All Chapters of Tuan Sutradara Dan Nona Aktris: Chapter 121 - Chapter 130
164 Chapters
121. Tentang Kafka
Sebenarnya, Kafka merasa sangat penasaran dengan Kiara yang selalu ketus padanya. Belum pernah ada satu pun wanita yang bersikap memusuhinya seperti Kiara. Selama ini, Kafka selalu berhasil menaklukkan hati wanita mana pun dan membuat mereka selalu bersikap baik padanya apa pun yang sudah dia lakukan pada para wanita itu. Bahkan ada artis  wanita yang telah menikah, tetap membalas dengan genit semua gombalan Kafka, tak peduli dengan statusnya. Atau kah justru karena Kiara belum menikah dan sedang ebrhati-hati dalam hubungannya dengan Alaric karena mereka sedang dalam tahan menuju pernikahan yang membuat Kiara benar-benar menutup hatinya untuk tipe lelaki penggoda seperti Kafka? Sok setia sama calon suami, batin Kafka masih memandangi Kiara yang tampak berjalan menjauhi gedung. Masa iya sih aku nggak bisa bikin dia minimal jadi ebrsikap manis sama aku. AKu nggak suka banget diketusin sama cewek begitu. Sok dingin, sok nggak terpesona sama aku
Read more
122. Abaikan Saja
Kiara terhern-heran melihat pesan dari Kafka. pertama, dia heran mengapa Kafka sampai mau berusaha mendapatkan nomor ponselnya dari orang lain. Mungkin karena Kafka sudaah menduga Kiara tidak akan mau memberikan nomornya pada Kafka. "Ah, payah nih Mas Andre," ucap Kiara refleks saat membaca pemberitahuan Kafka dia mendapat nomor ponsel Kiara dari mana. "Kenapa, Ra?" tanya Livia yang mendengar omelan Kiara. "Ini lho, Mas Andre main ngasih nomor Hape-ku ke Kafka nggak minta izin dulu," jawab Kiara. "Yah, mungkin Mas Andre pikir, kalian kan main di film yang sama bareng, ceritanya jadi pasangan kekasih pula. Masa iya kalian nggak tukeran nomor Hape buat saling komunikasi. Senggaknya, seharusnya kalian lumayan akrab," sahut Livia. Kiara menghela napas. "Nah, itu kesalahan Mas Andre. Bikin kesimpulan sendiri. Kalau aku ketemu dia lagi, aku mau ngingetin supaya dia nggak ngasih nomor Hape-ku ke orang lain tanpa izin lagi," kata Kiara.
Read more
123. Fakta, Bukan Gosip
"Tapi, Liv, kamu tahu dari mana Kafka punya kebiasaan seperti itu? Maksudku, tentang kebiasaan dia yang suka mengganggu, memikat dan menjerat para wanita, lalu setelah luluh dia campakkan?" tanya Kiara. "Kelakuan dia seperti itu memang sudah sering jadi bahan obrolan di antara kru dan sesama manajer artis kok," jawab Livia. "Tapi saat aku syuting bareng dia di film sebelumnya, dia masih belum banyak tingkah. Sikapnya biasa aja. Nggak tebar pesona dan sok playboy begitu," kata Kiara. "Karena ketika itu dia sedang punya pacar dan pacarnya itu anak pengusaha kaya raya terkenal yang punya power, banyak bodyguard-nya. Jadi, Kafka nggak berani macam-macam. Tapi akhirnya dia nyerah jadi pacar anak super kaya, dia kira enak, ternyata nggak. Gerak geriknya selalu diawasi, dia nggak bisa sembarangan ke kelab malam dan asyik main dengan cewek yang ebrganti-ganti." Livia menjelaskan. Kiara terbelalak mengetahui seperti itu Kafka yang sebenarnya. Dia ingat saat sy
Read more
124. Aku Akan Jadi Bodyguardmu
"Memangnya kamu sedang nggak ada kerjaan bisa ikut aku ke mana aja saat tugas promosi ke luar kota?" tanya Kiara menegaskan lagi tentang keinginan Alaric untuk selalu ikut Kiara saat Kiara mempromosikan filmnya di luar kota. "Saat ini memang aku sudah mulai banyak pekerjaan. Aku harus meeting untuk persiapan syuting film terbaruku. Harus berkali-kali membahas skenario, harus survei lokasi, memilih pemain dan lainnya. Kamu tahu kan bagaimana persiapan sebelum mulai syuting. Tapi aku nggak mau kamu pergi ke luar kota cuma sama dia. Saat aku bisa, aku akan ikut kamu," jawab Alaric. "Aku kan nggak sendirian pergi ke luar kota, Mas. Livia sudah pasti bakal ikut. Ada pemeran film lainnya, ada kru juga, ada staf PH-nya. Yang penting, aku jangan nagsih kesempatan dia untuk hanya berduaan sama aku di suatu tempat. Aku akan mengajak Livia ke mana aja. Kalau perlu, Livia juga harus ikut kalau aku mau ke toilet. Masa iya kalau ada Livia dia masih berani berbuat macam-macam?" sah
Read more
125. Tak Bisa Mengelak
Sebulan kemudian, Kiara benar-benar semakin sibuk. Promosi untuk filmnya dimulai. Dalam seminggu, dia harus dua kali ke luar kota untuk jumpa fans sekaligus mempromosikan filmnya. Mulai dari kota besar di Sumatra seperti Medan, lalu ke Makassar, Banjarmasin, dan tentunya Denpasar. Pulau Jawa justru paling belakangan, dan Jakarta paling terakhir. Jadwal promosi Kiara yang mulai padat berbarengan dengan kesibukan Alaric yang juga semakin tinggi. Alaric harus beberapa kali mengubah skenario, berdiskusi hingga larut malam. Namun ketika Kiara harus hadir di Denpasar untuk jumpa pers, Alaric ikut serta. Kebetulan Bali tidak terlalu jauh dan saat itu dia sedang ada libur dua hari. Kiara tentu saja senang ditemani Aalric setelah di tiga kota sebelumnya dia hanya ditemani Livia. Alaric membayar sendrii biaya akomodasinya selama di Bali, tetapi dia juga menginap di hotel yang sama dengan Kiara, malah sengaja memilih kamar hotel di lantai yang sama dengan kamar Kiara. P
Read more
126. Membela Kiara
Livia menoleh ke Alaric dan menghela napas, dia menyesali kejadian di panggung tadi. Dia paham Alaric pasti sangat kecewa melihatnya. "Kiara bilang, Pak Gunawan produser film ini meminta Kiara dan Kafka berakting seolah mereka dekat dan berteman akrab, karena di acara promosi pertama, Kiara dan Kafka bersikap bermusuhan di atas panggung dan itu terlihat sekali. Pak Gunawan mengingatkan bahwa film mereka ini film romantis dan di dalam film mereka menjadi sepasang kekasih. Seharusnya mereka bisa menunjukkan sikap mesra ke penonton supaya penonton merasa baper dan penasaran ingin menonton film itu," kata Livia akhirnya sambil matanya menatap ke panggung. Alaric menoleh sekilas pada Livia, lalu kembali memfokuskan pandangannya ke Kafka. "Dan si brengsek itu memanfaatkan kesempatan bisa bebas melecehkan Kiara dengan alasan demi fan service. Atau Kiara juga suka disentuh seperti itu," sahut Alaric. Alis Livia terangkat, dia tak mengira Alaric menyahuti ucap
Read more
127. Cemburu
Setelah acara jumpa fans itu selesai, Kiara bergegas turun dari panggung. Penjaga dari pihak PH yang sudah disiapkan untuk menjaga para artis segera membuat barisan penjaga, karena para penggemar langsung berebut ingin melihat lebih dekat idolanya. Susah payah Kiara dan artis lainnya berjalan melewati kerumunan penggemar. Alaric dan Livia bergegas menuju tempat parkir di basement karena para artis itu diarahkan langsung menuju mobilnya masing-masing. "Kiara! Kiara! Cantik banget sih aslinya." terdengar teriakan penggemar. "Kiara! Jadian aja deh sama Kafka. Kalian cocok!" teriak penggemar lainnya. "Iyaaa! Kiara Kafka, cocok banget 2K!" ujar penggemar lain menyahuti teriakan sebelumnya. Semua teriakan itu tentu saja didengar Kiara, dan Kiara berharap Alaric tidak mendengarnya. "Kafkaaaa! jadian aja sama Kiara ya?" etriak seorang penggemar kepada Kafka.  Kafka menoleh dan melambaikan tangannya lalu tersenyum. "Doain aja ya!"
Read more
128. Apakah Kita Bertengkar?
Alaric masih menyetir mobil Kiara dengan wajah serius tanpa senyum dan tatapan mata lurus ke depan. "Pertanyaan kamu itu sindiran ya? Tentu saja aku nggak senang mereka mengira aku dan Kafka seperti itu. Para penggemar terkadang memang nggak bisa bedain antara cuma akting di film dengan kehidupan nyata artisnya," jawab Kiara mencoba tetap menjawab dengan sabar. Alaric tak menyahut dan tak menoleh. Pandangannya tetap lurus ke depan. "Aku tadi juga nggak menyangka Kafka akan berakting sejauh itu di panggung. Tapi aku menahan diri untuk nggak menampar dia di depan para penggemar," lanjut Kiara. Alaric tersenyum sinis. "Di film, masih bisa dimaklumi kalian cuma berakting, tapi tadi bukan di film, tadi itu hanya di panggung jumpa fans. Kamu kan bisa bergerak menjauh dengan halus hingga si brengsek itu nggak bisa menjangkaumu dan akhirnya peliukan itu nggak akan terjadi." Alaric membantah pembelaan Kiara tentang kenapa Kiara membiarkan Kafka memeluk
Read more
129. Lepaskan Tangismu
Kiara menoleh ke Alaric, menatap kekasihnya dengan mata sedih dan cemas. "Mas Aric! Tolong jangan ngomong begitu! Nggak ada yang gagal, kita nggak akan pernah gagal. Pernikahan kita tinggal sebulan lagi. Jangan bilang kalau kamu sekarang berubah pikiran nggak berminat menikahi aku lagi cuma gara-gara kelakuan si brengesek itu!" ujar Kiara membantah ucapan Alaric dan Kiara akhirnya ikut menyebut kafka sebagai 'si brengsek' saking kesalnya. Alaric hanya diam. Dia masih tampak enggan menanggapi ucapan Kiara tadi. Kiara memandangi kekasihnya dengan mata berkernyit. Lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan menangis. "Cuma segitu saja, Mas? Ternyata cuma segitu saja cinta kamu ke aku? Cintamu bisa musnah dengan cepat cuma karena kamu cemburu?" tanya Kiara dengan suara terisak. Dan hati Kiara semakin sakit ketika Alaric tidak menjawab atau membantah pertanyaannya tadi. Alaric hanya diam sepanjang sisa perjalanan mereka menuju ke hotel tempat mereka mengin
Read more
130. Sahabat Yang Menenangkan
Livia menghela napas, menatap Kiara dengan pandangan prihatin. "Alaric marah gara-gara tadi Kafka memeluk kamu di panggung?" tanya Livia. "Yah, sudah jelas kan, itu pasti bakal bikin Alaric marah. Dan kayaknya Kafka sengaja melakukannya memang supaya Alaric kesal. Sayang tadi aku nggak sempat ngomong sama Kafka setelah acara di panggung selesai. Aku benar-benar akan memarahinya kalau nanti ketemu," jawab Kiara. "Tadi aku sudah ngomong sama Alaric setelah dia terkejut melihat Kafka memeluk kamu di panggung. Alaric bukan hanya kesal pada Kafka, tapi juga padamu. Menurut dia, harusnya kamu menolak pelukan Kafka. Aku sudah jelasin ke dia, kamu nggak mungkin menunjukkan sikap nggak suka pada kafka secara terang-terangan, karena kalian sedang mempromosikan film romantis kalian. Tapi Alaric tetap merasa seharusnya kamu bisa menghindari Kafka," kata Livia. "Iya, tadi dia juga bilang gitu dan dia bilang dia nggak bisa percaya aku lagi. Lalu gimana dengan renca
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status