Semua Bab Walk On Memories: Bab 81 - Bab 90
107 Bab
(81) Apa Alasanmu Meminta maaf?
Ketika langkah kakinya tiba di kelas, Bella melepas kacamata hitamnya. Semua pasang mata yang ada di kelas memandangnya tanpa kedip, Bella yang menyadari itu bersikap tak peduli.Ia melangkahkan kaki menuju mejanya, tempatnya sejak lama. Bella mengibaskan rambutnya, berpose bagai model di majalah-majalah terkenal. Ia tidak peduli pada tatapan-tatapan liar, ia hanya ingin menikmati kekuasaannya di tahun terakhir SMA-nya.Bella mendongak ketika kulitnya menyentuh kain lembut. Itu Dika. Pemuda itu datang membawa jaket lalu memaksanya untuk segera mengenakannya.“Pakai ini!”Bella mengernyit tak mengerti, “Buat apa? Aku nggak sakit dan nggak kedinginan.”“Pokoknya pakai aja!”Bella tetap saja menolak karena sikap Dika sekarang tidak bisa ia mengerti. “Nggak mau, aku aja nggak tahu alasan kamu paksa aku pakai jaket ini.”“Lo nggak sadar jadi perhatian orang gara-gara seragam lo kecil banget?”Bella mengangguk-anggukkan kepala seolah paham apa yang dika maksud, kemudian ia menjawab enteng,
Baca selengkapnya
(82) Siksaan Selamanya
Cepat-cepat Alfa memegang lengan Bella berusaha untuk menghentikan langkah gadis itu, “Bella, maafin gue!”Bella menatap Alfa tajam, “Kalau itu mau kamu, jangan muncul di depan aku lagi.”Alfa mengangguk setuju, “Okay, gue setuju. Gue janji ini terakhir kalinya lo lihat wajah gue, Bella!”Alfa masih menatap Bella risau, khawatir apa yang akan gadis itu katakan setelahnya. Akan tetapi, Bella membalikkan badannya dan menjauh dari Alfa. Pemuda itu mengelus dadanya, namun tak bisa dipungkiri bahwa ia juga merasa sedih karena setelah ini ia tidak akan bisa melihat gadis yang ia sukai.“Nggak papa, ini balasan apa yang gue perbuat dulu.” Alfa berujar dengan perasaan kosong.*****Bella baru saja pulang ke unit apartemennya. Wajahnya nampak jelas bahwa gadis Wilson itu sedang kelelahan.Bella mengambil segelas air dingin lalu meneguknya. Setelah dirasa cukup, Bella berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri.Selepas keluar dari kamar mandi, Bella mengambil ponselnya. Pesan singkat terl
Baca selengkapnya
(83) Kamu Adalah Neraka
Bella kira setelah ia bersikap seperti orang kaya yang memiliki kekuasaan, hidupnya akan berubah. Akan tetapi Bella salah mengira, hidupnya tidak akan pernah berubah karena jalan hidupnya memang seperti ini.Malam itu, Dika pergi setelah membuat Bella ketakutan. Ia adalah pemuda yang tidak memiliki tanggung jawab di dalam dirinya. Setelah apa yang sudah Bella lakukan untuk menghiburnya, pemuda itu justru menghidupkan perasaan takut Bella kembali.Jadi, hingga pagi tiba Bella terbaring meringkuk di bawah selimut sambil menangis. Tubuhnya bergetar hebat, bayang-bayangan saat ia dirundung memenuhi kepalanya. Saat itu, Bella nyaris melukai lengannya kembali. Akan tetapi tangannya berhenti di udara saat suara alarm terdengar nyaring memenuhi isi ruangan.Saat ini, Bella berjalan di koridor. Tatapannya tertuju pada ujung sepatunya, sikapnya saat ini membuat orang-orang yang berpapasan dengannya mengernyit bingung karena sikap Bella saat ini mengingatkan mereka saat Bella dirundung oleh Dika
Baca selengkapnya
(84) Rencana untuk Balas Dendam-1
Mata Bella menatap langkah kaki Dika yang kian menjauh, tangannya terkepal kuat-kuat. Ia membenci pemuda yang membuatnya hancur berantakkan. Setelah selesai mengerjakan tugasnya menghancurkan hidup Bella, Dika langsung pergi seolah tidak terjadi apa pun.Bella benci pemuda itu. Sangat membencinya.Ia sangat ingin menghancurkan hidup Dika. Ia ingin Dika mengingat itu selamanya, walau Dika berusaha untuk melupakannya, tetapi pemuda itu tidak akan pernah bisa. Hingga ia memilih hidup dengan penuh keputus asaan dan penyesalan di dalam dirinya.Saat itulah, Bella akan merasa puas. Seperti mata yang dibalas dengan mata, gigi dibalas dengan gigi, maka hidup pun harus dibalas dengan hidup.Bella hidup di dalam neraka yang mengerikan, maka Dika pun harus ikut merasakan neraka. Sama sepertinya.Setelah hari itu, Dika berusaha untuk menjauhi Bella. Ketika tidak sengaja berpapasan di koridor, pemuda itu berjalan menjauh.Sebelum pelajaran selesai, Dika sudah berada di luar kelas. Pemuda itu benar
Baca selengkapnya
(85) Kebohongan Palsu
Dika melihat Bella bersama kerumunan para wartawan, pemuda itu langsung mendekatinya. Langkahnya terhenti ketika Bella terdorong ke belakang dan para wartawan yang melihatnya langsung mengejarnya.Tubuh Dika bergetar hebat, ia takut ketika setiap langkahnya berlari, di situ pula wartawan mengejarnya.Dika bahkan tidak sempat untuk membantu Bella yang masih terjatuh di lantai, Dika begitu takut berhadapan dengan wartawan yang seperti kehausan akan berita.Kakinya tersandung, para wartawan berhasil mengejarnya. Pandangan dika berkunang-kunang, ia nyaris pingsan di tempat. Dika mencoba untuk menahannya, tetapi satu pertanyaan dari wartawan itu berhasil membuat tubuhnya kembali lemas tak berdaya.“Apakah benar putra tertua dari Keluarga Alexander berselingkuh?”Dika tak bisa menahan tubuhnya, ia begitu lemas. Matanya menatap Bella dari kejauhan, gadis itu berjalan mendekatinya dengan langkah terseok-seok, Dika memberi isyarat untuk memutar balik arah langkahnya.Bella tak mendengarkan isy
Baca selengkapnya
(86) Siapa Pelaku Sebenarnya?
Sesuai perkataannya ketika wartawan mewawancarainya beberapa waktu yang lalu, Bella sudah mengirimkan berita eksklusif yang ia janjikan. Bella tidak menyadari bahwa kali ini langkahnya nampak gegabah, Bella terlalu risau karena Dika akan segera pergi jauh.Ketika berita itu disiarkan di berbagai media, tubuh Bella bergetar menontonnya. Ia takut jika Dika menyadarinya, Bella yakin Dika tidak buta dan bodoh untuk menyadari siapa pelaku di balik ini semua.Selepas itu Bella tertawa, ia terlalu khawatir hingga lupa diri bahwa siapa dirinya. Ia adalah putri dari Wilson, kenapa ia harus takut jika berhadapan dengan keluarga Alexander?Bella menggeleng mentertawakan kebodohannya beberapa saat yang lalu.Ponselnya berdering, nama Dika muncul di layar. Bella membiarkan nada dering itu berhenti sendiri, setelah itu Bella membiarkannya.Bella tidak akan mematikan ponselnya, karena jika nomornya langsung tidak aktif setelah pemuda itu menelpon, maka akan menimbulkan kecurigaan. Jadi Bella sudah m
Baca selengkapnya
(87) Tetap Saja Curiga
Pagi itu, Dika mendatangi unit apartemen Bella. Ia memencet bel beberapa kali, tetapi gadis itu tidak keluar dari dalam sana. Tangan Dika terkepal kuat-kuat, ia marah saat Bella mengabaikannya kembali.Tangannya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, ia menekan nomor gadis itu. Nomornya aktif, tetapi tidak diangkat.Kilatan marah muncul dari matanya, Dika benar-benar yakin jika Bella adalah pelaku di balik ini semua.Tingkah dan sikap anehnya yang ditunjukkan kemarin dan sekarang adalah bukti untuk meyakinkan dirinya bahwa Bella benar-benar pelakunya.Dika tidak bisa berpikir jernih, orang yang paling ia percayai bisa melakukan itu. Bella yang selalu memberikan dukungannya lewat perkataan, tatapannya, sentuhan tangannya, dan senyuman yang menenangkan bisa melakukan hal yang seperti ini.Hati Dika hancur. Ia seketika hilang arah untuk melangkah.Apakah masih ada seseorang yang akan memeluknya ketika ia terjatuh? Apakah akan ada yang mendukung dan membantunya?Dika menghapus sisa-s
Baca selengkapnya
(88) Permainan Emosi
Bella sudah bersiap, ia menunggu Dika menjemputnya. Sejujurnya ia khawatir, apa yang akan terjadi saat ia bertemu dengan kepala keluarga Alexander.Berhadapan dengan neneknya saja sudah mmebuat tubuh bella bergetar, apalagi bila berhadapan dengan tetua keluarga lain. Jantung Bella berdebar.Bella menatap jam yang ada di ponselnya, Dika sudah telat 10 menit dari janji awal. Ujung tangannya berniat untuk menghubungi pemuda itu, tetapi ia menggeleng. Ia yakin Dika sedang dalam perjalanan, tetapi ia juga berpikir Dika tidak pernah telat seperti ini.Ponselnya berdering, cepat-cepat Bella mengangkatnya. Ia tidak sempat melihat nama si penelpon, jadi ia langsung memanggil namanya, “Dika? Kamu kok lama?”Si penelpon nampak kebingungan, ia berujar, “Dek?”Suara itu membuat Bella langsung mematikan panggilannya. Tubuhnya bergetar, ia tidak bisa mengendalikan reaksi tubuhnya yang ketakutan ketika mendengar suara itu.Pikirannya masih teringat jelas setiap kata per kata yang diucapkan oleh si pe
Baca selengkapnya
(89) Bersekutu
Dika menekan tombol bel, ia menunggu Bella membukakan pintu. Begitu pintu terbuka, Dika mendapati Bella tengah tersenyum menyambut kedatangannya.“Udah dateng? Masuk, yuk!” mendengar suara Bella membuat Dika bersemangat, ia mengangguk lalu mengikuti Bella dari belakang.“Kamu mau minum apa?” Bella menawari, Dika menggeleng.“Nanti aja,” jawaban dari Dika membuat Bella mengerucutkan bibirnya, namun ia tetap berjalan ke dapur kecil untuk membuatkan segelas susu cokelat hangat untuk pria muda itu.Begitu terhidang di hadapannya, Dika langsung meneguknya, Bella meliriknya saja. “Katanya nanti aja ….”Dika tertawa saja mendengar gadisnya menyindirnya, “Udah dibuatin, sayang kalau nggak diminum.” Jawab Dika santai.Bella mengangguk, ia ikut tertawa. Begitu Dika meletakkan gelas kosong ke meja, Bella langsung berujar membuka percakapan, “Gimana keadaan nenek? Kondisinya baik-baik aja, ‘kan?”Dika mengangguk, “Nenek udah baik-baik aja, tapi masih harus dirawat di rumah sakit.”Bella menganggu
Baca selengkapnya
(90) Sebuah Alasan
Bella duduk di luar bersama anggota keluarga Alexander, Bella berusaha untuk menjauhi dan menjaga jarak dari Gabriella. Ia menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya.Dika yang sadar akan tingkah Bella yang aneh, menegurnya, “Kamu kenapa, Bella?”Bella menggeleng, “Nggak, aku mau ke belakang bentar, ya.”Saat Dika mengangguk, Bella berjalan cepat menuju toilet terdekat. Dalam hati ia menyesal sudah ikut ke rumah sakit, ia melupakan tentang saudara sepupu Dika, Gabriella.Hatinya begitu cemas, takut bila Gabriella masih mengingat wajahnya. Saat Bella selesai menyuci kedua tangannya, ia membalikkan badannya. Gabriella berdiri di sana.Jantung Bella berdebar, ia sedikit menunduk dan pergi dari sana.“Wajah kamu nggak asing. Kita pernah ketemu sebelumnya?” ujar Gabriella pelan.Bella membalikkan badannya, ia menjawab sesantai mungkin, “Aku nggak pernah lihat kamu sebelumnya.”Gabriella memandang Bella lamat-lamat, setelah itu ia tertawa. “Kamu adiknya Mark, ya?”Bella membulatkan ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status