Semua Bab LUKA HATI ISTRI: Bab 51 - Bab 60
74 Bab
AISHA
Pagi itu begitu cerah saat Alif dan Maretha tiba di parkiran antara kampus Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi. "Nanti selesai jam berapa?" tanya Alif seperti biasa."Ntar deh aku whatsapp. Aku juga belum tau. Katanya sih hari ini mau ada kuliah tambahan. Nggak tau deh jadi apa enggak," sahut gadis itu lincah."Ya udah. Nanti bilang aja kalau udah mau pulang. Dah sana buruan, ntar telat, lagi," ucap Alif sambil membenarkan letak tali tas di pundaknya. Maretha berniat meninggalkan Alif saat tiba-tiba seorang gadis manis berhijab lebar berlari kecil menuju ke arah mereka usai menutup pintu mobilnya. "Alif!" teriaknya. Maretha yang melihat kejadian itu mendadak mengurungkan niatnya untuk berlalu dari hadapan sang kakak tiri. "Hai, Aisha," sapa Alif saat gadis itu sudah lumayan dekat. "Assalamu'alaikum, Lif," sapa gadis itu kemudian. "Wa'alaikumsalam, ada apa Sha?" "Enggak, itu cuma mau nanya. Hari ini kita jadi latihan praktek mata kuliahnya Profesor Gunardi kan?" "Oooh iya ya,
Baca selengkapnya
KEMARAHAN MARETHA
Usai membersihkan diri, pemuda itu pun kembali turun menuju ke ruang makan. Namun rupanya Maretha sudah dulu berada di sana menikmati makan siangnya yang telat sendirian. Wajahnya masih saja terlihat tak ceria. Apalagi saat melihat Alif mendekat ke arahnya.  "Makan yang banyak. Katanya laper," ucap Alif basa basi. Berjalan mengambil piring lalu mendudukkan dirinya di depan sang adik.  Tak ada sahutan apapun dari gadis di depannya, membuat Alif jadi semakin merasa bersalah. Beberapa kali pertanyaannya hanya dianggap angin lalu oleh Maretha di sela-sela acara makan mereka. Hingga kemudian Alif memutuskan untuk berdiam diri juga. ...Samp
Baca selengkapnya
SANG IBU SAMBUNG
Maretha baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu saat Seno, ayahnya, mengagetkannya dengan tatapan tak suka dari arah sofa. Sementara ibu tirinya, Aira, menampakkan wajah cemasnya di samping suaminya itu.  "Dari mana saja jam segini baru pulang?" tanya sang ayah dengan tatapan garangnya yang tak biasa. Sekilas lelaki itu melihat ke arah jam besar di tembok ruang tamunya hanya agar anak gadisnya menyadari betapa larutnya dia pulang hari ini.  Waktu memang sudah menunjuk hampir jam 1 dini hari dan Maretha seperti tak sadar dirinya telah membuat seisi rumah kalang kabut dibuatnya hari itu. Apalagi saat Alif memberikan informasi pada kedua orangtua itu bahwa hari itu Maretha tak berangkat ke kampus.  "Sudah Mas, biarkan Retha istirahat dulu. Besok saja diobrolkan
Baca selengkapnya
NGAMBEKNYA SAUDARA TIRI
Pagi harinya semuanya sudah berkumpul di ruang makan seperti biasa. Tentu saja, kecuali Maretha. Sophia yang merasakan sedikit kejanggalan di meja makan karena terlalu hening mulai membuka suara.  "Kok pada diam sih? Pada sariawan ya?" celetuknya.  "Hush!" Adnan yang sebenarnya juga mendengar keributan semalam dari kamarnya berusaha membuat diam sang adik.  "Habisnya pada diam semua. Ada apa sih?" tanya anak itu lagi dengan polosnya.  "Sudah, Dek. Habiskan makanannya. Jangan ngomong terus!" ujar Alif, diiringi gaya cemberut khas adiknya sembari memainkan kembali sendok di atas piring makannya.  "Mbak Retha belum pulang ya, Buk?" Karena masih sangat penasaran dengan yang sedang terjadi, Sophia pun rupanya belum bisa diam.  "Sudah k
Baca selengkapnya
KEKHAWATIRAN AIRA
"Sebenarnya sebelum ibu sama papa Seno menikah, seserius apa sih hubungan kalian? Kamu dan Maretha beneran nggak pernah pacaran kan seperti yang Mas ceritakan sama ibu dulu itu?" Aira mulai serius. Menatap tepat ke mata anak sulungnya seolah ingin mendapatkan informasi yang akurat.  "Serius, Buk. Alif sama Retha itu nggak pernah pacaran. Tapi ...." "Tapi kenapa, Mas?" "Jujur, Retha memang pernah bilang suka sama Alif. Tapi waktu Alif bilang kami berdua lebih baik jadi saudara aja, dia sepertinya ngerti kok waktu itu. Bahkan hubungan kita kan memang lebih baik saat menjadi kakak adik. Hanya saja ...." "Hanya saja kenapa, Mas?" "Tadi sebelum pergi meninggalkan rumah, dia sempat mengatakan sesuatu, Buk. Alif juga nggak nyangka dia bisa bicara kayak gitu." "B
Baca selengkapnya
ABIDZAR
Tak berapa lama Maretha pun sudah nampak berbicara dengan seseorang di telepon. Kemudian menyusul bergabung dengan Jenna saat telah menyelesaikan pembicaraannya. Namun baru sempat mendudukkan diri di kursi makan, gadis itu dikejutkan dengan suara ponselnya.  "Kok diliatin aja gitu sih? Nggak diangkat?" tanya Jenna keheranan. Menatap Maretha dengan senyuman menggodanya saat melihat nama Alif terpampang di layar HP gadis itu.  "Males," ujar Maretha ketus.  "Mau Tante bantu jawab?" goda Jenna lagi dengan senyumannya. "Enggak, enggak. Nggak usah, Tan. Biar Retha aja.  Maretha pun kembali bangkit. Lalu berjalan menjauh dariJenna.  "Ada apa?" sapanya asal-asalan. "Assalamu'alaikum ...." ucap Alif dari seb
Baca selengkapnya
KABUR
"Jadi maksud kamu, kamu merasa diabaikan sama papa? Ya ampun Rethaaa. Kita semua kan tahu papa memang lagi sibuk banget ngurus cabang-cabang kafe barunya akhir-akhir ini. Kok kamu nggak bisa ngertiin itu sih? Jangan kayak anak kecil gitu dong, Reth." "Ah itu cuma alasan aja!" Maretha kembali tertawa lebar. "Aku bukan anak kecil Lif, yang hanya bisa diam saja melihat ketidak adilan. Ibu kamu sudah merebut papa dariku. Awalnya aku memang tak menyadari itu. Tapi lama kelamaan sikap papa semakin berubah. Dia bukan lagi papa yang aku kenal dulu." "Rethaa, kamu salah paham. Papa kamu nggak mungkin berbuat seperti itu. Dia nggak mungkin mengabaikan kamu, Reth." "Buktinya begitu, Lif. Mau nyangkal gimana lagi? Dia bahkan nggak pernah tau dan nggak pernah mau tau apa yang telah terjadi padaku di malam aku ingin lompat dari gedung waktu itu kan? Kamu juga, Lif. Andai saja aku ta
Baca selengkapnya
CEMBURU?
Hari berganti. Ketidakhadiran Maretha di rumah Seno dan Aira rupanya lambat laun telah menjadi biasa bagi para penghuni rumah lainnya. Meski begitu, Seno selalu rutin mengunjungi anak gadisnya itu di tempat sahabat mantan istrinya, Jenna. Sementara Alif, lebih sering berusaha menemui Maretha di kampusnya. Meskipun kenyataannya gadis itu selalu menolak untuk bicara lebih banyak pada kakak tirinya itu.  Seperti hari ini, Alif baru saja kembali dari gedung kampus Fakultas Ekonomi saat Aisha menghentikan langkahnya di taman kampus.  "Lif, ada waktu nggak?" tanya gadis manis berhijab lebar itu.  "Kenapa, Sha?" Alif berhenti di dekat sebuah bangku taman, lalu mendudukkan dirinya di samping teman sekelasnya itu saat melihat wajah serius Aisha yang sedang membawa sebuah buku tebal di tangannya.  
Baca selengkapnya
ADNAN & GINA
[Lagi apa, Reth?] Sebuah pesan masuk saat Maretha baru saja sampai di apartemen Jenna.  Gadis itu tak segera membalas pesan itu. Dia justru sibuk memperhatikan foto profil dari kontak yang mengiriminya pesan.  Ahhaa, pucuk dicinta ulam tiba. Rupanya Abidzar bergerak lebih cepat dari dugaannya. Cowok itu malah lebih dulu mendapatkan nomer kontaknya. Jadi Maretha tak perlu repot-repot lagi berbaik-baik dengannya agar mereka bisa lebih dekat lagi. Namun begitu, tetap saja Maretha tak ingin terlihat terlalu murahan.  [Siapa ini?]  Akhirnya Maretha membalas pesan itu usai melempar tasnya ke sofa. Bibirnya tersenyum saat mengetikkan balasan itu.  Tak menunggu lama, pesan balasan pun masuk. [Aku Abidzar. M
Baca selengkapnya
KETAKUTAN AIRA
"Sophia nggak boleh gitu lagi. Mas Adnan lagi ada masalah. Sophia nggak boleh malah nambah-nambahin masalah." "Memangnya Adnan sama Gina kenapa sih, Buk?" "Gina tadi siang pamit sama ibuk, katanya mau pulang ke rumah mama papanya. Ibu sudah nawarin buat nganterin tapi ternyata sudah pesen taksi online duluan. Dia bilang sih katanya sudah pamit sama Adnan. Eh ternyata kata Adnan belum. Ngambek sepertinya karena si Adnan nggak mau nganterin nonton kemarin." "Rumit juga ya punya istri," celetuk Alif usai mendengar penjelasan sang ibu.  "Makanya kalau belum sanggup punya istri jangan macam-macam," seloroh Sophia.  "Sophieee," ujar Aira mengingatkan.  "Iya nih Sophie kebiasaan. Jangan suka ngomong gitu, Dek. Nggak baik. Kan orang bisa tersinggung den
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status