KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU

KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU

last updateLast Updated : 2022-09-22
By:  ReineeCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
40 ratings. 40 reviews
74Chapters
354.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Suamiku menunjukkan gelagat aneh, tak seperti biasanya. Rupanya dia sedang berencana untuk menikah lagi. Setelah mengetahui hal itu, aku pun segera bersiap untuk membuatnya shock dengan cara yang tak akan pernah dia duga.

View More

Chapter 1

KPS - 1

"Bulan depan pulang kan, Mas?" Aku bertanya dengan perasaan rindu yang sudah tak tertahan.

"Kayaknya nggak bisa, Dek. Maaf ya? Bulan depannya lagi aja deh aku usahakan pulang ya?" Tapi jawabannya seketika membuat lidahku tiba-tiba kelu. Sudah berbulan-bulan, apakah dia tidak merasakan kerinduan pada istrinya ini?

"Ta-pi anak-anak sudah nanyain terus

loh, Mas,” protesku kemudian.

"Iya, aku ngerti Dek. Tapi beneran aku ada tugas penting dadakan di kantor,” jelasnya dari seberang dengan nada sesal.

Kuhela nafas dalam. Kerinduanku ternyata sia-sia. Berbulan-bulan telah ku pendam hasrat, tapi untuk memaksanya pulang, sungguh aku tak punya daya. Aku tahu Mas Dhani rela berjauhan denganku demi ketiga buah hati kami.

Usai menarik nafas panjang, akhirnya bisa kutahan air bening di mata untuk tak menetes. Tak ingin tambah membebani Mas Dhani dengan rengekanku.

"Dek, Kamu denger aku kan?" Suara Mas Dhani terdengar lagi.

"I-iya, Mas. Maaf, aku sambil masak buat makan siang anak-anak,” jelasku dengan suara sedikit terbata.

"Oh ya udah deh kalau gitu. Lanjutin aja dulu masaknya. Nanti aku telpon lagi," ujarnya. Lantas ia pun memutus panggilan telepon usai berpamitan.

Selama menjalani hubungan jarak jauh, aku tak pernah cukup terganggu dengan ucapannya di telepon seperti siang itu. Aku sendiri pun tak mengerti kenapa.

"Ibu ngapain sih, masak kok sambil bengong?" Sofia, bungsuku yang kini telah duduk di bangku kelas 2 SMP tiba-tiba sudah berdiri di samping. Tangannya melambai-lambai di depan wajahku.

"Eh, Adek ngagetin aja. Udah pulang ya? Kok ibu nggak dengar?" Kukembangkan senyum termanis padanya.

"Ibu sih melamun aja. Nggak dengar kan jadinya?" Bibir gadis remaja itu pun terlihat langsung mengerucut.

"Iya, iya, maaf deh. Barusan ayah telpon. Jadi ibu nggak fokus,” tawaku ringan. “Ngomong-ngomong, Mas Alif sama Mas Adnan udah pulang belum, Dek?" lanjutku.

"Udah dong. Tadi kan Sofi dijemput sama Mas Alif. Mas Adnan juga udah di kamarnya tuh.” Gadis itu menunjuk ke arah kamar dua kakaknya dengan dagu.

"Oh, ya udah kalau gitu, kita makan sekarang yuk," ajakku..

"Oke." Gadis remaja itu pun bergegas menuju kamar kedua kakaknya untuk memanggil.

Sejak Mas Dhani memutuskan merantau beberapa tahun lalu, aku berperan selayaknya orang tua tunggal. Mengurus sendiri kebutuhan ketiga anak kami dengan bantuan finansial saja darinya. Saat sedang di rumah pun, Mas Dhani sangat jarang ikut repot dengan segala urusan anak-anak. Tapi selama ini, aku oke, karena tak pernah merasa kekurangan dengan nafkah lahir batin yang diberikannya.

Masih belum sepenuhnya move on dari ucapan Mas Dhani di telepon, aku malah dikejutkan dengan obrolan aneh anak-anak di meja makan siang itu.

"Mas, pada dapat pesan dari ayah kan? Pada minta berapa duit?" Sofia bertanya di sela-sela aktivitas makan kami.

Alif-sulungku dan adiknya-Adnan, sontak menghentikan aktivitas mengunyah. Kulihat keduanya saling pandang. Adnan bahkan sempat hampir tersedak merespon pertanyaan adik perempuannya.

Tak berapa lama, kulihat sekilas Alif mengisyaratkan sesuatu melalui gerakan mata pada Sofi. Sofi yang dipelototi kakak tertuanya, terlihat langsung diam dan menunduk. Aku yang memperhatikan tingkah mereka, jadi makin bertanya.

"Pada lagi ngomongin apa sih? Memangnya ayah kirim pesan apa?"

Namun tak kudengar jawaban apapun dari ketiganya. Dahiku makin berkerut, sampai harus ku absen nama mereka satu per satu. “Pada denger ibu lagi nanya kan?”

"Eh, nggak kok, Bu. Nggak ngomongin apa-apa.” Alif mulai bersuara, mewakili dua adiknya yang hanya menunduk tanpa kata.

Merasa ada yang tidak beres, kupandangi ketiga anak itu bergantian.

"Apa ada sesuatu yang ibu nggak boleh tau? Masa' sih ibu nggak boleh tau?" Kupaksakan bibir untuk tersenyum hanya agar anak-anak tak takut untuk bicara. Tapi ketiganya tetap bungkam.

"Ada apa sih ini, Mas? Coba cerita, Ibu mau denger deh.” Karena kecewa dengan sikap diam mereka, aku pun mulai memasang mimik serius. Berharap anak-anakku tahu bahwa ibunya tidak sedang main-main.

"Nggak ada yang mau bicara nih?" Lagi lagi aku bertanya.

"Emm ... ayah ….” Sofia akhirnya memutuskan untuk bicara. Mungkin karena melihat wajahku yang mulai tegang.

“Ayah kenapa, Sayang?” Kutatap si bungsu serius.

“Ayah bilang nggak bisa pulang bulan depan, Bu. Terus kata ayah, sebagai gantinya, ki-ta bertiga boleh minta uang. Sofi sih cuma minta li-ma juta aja kok buat beli HP baru." Sementara si bungsu memberi penjelasan, kulihat dua kakaknya justru makin menunduk di tempat duduk masing-masing.

"Lima juta?!” Mataku sontak membelalak, kaget. Lima juta bukan nominal yang sedikit untuk anak-anakku. Dahiku pun kini makin berkerut. “Ayah setuju?" tanyaku lagi.

"I-ya, Bu. Kan ayah yang nawarin,” jawab Sofi polos. Dia tentu tak menyadari bahwa ibunya ini begitu shock mendengar penjelasannya.

Aku pun beralih pandang pada si sulung. “Mas Alif minta juga”

"Alif minta delapan juta, Bu. Rencananya mau buat beli laptop. Soalnya kalau gantian sama Adnan terus, kadang nggak keburu buat ngerjain tugas."

Sampai di sini, aku semakin yakin ada yang tidak beres. Mas Dhani tidak mungkin lupa kesepakatan selama ini tentang aturan memberikan uang untuk anak-anak. Tidak seperti itu harusnya. Semua perlu persetujuan juga. Tidak mungkin dia mengubah aturan jika tanpa alasan.

"Mas Adnan juga minta?" Masih dengan rasa penasaran, aku beralih ke anak keduaku.

“Iya, Bu. Adnan minta sepuluh juta.” Karena Adnan hanya menunduk saja, Alif pun berinisiatif untuk menjawab.

Aku makin membelalakkan mata. Uang sejumlah itu mungkin kecil bagi Mas Dhani, tapi bukan seperti itu kesepakatan kami selama ini.

"Oke, kalau begitu ibu mau minta tolong sama kalian.” Setelah berpikir sejenak, aku pun akhirnya berkata. “Mas Alif, Ibu minta uang itu jangan dipakai dulu. Ibu mau bicara dengan ayah setelah ini. Mas Alif ngerti kan maksud ibu?" Kutatap dalam mata si Sulung.

"Ya, Bu." Dia pun mengangguk.

"Yaaaa ... Ibu. Kenapa nggak boleh dipakai sih uangnya? Sofia kan pengen beli HP barunya sekarang. HP Sofi suka lemot karena udah kepenuhan memorinya.” Sofia mulai merajuk.

"Sofi!" Kudengar Alif dan Adnan hampir bersamaan meneriaki adiknya, membuat si bungsu makin mengerucutkan bibir.

"Ya sudah, sekarang lanjutkan makan," perintahku, menghentikan keributan ketiganya.

Saat kemudian hanya terdengar suara dentingan piring dan sendok, sebuah panggilan telepon tiba-tiba masuk ke ponselku.

Kedua alis bertaut membaca nama di layar ponsel yang tergeletak tak jauh dari piring makanku. Linda–sahabat baikku semasa SMA–mendadak menghubungi.

Aku pun cepat-cepat menyelesaikan makan. Lalu mengangkat panggilan itu usai berpamitan pada anak-anak untuk menuju ke serambi rumah.

"Ya, Lin. Apa kabar kamu? Tumben banget telpon?" sapaku.

"Aku baik. Kamu juga sehat kan, Ra?"

"Iya, aku selalu di rumah,” tawaku riang menyembunyikan kesedihan. “Ada apa, Lin?"

"Sorry ya, Ra, aku mau tanya nih. Tapi maaf loh sebelumnya. Kamu sama Dhani baik-baik aja kan?" tanya Linda di seberang sana sedikit terbata. Terasa ada nada tak enak hati pada ucapannya.

"Aku sama Mas Dhani baik-baik saja kok, Lin. Memangnya kenapa sih? Kok tiba-tiba nanyain kami?" Dahiku kembali berkerut untuk kesekian kalinya hari itu.

"Duh, gimana ya ngomongnya, Ra? Gini loh. Jadi, kemarin itu kan ponakanku dapat undangan nikah temannya. Yang bikin aku shock tuh kok ada foto dan nama suamimu di undangan itu. Aku berharap aku salah sih. Kalian belum pisah kan?"

Bagai disambar petir di siang bolong, ponsel yang kupegang sampai nyaris jatuh karena tiba-tiba tangan gemetar. Jadi, ini rupanya yang sedang disembunyikan oleh Mas Dhani.

Bersambung …

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
93%(37)
9
0%(0)
8
5%(2)
7
0%(0)
6
3%(1)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.8 / 10.0
40 ratings · 40 reviews
Write a review
user avatar
Latifatuz Zafina
lanjut kakk ceritanya mantap dan bermanfaat aku tunggu lanjutan nya
2022-06-02 20:41:58
2
user avatar
AngelRos
Ceritanya bagus, kalimat2nya mengalir apik & karakter wanita utamanya kuat...
2022-04-23 07:17:19
1
default avatar
Niken
bagus ceritanya gak belibet
2022-03-17 07:11:03
0
user avatar
andra
pemuda yang tidak terduga
2022-02-03 20:27:17
0
user avatar
I Gusti Ayu Ratna Sari
Cerita keren, ndak bertele-tele apalagi banyak drama melankolis. Selalu suka dengan karakter perempuan yang kuat dan bisa bangkit setelah terpuruk.
2021-12-06 14:19:20
3
user avatar
Senja
gak ada lanjutan atau extra part gtu?
2021-11-18 00:52:34
0
user avatar
MeeNong
lanjut autor cerita nya bagus bngttt.
2021-10-28 11:59:04
0
user avatar
Jamilah
ya sayang nya tertunda trus bikin galau menunggu
2021-10-26 23:26:59
1
user avatar
Anggit Prasetyo
bagus tidak bertele tele critanya
2021-10-22 09:17:14
1
user avatar
Hana Rosalina
ceritanya bagus banget gak bertele2, pemeran utama "aira" tidak dibikin bego... salut salut ...
2021-10-19 01:01:59
0
user avatar
Noviyanti Linggar Kusuma
syukaa ceritanya
2021-10-15 09:20:09
0
user avatar
Y'yuk Thue Shibat
ceritanya bagus,aku suka
2021-10-08 21:41:36
0
user avatar
Innayah
cerita yg menarik
2021-09-18 17:18:35
1
user avatar
Nit-nit
bagus .........
2021-09-14 05:05:16
0
user avatar
Yusuf Maulana
.................................
2021-08-27 06:38:53
0
  • 1
  • 2
  • 3
74 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status