Semua Bab My Wife is My Suspect: Bab 121 - Bab 130
149 Bab
CHAPTER 121
Di sinilah Atlanta berada. Sebuah gedung menjulang tinggi berada di hadapannya saat ini. Atlanta berjalan tegak masuk ke dalam lantai utama dan menghampiri bagian resepsionis.“Halo, selamat siang. Aku mau bertemu dengan Jonathan Adams,” ujar Atlanta.Resepsionis cantik itu tersenyum manis. “Apa kau sudah membuat jadwal?”Atlanta menggeleng. “Katakan saja Leona sedang menunggunya sekarang.”“Maaf Nona, tetapi kau tidak bisa menemuinya tanpa membuat janji,” balasnya.“Sampaikan saja begitu. Biar dia yang memutuskan akan menemuiku atau tidak,” ujar Atlanta tegas.Resepsionis itu segera menelepon sekretaris Jonathan. Sementara Atlanta menatap sekeliling, memperhatikan interior gedung perusahaan Jonathan dengan detail.“Kenapa gedung ini norak sekali ada lantai bermotif kupu-kupu besar? Aku tidak masalah dengan cermin di bagian atap. Hanya saja lantai ini perlu di modifikas
Baca selengkapnya
CHAPTER 122
Atlanta berjalan terkatung-katung menuju parkiran mobil. Rekaman video tadi masih terputar jelas di benaknya bak kaset rusak. Berulang-ulang kali terus terbayang. Atlanta masih saja melamun ketika sudah mulai berkendara pulang. Saking kehilangan konsentrasi, Atlanta sampai tidak sadar jika ada mobil di arah berlawanan. Relfeks Atlanta bantir setir hingga mobilnya menabrak sebuah tiang di pinggir jalan. Beruntungnya kaki Atlanta tak terjepit karena bagian mobil yang hancur hanya bagian samping saja. Tetapi dahi Atlanta berdarah karena terbentur keras. Atlanta masih saja melongo setelah terjadinya kecelakaan. Bahkan ketika degup jantungnya sudah berdebar tak karuan karena terkejut, Atlanta masih belum bisa mengembalikan konsentrasi penuhnya. Tangan Atlanta refleks menghubungi Dylan. Tak perlu menunggu lama untuk menunggu Dylan mengangkat panggilannya. Orang-orang di sekitar mulai mendatangi mobil Atlanta karena ini adalah kecelakaan tunggal. “Sa
Baca selengkapnya
CHAPTER 123
“Maaf, apakah benar jika istriku datang kemari sebelumnya karena hipotermia, bukan demam? Apa kau memalsukan sengaja memalsukan hasil diagnosismu waktu itu?” Dokter muda itu tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika perbuatan jahatnya telah diketahui oleh target. Mendadak dokter muda itu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kepada Dylan karena dirinya sudah tertangkap basah. “Bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kau bukan dokter gadungan yang di bayar, bukan?” “Aku—” Dokter muda melirik kanan kiri, mencoba mencari bantuan. Tapi hasilnya nihil. Sudah tak ada lagi jalan keluar. Teman Samuel menghela napas. Tak bisa lagi mengelak. “Aku hanya memenuhi permintaan Samuel dan pasien. Samuel menjebakku ke dalam syarat pribadi yang tidak bisa aku tolak meski sebagai dokter. Kau bisa menanyakan alasan kepada mereka secara langsung kenapa memintaku seperti itu,” jawabnya berusaha setenang mungkin. Dylan melipat kedua tangannya
Baca selengkapnya
CHAPTER 124
“Lalu bisakah kau ceritakan bagaimana bisa malam itu Samuel membawamu dalam keadaan hipotermia?” Atlanta kini tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya. Pertanyaan ini sudah tepat sasaran. ‘Jika seperti ini terus, bisa-bisa Dylan berhasil membuka topengku secara sempuarna.’ Dylan tersenyum tipis. “Aku mengetahuinya dari dokter muda yang tak lain adalah teman Samuel. Jangan salahkan dia, salahku karena telah mendesak dia untuk menjawab,” klarifikasinya. “Maaf aku telah membohongimu. Malam itu aku berenang dan mengalami hipotermia. Aku tidak ingin membuatmu yang lagi bekerja menjadi khawatir. Aku tidak ingin mengganggumu. Jadi aku meminta dokter mengatakan jika aku hanya mengalami demam supaya kau tak khawatir,” sesal Atlanta. Padahal alasan itu hanyalah salah satu alasan dari seribu alasan yang Atlanta milikki. Alasan utamanya adalah Atlanta tak bisa berkata jujur kepada Dylan malam itu. Tetapi apa boleh buat, hari ini Atlanta harus
Baca selengkapnya
CHAPTER 125
Selagi menunggu Atlanta bangun setelah tidur yang mana masih terpengaruhi oleh obat dokter, Dylan memutuskan untuk membereskan ruang kerja Atlanta. Satu-satunya ruangan yang jarang Dylan sentuh.Dikarenakan Atlanta tak lagi bekerja dimanapun, maka dari itu Dylan tak ragu untuk merapihkan ruang kerja Atlanta. Toh Atlanta seharusnya tak lagi memiliki kesibukan di ruangan ini. Jadi tak ada salahnya Dylan membantu Atlanta membereskan ruang kerjanya.“Ruangannya cukup rapih. Tetapi tetap saja ada yang masih berantakan.”Dylan mulai merapihkan barang-barang yang berantakan di ruang kerja Atlanta. Tak hanya itu, Dylan juga membersihkan semua alat komputer Atlanta yang ada di atas meja.“Astaga ini sangat kotor, pasti Atlanta tak pernah membereskannya.”Ketika Dylan hendak membersihkan sudut ruangan menggunakan penyedot debu, Dylan mengernyit bahwa penyedot debunya tak bisa masuk ke sela. Ingin tahu penyebabnya, Dylan berjongkok unt
Baca selengkapnya
CHAPTER 126
“Sayang, kau menangis?”Atlanta segera menghapus jejak air matanya dengan cepat. “Aku hanya terlalu menghayati lagu. Bagaimana denganmu? Apa kau memiliki lagu yang ingin kau nyanyikan?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.Oh, her eyes, her eyesMake the stars look like they're not shinin'Her hair, her hairFalls perfectly without her tryin'She's so beautiful and I tell her everyday Dylan menatap Atlanta penuh puja. Menunjukkan bahwa seluruh lirik tersebut Dylan sengaja tujukan pada sang istri.Yeah, I know, I knowWhen I compliment her, she won't believe meAnd it's so, it's soSad to think that she don't see what I seeBut every time she asks me, "Do I look okay?"I say Suara Dylan yang berat namun tetap mengalun lembut membawakan sepenggal lagu untuk meromantisi malam berbahagia ini.   
Baca selengkapnya
CHAPTER 127
“Kenapa kau yang menjemputku?”Atlanta membuka kacamata hitam dan menatap mobil hitam mewah itu dengan heran. Sedangkan orang yang menjemput Atlanta tersenyum sombong.“Seharusnya kau berterima kasih karena aku mau menjemputmu. Naiklah, aku akan mengantarmu.” Leondra menunjuk jok di sampingnya menggunakan jari jempol.“Kau tidak mau membawakan ini untukku?”Leondra menggeleng dengan santai. “Aku tahu kau tak selemah itu. Cepat masukkan saja.”Setelah pintu bagasi mobil terbuka, Atlanta memasukkan kedua kopernya ke dalam bagasi. Barulah Atlanta duduk di jok samping Leondra. Tanpa perlu bertanya, Leondra langsung menginjakkan pedal gas dan membawa mobil menuju kediaman Adams.“Pukul berapa penerbanganmu?” tanya Leondra. Memecahkan keheningan diantara mereka.Atlanta bersiku di jendela mobil. Kaca pintu mobil sengaja dibuka dan membiarkan angin menyapanya.“Pukul du
Baca selengkapnya
CHAPTER 128
Atlanta memarkirkan mobil di basement gedung Hilton. Setelah menarik napasnya dalam-dalam, Atlanta memantapkan diri untuk masuk ke dalam gedung Hilton yang memiliki dekorasi sederhana namun memiliki fasilitas yang mewah.“Leona!” sambut Lay ketika melihat kedatangan Atlanta.“Lay!” sambut balik Atlanta.“Dimana Valeria?” tanya Atlanta karena hanya melihat Oliver dan Lay saja yang berada di ruangan ini.“Pergi keluar.”Atlanta ber-oh ria.Oliver yang tengah duduk bersantai di sofa pun mengeluarkan beberapa kertas untuk Atlanta yang sudah dipersiapkannya. Kertas tersebut tak lain adalah sekumpulan informasi target dan beberapa lembar peta.Atlanta menatap beberapa kertas di tangannya ini dengan lekat. “Aku akan memberikanmu kabar melalui saluran khusus untuk menghindari kegagalan pengiriman karena aku belum tentu bisa kembali.”Oliver tersenyum miring. “Ini adalah
Baca selengkapnya
CHAPTER 129
Di dalam pesawat Atlanta mengganti jaket kulitnya menjadi hoodie hitam dan menutup kepalanya menggunakan kupluk. Atlanta sengaja mengambil kelas bisnis supaya bisa beristirahat dengan nyaman sepanjang perjalanan selama dua puluh empat jam.Atlanta menghabiskan waktu selama di pesawat dengan makan dan tidur. Terakhir Atlanta pergi ke luar negeri ketika berusia sembilan belas tahun untuk menyelesaikan misi dari Hilton. Semenjak identitasnya berubah, Atlanta tak pernah pergi keluar negeri.Tak banyak barang bawaan yang Atlanta bawa di dalam ransel daruratnya. Hanya setumpuk uang, dua buah laptop, ponsel kuno, sebotol air putih dan alat darurat lainnya. Ponsel miliknya sengaja Atlanta tinggalkan di apartemen.Sejujurnya Atlanta juga tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Dylan saat mengetahui dirinya pergi ke tempat jauh tanpa sepengetahuan dirinya. Dalam hati terkecil Atlanta merasa bersalah kepada Dylan karena sudah pergi tanpa pamit.Tapi apa boleh buat, A
Baca selengkapnya
CHAPTER 130
“Halo, Bu? Apa kau mengirimkanku uang akhir-akhir ini?” tanya Dylan begitu panggilan langsung terhubung.“Uang apa? Kau meminta uang padaku? Apa kebutuhan dapurmu terlalu banyak? Bukankah gaji lima ribu dollarmu sudah lebih dari cukup?”“Bukan. Bukan itu yang aku maksud. Aku meminjam uang satu juta dollar ke bank dan customer service menghubungiku jika hutangku sudah lunas. Aku hanya ingin bertanya apa kau yang melunaskannya untukku?”“Kau sungguh tak bisa mengukur kemampuan diri sendiri sehingga meminjam uang banyak ke bank. Tentu saja bukan aku. Untuk apa aku melunaskan hutangmu di saat kau masih dalam kondisi kuat mencari nafkah?” Dylan terdiam. Jelas sekali Veronica sedang berbicara jujur saat ini. Terdengar dari nada bicaranya yang jutek.“Oh ya Bu, omong-omong mobilmu yang diberikan kepada Atlanta rusak parah. Atlanta mengalami kecelakaan.”“Anakku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status