All Chapters of Walk On Memories: Chapter 61 - Chapter 70
107 Chapters
(61) Kondisi Mark Sebenarnya
Setelah mengetahui kondisi Mark, Bella tak tahan untuk tidak menangis.“Mark, mengapa kamu menekan perasaanmu selama ini? Kalau kamu memang bersedih, katakan padaku, Mark aku akan selalu bersamamu. Jangan bersedih sendirian, kamu punya aku, Mark ….” Bella berucap dengan suara serak.“Mark, aku tahu rasanya sendiri. Aku tahu rasnaya nggak punya siapa-siapa buat cerita, tapi Mark, aku nggak mau kalau kamu ngerasain juga apa yang aku rasain. Mark … sampai sekarang hati aku belum baik-baik aja setelah mama dan papa pergi. Hati aku masih sakit, Mark ….” Bella menjatuhkan kepalanya pada ranjang, ia menangis sambil memegangi ujung tangan Mark.“Mark … kamu benar, jadi anak yatim piatu itu nggak enak. Tapi Mark … siapa yang bisa milih takdir seseorang? Kalau pun ada, aku rela bayar berapa pun asal kakek, mama, papa, paman, dan bibi hidup lagi. Aku rela miskin selamanya asal mereka hidup lagi, tapi kita ngg
Read more
(62) Disangka Memberontak
Bella sedang mengumpulkan beberapa pekerja di Mansion ini, termasuk Johan dan Ketua Pelayan. Setelah semuanya berkumpul, Bella mengatakan, “Dengar semuanya, aku Bella salah satu putri dari Klan Wilson. Di sini aku ingin semua orang bekerja sama denganku. Tolong jangan katakan apapun pada nenekku jika masih ingin bekerja di Mansion ini. Tutup mulut kalian jika ada yang bertanya apapun tentang kakakku dan aku di sini. Aku bertanggung jawab penuh jika nenekku marah pada semua pekerja di sini. Kalian mengerti apa yang kukatakan?”Johan yang pertama menjawab, “Nona, apa maksud Anda mengatakan ini?”Bella menatap Johan tajam, “Kenapa? Apa kamu tidak akan menuruti perintah dari Putri Klan Wilson?”Masih dengan wajah tegas, Johan kembali bertanya, “Bukan seperti itu, Nona tapi saya dan semua pekerja di sini harus mengetahui yang sebenarnya. Saya sudah terikat sumpah pada Nyonya Besar untuk tidak berkhianat pada Klan Wilson. Apa
Read more
(63) Saya tidak Berani Membantah
Bella duduk di taman, ia sedang termenung memandangi langit biru. Jari tengah dan telunjuknya sedang mengapit batang tembakau. Dengan mata terpejam, ia mengisap batang itu, “Hahhh,” ujarnya setelah itu.“Sumpah, aku pusing banget.”Bella dapat merasakan ada cairan yang keluar dari hidungnya, ujung tangannya dengan sigap menekan cuping hidungnya. Ia berbicara pelan, “Kenapa aku jadi mimisan kalau pakai barang-barang kayak gini. Padahal setelah pakai gini, pikiranku agak tenang.”Bella segera mematikan batang tembakau itu, “Aku lemah banget.”Bella berdiri, ia membuang bekas batang tembakau yang ia isap ke dalam kotak sampah. Baru saja ingin mmebalikan badan, elard datang mengejutkannnya.“Apa yang Anda lakukan, Nona?”Bella memasang wajah datar, “Kenapa? Apa aku harus melaporkan apa yang kulakukan padamu, Elard?”Jawaban yang tak mengenakkan hati dari Bella bukan s
Read more
(64) Kesialan Elard
“Nona, saya sudah mengundang Dokter yang akan menangani Tuan Muda.” Mendengar itu, Bella mengangguk.“Kapan dia akan datang?” Bella menjawab dengan datar.“Sebentar lagi, Nona.”Bella mengangguk, “Baiklah, tunggu Dokter itu setelah itu makan malam akan dimulai. Jika kamu lapar, cepat minta dokter itu datang!”Perkataan itu tertuju pada Elard tentu saja, Bella masih kesal pada Dokter Muda itu.“Saya bisa menahan lapar, Nona jangan mengkhawatirkan saya. Tapi terima kasih atas perhatian Anda, Nona.” Ucapan dari Elard itu membuat Bella tambah kesal terhadapnya.“Apa aku terlihat sedang menganggur sampai-sampai memiliki waktu untuk memperhatikan orang asing?”Jawaban dari Bella membuat Elard tertawa di dalam hati.“Rahma!” panggil Bella.“Iya, Nona Anda membutuhkan sesuatu?”Bella melirik Elard sekilas, “Menurutmu apa
Read more
(65) Dika Anak Baik
Bella menatap langit malam, Mark masih tidur. Elard sudah menyuntikkan obat tidur sesuai dosis, sedang Bella masih tak bisa tidur.Sudah hampir empat hari Bella di Candina, selama itu Bella hanya tidur enam jam saja. Sejak menginjakkan kaki di Candina, entah mengapa Bella mengalami gangguan tidur.Bella tidak tahu apa yang terjadi padanya, Bella benar-benar tidak mengeti. Bella tidak merasakan mengantuk sama sekali, tapi paginya Bella sering merasa sakit kepala. Bella tahu ini akibat dari gangguan tidurnya, tapi Bella sudah memaksakan diri untuk tidur tetap saja ia masih terjaga.“Aku nggak mau bikin orang khawatir, aku harus memaksakan diri untuk tidur yang cukup.”*****“Mama ….” Dika memanggil nama Anggun dengan suara bergetar.Dika masih teringat pada perkataan Anggun beberapa hari yang lalu, Dika merasakan sikap Anggun yang berbeda dari biasanya. Dika sulit untuk mengenalinya, ‘Apakah benar ini mama
Read more
(66) Kondisi Bella
Rahma berlari dari kamar Bella, “Tuan!” wanita ini berteriak memanggil.Elard yang sedang berbincang dengan Mark pun bertanya pada Rahma, “Rahma, apa yang terjadi? Kenapa kamu berteriak?”Rahma menarik napas dalam-dalam, “Dokter, Nona Bella tidak menyaut saat saya panggil. Tidak biasanya Nona seperti ini, saya takut ada sesuatu yang terjadi padanya.”Elard menatap Mark, sedang yang ditatap langsung memanggil berteriak, “Johan, cepat ke sini!”Johan langsung meninggalkan pekerjaaannya dan berlari mendatangi Mark, “Ada masalah apa, Tuan Muda?”“Ikut denganku!” Johan mengangguk.Mark menatap Elard, “Kamu juga, ikutlah denganku, Elard!”“Rahma, bawakan makanan untuk Bella. Cepatlah!”Rahma tergopoh-gopoh berjalan ke dapur. Kursi roda yang mark duduk langsung didorong oleh johan.“Ke kamar Bella, sekarang. Cepatlah, Johan!&rd
Read more
(67) Rencana Elard
Kara mendatangi kamar Bella, “Permisi, Nona izinkan saya masuk.”Bella berjalan menuju pintu, ia tersenyum tipis melihat Kara berdiri di depan pintu kamarnya. “Dokter Kara, ada apa?”Kara tersenyum hangat, “Selamat malam, Nona bolehkah saya masuk?”Bella mengangguk dan mempersilahkan, “Silahkan, Dokter Kara.”Setelah duduk di kursi kayu, Kara menatap sekitar dan berucap dengan senyuman hangat, “Kamar Anda sangat indah, Nona.”Bella menjawab dengan datar, “Padahal kamarku tidak ada lukisan atau hiasan apapun.”Kara tersenyum, “Saya lebih suka kamar seperti ini, tanpa barang yang aneh-aneh. Wah, sepertinya selera Anda sangat sama dengan saya.”Bella menatap pergelangan tangan kara yang dihiasi oleh gelang berwarna perak. “sepertinya kamu menyukai barang berkilauan ya?”Kara menyadari arah pandangan Bella, ia tersenyum canggung, “
Read more
(68) Berhentilah Berharap
Bella keluar kamar saat pagi tiba, setelah cukup lama ia bisa tidur dengan nyenyak. Bella tidak tahu apa yang terjadi dengannya, setelah ia meminum susu hangat yang dibawakan oleh Rahma seketika ia menjadi mengantuk dan tertidur dengan nyenyakTentu saja Bella sangat senang, setelah lama ia bisa tertidur dengan nyenyak, bahkan rasa sakit di kepalanya pun berangsur hilang.Saat tiba di meja makan, Bella menatap orang-orang yang ada di meja makan tidak mengerti.“Apa yang kamu lakukan di sini, Elard?” tanya Bella dengan nada sinis.Sebenarnya perkataan itu ia tujukan pada Kara yang ikut duduk di meja makan, Bella hanya tidak enak mengatakannnya langsung dihadapan Mark.Mark menjawab, “Mulai sekarang Elard dan Dokter Kara akan tinggal di sini.”Bella menatap Mark tak suka, “Apa maksudmu? Kara akan tinggal di sini? Siapa yang memberinya izin?”Mark menjawab pelan, “Dokter Kara adalah Dokter yang m
Read more
(69) Jangan Melewati Batasan
“Dokter Kara … bagaimana menurut Anda tentang Bella?” Elard bertanya setelah mendengar sendiri apa yang Bella katakan pada Mark.“Yang jelas, saya harus membantu Nona Bella seperti saya mmebantu Tuan Muda, Dokter Elard.” Kara menjawab dengan yakin.Elard mengangguk setuju.“Saya setuju, kondisi mental Nona Bella juga tidak baik-baik saja, bahkan menurut pengamatan saya, Nona Bella lebih terluka.”Kara menatap Elard, “Dokter Elard, saya tidak bisa berbicara langsung dengan Nona Bella, saya merasa tidak enak padanya. Saya takut perkataan saya bisa menyinggungnya, apakah Anda bisa membantu saya?”Elard menggaruk kepalanya setelah mengingat perkataan Kara yang memintanya untuk membuat Bella menceritakan isi hatinya, apakah Kara tahu bahwa Elard tidak berani pada Bella?“Nona … apakah Anda ingin mengatakan sesuatu?” ucap Elard saat duduk di taman bersama Bella.Bella
Read more
(70) Putri Cantik Neraka
“Bella, tolong jangan sekarang. Pergilah,” Mark berucap dengan lemah.Bella menggeleng, “Kenapa? Kalau aku pergi kamu akan menangis, ‘kan?”Mark menyugarkan kepalanya, “Bella, pergilah aku tidak akan menangis, lagipula kenapa aku akan menangis? Aku tidak kesakitan lagi.”Bella memutarkan bola matanya, “Mark, aku mengenalmu. Aku tahu kalau kamu meminta Johan menceritakan keluarganya agar bisa lebih dekat dengan Johan, ‘kan?”“Bella, diamlah ….” Mark berujar pelan.“Dunia ternyata lucu, bagaimana bisa nama Johan, istrinya, dan putranya sama dengan namamu, Paman, dan Bibi? Takdir apa sebenarnya yang diinginkan oleh Tuhan?” Bella menatap Mark.“Mark, aku sudah mengatakan aku tidak akan meninggalkanmu. Jadi aku akan menemanimu untuk menangis malam ini.” Bella berkata dengan pelan.Mark menghela napasnya, “Bella, diamlah aku tidak ak
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status