex melihat ke arah pintu masuk dan dilihatnya Pak Teddy Gunawan beserta istrinya memasuki Grand Ballroom, diikuti oleh Steven yang berjalan di belakangnya. Alex mendadak merasa senang bercampur lega karena ada temannya di situ. Orang-orang yang sedang berdiri bersama Alex di situ juga melihat ke arah pintu masuk, penasaran tentang tokoh siapa lagi yang datang."Ma, Pa, Tante, Om, Alex mau ketemu sama teman Alex dulu ya," pamitnya pada mereka, kemudian pergi berjalan menghampiri Steven."Temennya... Anaknya Pak Teddy," terang mama Alex pada Bapak dan Ibu Sutikno yang juga mengenal Pak Teddy Gunawan. Kebetulan Pak Teddy, Papa Steven itu, juga mempunyai saham di PT. Linardi Development.Steven yang tidak tahu bahwa Alex juga berada di sana dibuat sangat terkejut saat Alex menghampirinya. "Loh, Lex? Nih aku nggak salah liat?" tanya Steven merasa tidak percaya."Dipaksa ikut, yaudah," jawab Alex santai."Wah wah wah... nggak nyangka kamu juga ikut ke
Read more
Bab 24. Bertingkah Aneh
"Ya bukanlah!" jawab Alex pada akhirnya, berusaha agar tak terlihat bahwa ia sedang berbohong. Alex pun mengembalikan handphone Ali yang dipegangnya tadi."Beneran, Lex? Aneh loh namanya bisa sama persis," kata Ali curiga."Yaelah, beneran! Papa aku tuh cuma Manajer," jawab Alex berbohong. Omnya yang sering mengambilkannya rapor memang seorang Manajer di salah satu perusahaan milik papanya."Ah, masa sih, Lex?" tanya Ali yang tetap saja merasa tak percaya."Nggak percaya amat sih, Li? Emangnya kamu pernah liat aku sama keluarga Linardi? Nggak mungkin kan kalau emang bener aku anaknya Bambang Linardi, tapi nggak pernah keliatan sekalipun sama keluarganya? Lagipula orang itu juga kayaknya udah usia 20 tahunan makanya dia ikut acara perusahaan." Alex mencoba memberikan alasan yang masuk akal."Iya juga ya," jawab Ali. Untung saja temannya itu bukan anak jenius yang pastinya akan sulit untuk ditipu. Alex pun menunggu reaksi selanjutnya dari Ali.
Read more
Bab 25. Kharisma Sang Musisi
Elisa mengendarai motornya menyusuri jalanan Lunar Residence. Siang itu ia memiliki janji latihan untuk Art Show di rumah Michelle yang memang beralamat di dalam perumahan elit itu. Ia mengendarai motornya sambil mencari nomor rumah Michelle."B-21... B-23...," gumamnya sambil mencari alamat. "Nah ini B-25," gumamnya, akhirnya ia menemukannya. Ia berhenti di sebuah rumah dengan cat berwarna coklat muda, sangat besar terdiri dari 2 lantai. Tembok pagarnya sangat kokoh, terlihat megah, dan tak terlalu tinggi sehingga rumah yang mewah di dalamnya bisa terlihat dari luar.Ia pun turun dari motornya dan berusaha mencari letak tombol bel rumah di depan pagar itu. Akhirnya ia menemukan bel rumah yang letaknya pas di atas sebuah alat yang ditempel di tembok, mirip sebuah panel. Tiba-tiba terdengar sebuah suara entah dari mana itu asalnya."Siapa ya?" Suara seorang wanita bertanya padanya. Elisa yang terkejut kemudian mencari-cari orang yang mengeluarkan suara itu, tapi
Read more
Bab 26. Alex dan Cita-cita
Seusai kegiatan ekstrakurikuler, Alex masih berada di dalam ruangan musik sambil memainkan gitarnya sendirian. Tiba-tiba datanglah dua orang teman laki-lakinya memasuki ruangan itu."Hei, Lex. Udah nunggu lama?" tanya temannya yang bertubuh jangkung, Robby."Nggak. Baru aja selesai kok ekskulnya," jawab Alex masih dengan gitar di pangkuannya."Ali mana, Lex?" tanya teman satunya yang bertubuh agak pendek, Ivan."Udah otw katanya sekitar 10 menit yang lalu. Paling ntar lagi juga dateng dia," jawab Alex.Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sepertinya sedang berlari-lari kecil mendekati ruang musik. Tampaklah Ali membuka pintu ruangan itu dan masuk."Sorry, guys. Macet," kata Ali sambil berjalan menghampiri mereka bertiga.Siang itu mereka berencana latihan untuk acara Art Show yang akan digelar pada hari Sabtu, 3 hari lagi. Mereka bertiga adalah teman sekelas Alex yang membuat sebuah band musik dadakan khusus untuk acara tersebu
Read more
Bab 27. Perasaan Itu Pun Datang
Sabtu pagi di SMA Akasia, para siswa tidak mengikuti pelajaran seperti biasanya karena akan diadakan Art Show yang digelar di concert hall sekolah. Semua kelas akan berpartisipasi mengirimkan perwakilannya untuk Art Show tersebut, ada yang menyanyi, bermain musik, dan menari.Tiap-tiap kelas akan tampil satu per satu di atas panggung. Ruangan concert hall yang digunakan merupakan sebuah ruangan yang sangat besar berbentuk seperti ruangan bioskop dengan kursi-kursi penonton berwarna merah yang empuk dan lantai yang bersusun-susun. Terdapat sebanyak 320 buah kursi di sana, sanggup menampung semua siswa SMA Akasia yang berjumlah 300-an orang.Hari itu kelas Alex, 11-A mendapat giliran tampil ke-5. Giliran tampil pagi itu tidak diurutkan sesuai kelas, namun diundi dua hari sebelum acara. Alex dan kawan-kawan sedang mempersiapkan diri mereka di belakang panggung. Mereka terlihat agak gugup sekaligus terlihat bersemangat."Brrrrrrrrrrrrrrr," Robby melakukan pemanasan
Read more
Bab 28. Ryan & Mantannya
Sandra memandang Elisa dengan perasaan tak percaya. Ia tak menyangka gadis seperti Elisa berani menyukai Ryan, mantan pacarnya. Ia tak terima dengan keadaan itu dan merasa harus segera memastikannya."San, liat apa sih?" tanya Kirana pada Sandra yang terus-terusan melihat ke arah samping seperti sedang memperhatikan sesuatu."Ah, nggak," jawab Sandra kemudian mengembalikan pandangannya ke depan."Mentang-mentang mantan, nggak mau dilihat...," goda Kirana merujuk pada Ryan yang sedang tampil di atas panggung."Ah, nggak kok, Ki. Biasa aja," jawab Sandra mengelak."Biasa aja tapi tadi matanya ngehindar terus," lanjut Kirana."Itu... tadi lagi liat adek kelas yang udah tampil tadi. Kok bagus banget," jawab Sandra berbohong."Siapa? Elisa?" tanya Kirana.Sandra melihat Kirana dengan ekspresi agak kesal. "Elisa mulu sih? Banyak lagi yang lebih bagus dari dia tadi!" kata Sandra dengan agak kesal."Jangan marah gitu dong. Aku k
Read more
Bab 29. Peringatan Pertama
Elisa berjalan sendirian menuju ke toilet dan memasuki salah satu biliknya. Di sana tidak ada siswa lain karena mereka semua sedang berada di dalam concert hall. Setelah selesai dengan urusannya, ia pun berjalan keluar ke arah wastafel. Toilet di sana sangatlah besar dan bagus, seperti toilet umum di sebuah mal ataupun hotel. Ruangannya sangat bersih dengan penerangan berwarna kuning muda, tidak pengap karena menggunakan exhaust fan, membuat siapa saja merasa nyaman berada di dalamnya.Saat sedang mencuci tangannya di wastafel, pintu toilet tiba-tiba terbuka dan masuklah Sandra ke dalamnya. Ia melihat wajah Elisa yang sedang menunduk itu dari bayangan di dalam cermin, dan ia pun berjalan mendekatinya."Hai, Elisa," sapanya dengan manis."Eh, halo, Kak Sandra," balas Elisa yang menoleh ke arah Sandra sambil menyelesaikan kegiatannya mencuci tangan."Tadi kamu tampil ya di atas panggung?" tanya Sandra sekedar basa-basi."Iy, Kak. Kak Sandra nanti tam
Read more
Bab 30. Datangnya Sang Malaikat
Trio Casanova sedang berjalan bersama memasuki gedung sekolah. Seperti biasa dari antara mereka betiga, hanya Alex yang terlihat berbeda karena ia mengenakan jaket bisbolnya. Sambil berjalan melewati koridor-koridor sekolah, mereka mengobrol. "Acaranya jadi jam 9 pagi kan besok?" tanya Steven pada Alex. "Iya, tapi kalian datengnya pagian bisa nggak?" tanya Alex. "Pagian jam berapa? Jam 4?" canda Joshua. "Ya nggak sepagi itu juga kali," jawab Alex. Mereka saat itu sedang membicarakan acara ulang tahun Alex ke-17 yang jatuh pada hari Minggu besok, tanggal 28 Agustus. Rencananya, Alex dan keluarganya akan mengadakan bakti sosial ke beberapa panti asuhan, panti jompo, dan tempat penampungan hewan. Tidak ada pesta mewah, hanya makan-makan bersama di sebuah restoran setelah acara selesai. "Lex, tapi club aku jadi mau ikut loh," kata Steven merujuk pada South Jakarta Supercar Club, yang berencana akan ikut acara bakti sosial besok. "I
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status