Seno nampak menyambut antusias saat Aira dan ketiga anaknya datang. Lelaki yang masih nampak gagah di usianya yang sudah berkepala empat itu telah mempersiapkan makan malam yang spesial untuk mereka di sebuah restoran terkenal di pusat kota. "Aku senang kamu bisa datang dengan semua anak-anak, Ra," sambut Seno dengan raut bahagia. "Kebetulan mereka semua sedang tidak ada acara, Mas. Jadi semuanya bisa ikut ke sini. Oya Mas, putrinya mana? Kok nggak kelihatan?" Mata Aira nampak melihat ke kiri dan ke kanan, sedikit penasaran karena sedari dari hanya Seno yang dilihatnya di tempat itu. "Oh, dia nanti menyusul ke sini sebentar lagi, Ra. Masih hang-out sama teman-teman katanya. Ya maklumlah Ra, anak seusia dia lagi seneng senengnya main. Tambah susah kalau diatur atur." "Nggak apa-apa, Mas. Jangan terlalu dikekang karena justru nanti berontak." "Kadang aku iri sama kamu malah. Anak-anak kamu laki-laki ini malah lebih penurut dari si Maretha lho. Dia itu sering ban
Baca selengkapnya