Все главы SCANDAL: Глава 31 - Глава 40
71
BAB 30 - pertemuan kedua
Tiga hari kemudian … “Kak, kenapa kita ke pemakaman sih?” tanya Evan bingung. Saat itu, Evan memang sengaja datang ke Paris untuk menemani sang kakak menemui Tsabitha. “Aku juga nggak tahu, Van! Informasi yang aku dapat dari Tante Rossa kemarin, dia bilang kalau aku bisa menemui Bitha di pemakaman ini,” sahut Moreno sambil menyapu tatapannya ke seluruh area pemakaman. Di sana terhampar padang rumput yang luas dan datar dengan ribuan batu nisan yang tertancap dan berbaris rapi. Sementara mereka berdua berdiri di tepi jalan yang merupakan jalan pemisah antara area pemakaman yang satu dengan yang lainnya. Jalan itu sendiri berupa jalan beraspal yang halus, yang membentang di tengah-tengah area pemakaman, yang menghubungkan antara gerbang utama depan dan belakang. “Kak! Sepertinya itu mereka datang!” ujar Evan lantang sambil menunjuk ke sebuah mobil besar hitam yang berjalan ke arah mereka lalu berhenti di tepi jalan, di sebrang jalan, agak di belakang mobil yang di parkir Moreno tadi
Читайте больше
BAB 31 - dendam masa lalu
“Mas Reno, ada sesuatu yang harus aku bilang ke kamu,” ujar Tsabitha dengan kedua bola matanya yang berkabut. “Kamu mau bilang apa, Sayang? Aaah, aku tahu … kamu pasti mau bilang ‘kan di mana anak kita. Iya, ‘kan?” sela Moreno dengan senyumnya yang mengembang, hingga menunjukkan barisan giginya yang rapi dan putih. Laki-laki itu terlihat sangat bersemangat, karena sebentar lagi dia merasa akan segera bertemu dengan putranya. “Mas Reno, dengarkan dulu! Jangan sela perkataanku ….” Tsabitha mulai merajuk. “Oooh, oke, oke. Baiklah, aku akan diam dan menjadi pendengar yang baik, kamu mau bilang apa? Hmm …?” tanyanya sambil menatap kedua bola mata perempuan itu yang bulat, lekat. Tsabitha jadi salah tingkah dan cemas, Dia takut kabar buruk yang akan disampaikannya ini akan membuat Moreno murka, karena laki-laki ini sangat menginginkan anak mereka. “Begini ….” Tsabitha menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan, dikuatkan hatinya untuk mengatakan berita bohong ini ke sang suami. Dia t
Читайте больше
BAB 32 - sebuah rencana
Di Paris … Sejak hari itu Tsabitha hanya fokus memikirkan kesehatan bayi kecilnya. Dari hari ke hari dia selalu memantau perkembangan Fabian yang dirawat dalam sebuah tabung incubator. Jari-jari mungilnya selalu menggenggam jari telunjuk sang ibu erat, saat Tsabitha memberikan ASI melalui pipet plastic yang diteteskan perlahan-lahan ke mulutnya, seolah-olah dia tahu kalau ibunya lah yang menyuapinya. Perempuan itu hanya bisa menangis haru setiap kali merawat bayi mungil itu, tubuhnya yang begitu kecil dan lemah dengan kabel-kabel yang menempel di sana sini, membuatnya selalu bertekad agar selalu kuat, kuat untuk putranya, agar si anak juga kuat dan bisa melampui semua rintangan ini. *** Sementara itu di Jakarta … Moreno lebih suka menyibukkan diri di kantor, pulang selalu larut malam. Sikapnya pun banyak berubah, tidak ceria atau jahil seperti dulu, laki-laki itu lebih banyak merenung dan tidak banyak bicara. Perubahan sikapnya ini mulai dirasakan oleh Mabella, apalagi sang suami
Читайте больше
BAB 33 - Fabian is coming!
Beberapa hari kemudian ... "Dewi, jadi mulai hari ini. Ini adalah ruang kerjamu dan kunci mobil ini juga untuk kamu, karena saat ini kamu menjabat sebagai manajer operasional di kantor ini!" ujar Mabella sambil menyerahkan sebuah kunci mobil ke tangan Dewi—salah satu staff kantor yang naik promosi jabatan menjadi manajer operasional. "Ini bener, Bu Bella?" Mabella mengangguk sambil tersenyum manis. "Terima kasih, Bu! Sekali lagi terima kasih untuk promosi jabatan ini!" kedua bolamata Dewi berkilat terang. "Dari kemarin, saya kira ini semua cuma mimpi!" sahutnya sambil menyapu tatapannya ke seluruh ruangan yang dulu ditempati oleh Mabella. "Kamu nggak mimpi, Wie! Ini beneran, kamu berhak mendapatkan promosi ini, karena kamu telah loyal dan membuktikan kinerjamu selama bekerja di sini selama kurang lebih 6 tahun. Aku yakin, perusahaan keluarga kami jadi akan semakin maju dengan kiprah kamu di dalamnya!" "Bu Bella terlalu memuji, say--…" "Selamat siang!" Suara Dewi pun terhenti begit
Читайте больше
BAB 34 - tergila padamu
Tiga bulan kemudian … “Pak Reno, selamat malam. Pak Reno belum pergi?” tanya Dewi dari balik pintu ruang kerja laki-laki itu, ketika dilihatnya ruang kerja pimpinannya itu masih menyala terang. “Yah, sebentar lagi aku pulang, kamu sendiri kenapa belum pergi? Kamu juga diundang, ‘kan?” Moreno balik bertanya sambil menyandarkan kepalanya di kursi kerja. “Saya sengaja berangkat dari sini, Pak! Karena lebih dekat, kalau saya harus balik ke rumah saya dulu, harus bolak-balik jauh banget! Makanya saya pas-in jam-nya berangkat dari sini,” ujar Dewi sambil masuk ke ruang kerja itu dan duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Boss-nya. “Saya boleh ‘kan duduk di sini?” tanyanya sambil menghempaskan pantatnya di kursi itu. “Silahkan!” jawab Moreno datar. Sejak pagi tadi sebenarnya Mabella sudah mewanti-wanti Moreno untuk pulang lebih cepat, karena malam ini mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke 2 tahun. Mabella senga
Читайте больше
BAB 35 - kembali
Lima tahun kemudian … “Waah, Bitha, terima kasih, ya, Sayang. Kita ini selalu puas sama hasil desainmu. Kamu itu emang selalu ngerti banget apa yang kita mau. Makasih banget, ya, Bith!” ujar salah satu perwakilan dari ibu-ibu KBRI yang tugas di Perancis. Siang itu mereka berkunjung ke rumah mode di mana Tsabitha bekerja.“Sama-sama, Bu! Senang bisa melayani ibu-ibu semua!”“Kita bener-bener puas lho, Bith! Awalnya kita nggak nyangka, lho. Kalau ada desainer asal Indonesia yang kerja di rumah mode Constantine ini! Memangnya sudah berapa lama kerja di rumah mode Constantine?” tanya ibu yang lain.“Sudah dua tahun, Bu!” tukas Tsabitha sambil mengulas senyum manisnya. Siang itu gadis itu sedang melayani pelanggan setia rumah mode Constantine yang merupakan ibu-ibu staff KBRI untuk Perancis, baik karyawan maupun para istri karyawan.“Saya juga suka sama desainnya Mbak Bitha, kelihata
Читайте больше
BAB 36 - yang tak diinginkan
“Tantee  Bithaaa …!”Sesaat Tsabitha terpaku dan tubuhnya terasa membeku, ketika Fabian berteriak lantang memanggil namanya sambil berlari ke arahnya yang baru turun dari mobil bareng Lidya dan Surya di tengah halaman depan. Secara naluri, perempuan itu segera merendahkan tubuhnya, hingga berlutut agar tingginya sama persis seperti buah hatinya yang telah lama berpisah darinya. Tsabitha pun memeluk bocah kecil itu erat, ketika tangan-tangan mungil sang anak memeluknya pertama kali. Lama dia merapatkan tubuhnya ke tubuh Fabian, seakan-akan dia tidak ingin melepaskan pelukkan itu. Pelukkan yang selalu dirindukannya selama kurang lebih beberapa tahun ini.“Apa kabar, Sayang. Sudah besar kamu sekarang, ya. Semakin tinggi aja!” ujar Tsabitha sambil semakin merapatkan pelukkannya di tubuh mungil Fabian, saat itu Dedeh, babysitter yang merawat bocah kecil itu berdiri di belakang sang anak, sedangkan Lidya dan Surya berdiri di belakang Tsabi
Читайте больше
BAB 37 - laki-laki lain
“Ooh, hai, Vika! Masuklah!” ujar Moreno sambil melongok dari balik tubuh Dewi, saat mendengar suara pintu dibuka. Havika dan Tsabitha hanya tersenyum masam, lalu masuk ke dalam ruang meeting tersebut. Sementara Dewi beralih ke kursinya sendiri, setelah selesai merapikan dasi sang Big Boss tadi. Tsabitha pun bernapas lega, begitu tahu kalau perempuan itu hanya merapikan dasi mantan suaminya. “Untung cuma merapikan dasi!” batinnya dalam hati sambil menghempaskan pantat di kursi, diikuti oleh Havika yang duduk di sebelahnya. “Selamat pagi, semua! Apa kabar?” sapa Moreno sambil merapatkan kursinya ke meja yang ada di depan, lalu menatap ke arah Havika dan Tsabitha secara bergantian. “Selamat pagi, Pak!” sahut Havika sambil mengulas senyum, sedangkan Tsabitha hanya terdiam dan menenggelamkan wajahnya ke bawah, menghindari kontak langsung dengan sang penakluk hati. “Oh iyaa, saya perkenalkan dulu ini Bu Dewi! Vika sudah kenal, ‘kan?” Havika pun mengangguk. “Bu Dewi ini adalah Direktur P
Читайте больше
BAB 38 - sebuah permintaan
 “Haii, udah lama ya, nunggunya?” tanya Tsabitha pagi itu sambil menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu, ketika Khrisna berkunjung ke rumahnya.“Nggak juga, santai aja lagi, aku cuma mau laporan aja,” sahut Khrisna sambil mengeluarkan sebuah map plastik dari tas ransel.“Oh iya, sorry banget, ya selama seminggu ini aku nggak mampir ke butik, karena minggu-minggu ini kerjaan lagi padat banget di kantor. Belum lagi aku harus ngecek baju-baju yang aku desain untuk keperluan pernikahan adikku itu sudah jadi apa belum. Hhh, benar-benar melelahkan ….”“Memangnya kamu jahit di mana?” tanya Khrisna penasaran.“Aku jahit di langganan jahitku sejak dulu, dia udah hafal banget mauku apa, tapi tetep harus cek and ricek, karena itu ‘kan banyak banget. Mulai dari baju keluarga pengantin, baju pengiring pengantin, belum lagi baju pengantinnya sendiri!”“Semu
Читайте больше
BAB 39 - red code
[“Gimana, Bith? Kamu sudah ambil keputusan?”] tanya Mabella di ujung telpon siang itu, saat Tsabitha sedang sibuk mendesain motif kain yang baru.“Yaa ampun, Kak. Ini baru seminggu, aku bahkan belum sempet mikirinnya! Saat ini aku masih sibuk, Kak. Kakak bisa ngerti, ‘kan? Aku lagi sibuk nyiapin pernikahan Lidya yang kurang sebulan lagi!” sahut Tsabitha tegas sambil menahan rasa kesalnya dengan mencoret-coret kertas yang ada di atas di meja.[“Aku bisa ngerti, Bith! Tapi kamu tahu ‘kan gimana Reno? Dia butuh kepastian dari kamu, iya-iya, nggak-nggak! Karena kalau kamu nggak mau, dia akan menikahi Dewi! Kamu nggak kasihan sama aku?”] ujar Mabella dengan nada sedih. Tsabitha jadi bingung.“Aarrhhgg! Maunya apa sih itu orang? Kemarin-kemarin cueknya minta ampun, sekarang tiba-tiba aja minta nikah! Mendadak lagi!” batin Tsabitha kesal sambil mencoret-coret kertas yang ada di depannya.Tepat
Читайте больше
Предыдущий
1234568
DMCA.com Protection Status