บททั้งหมดของ Sang Pewaris Pertama: บทที่ 581 - บทที่ 590

Philip tercengang.“Teman yang itu sedang duduk tepat di sebelahmu. Dia itu suamimu.” Batin Philip“Oh, pada waktunya. Dia sedang di luar negeri.” ujar Philip sambil tersenyum canggung. Wynn mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa.Pesta makan malam bisnis Riverdale akan diadakan di aula perjamuan presiden Hotel Shangri-La malam ini. Semua 100 pimpinan terkenal di berbagai industri akan hadir disana.Semua pengusaha kaya dan terkenal dari industri farmasi dari Riverdale akan hadir di pesta malam ini. Semuanya memiliki kekayaan bersih lebih dari 100 juta dolar.Banyak pengusaha penting dari kota lain telah diundang kesini.Sepuluh perwakilan teratas dari industri farmasi juga diundang.Ditambah lagi, pembawa acara pesta ini, Cynthia Larson, berdiri di pintu masuk untuk menyambut semua tamu dari industri yang berbeda.Mobil Wynn berhenti di depan karpet merah. Dia mengenakan gaun hitam tanpa tali dan punggung yang terbuka, sementara Philip mengenakan setelan yang rapi. Ketika mereka mun

Houston mengenakan setelan putih. Dia meneguk minumannya dan menoleh untuk melihat pria yang mengenakan setelan biru laut tidak jauh darinya.Ketika melihat pria itu, Houston berperilaku sangat hormat. Kemudian, dia mengambil gelas lainnya dan berjalan ke arah pria berjas biru laut tersebut.Jika pria itu bisa membuat Houston bersikap begitu hormat, maka dia pasti seseorang yang luar biasa!Ada banyak orang berkumpul di sekitar pria itu. Mereka semua memuji dan menyanjungnya. “Houston, kudengar kamu dirawat di rumah sakit. Apakah kamu baik-baik saja?”Salah satu pemuda bertanya dengan senyum di wajahnya ketika melihat Houston berjalan ke arah mereka.Houston tersenyum dan menjawab,“Bukan apa-apa. Hanya luka kecil,”Sebenarnya, dia telah dipukuli oleh Philip.Pria muda berjas biru tua itu bahkan tidak melihat ke arah Houston. Dia memutar-mutar anggur di tangannya dan melihat melalui kerumunan. Tatapannya terkunci pada Wynn yang berada jauh darinya.“Oh? Apakah kamu tertarik pada wanita

Saat ini.Houston berjalan keluar dari kerumunan dan menunjuk Philip. Dia berkata dengan marah, “Philip, apakah kamu tahu dengan siapa kamu berbicara? Ini Tuan Quaid! Tuan muda dari keluarga Quaid di Ibu Kota!”Houston punya rencana yang cermat. Dia akan keluar dan berbicara untuk Marcus sehingga dia bisa mendapatkan kemuliaan untuknya. Dengan begitu, dia akan bisa lebih dekat dengan Marcus.Ketika Houston mengatakan ini, pengusaha dan bangsawan di industri farmasi semuanya mencaci maki Philip karena bersikap sombong. Dia sama sekali tidak sopan!Segala macam kritik pun memenuhi udara. Mereka semua mengatakan bahwa Philip tidak boleh berada disini.Benar-benar mengecewakan memiliki sampah seperti dia disini.Philip tidak terganggu dan hanya tersenyum. Namun, orang tidak bisa mengatakan apa yang dia pikirkan dari senyumannya itu.Apakah orang ini tidak khawatir tuan muda dari Ibu Kota ini akan melakukan sesuatu pada Beacon?“Baiklah, tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Philip hanyalah orang y

Akhirnya, Marcus mengangkat alisnya setelah sempat mengambil nafas. Dia menatap Philip dengan matanya yang memerah. Sedikit kebencian terlihat di bibirnya saat dia perlahan bangkit dari lantai.Setelan pakaianya sudah basah oleh semua jenis alkohol dan makanan penutup. Dia tampak seperti baru saja keluar dari tumpukan sampah. Dia tampak mengerikan.Marcus bangkit dan melepas jasnya sebelum melemparkannya ke lantai. Kemudian, dia menunjuk Philip dan berteriak histeris,“Apakah kamu ingin mati? Apakah kamu tahu konsekuensi apa yang harus kamu derita karena menendangku?” Mata Marcus menjadi gelap. Dia menatap Philip seolah-olah ingin melahapnya.Ya, dia adalah tuan muda kedua Keluarga Quaid dan Philip memang meminta untuk mati dengan melakukan hal itu padanya.Namun, Philip merentangkan tangannya dan berkata tanpa rasa takut,“Itu lelucon paling lucu yang pernah aku dengar. Aku sudah menendangmu dan kau masih sok di depanku. Tidakkah menurutmu itu tidak ada gunanya?”“Konsekuensi? Apa kons

Philip memegang jarum suntik di tangannya. Kemudian, dia memasukkannya ke paha Marcus. Dia berkata dengan seringai dingin di wajahnya,“Jangan khawatir. Ini hanya obat bius.”Setelah Marcus mendengar ucapannya, otaknya mulai berdengung. Dia berjuang untuk berguling ke lantai dari meja operasi. Dengan benturan keras, dia pun terjatuh dengan mengerikan. Dia pikir dia akan mati karena rasa sakitnya.Philip duduk di bangku dengan acuh tak acuh. Dia menyilangkan kakinya dan tangannya berada di pinggulnya. Dia menatap Marcus yang merangkak ke pintu dengan senyum palsu di wajahnya.Wajah Marcus pucat dan matanya merah. Dia mencengkram dadanya dan perlahan merangkak menuju pintu ruang operasi. Dia lalu berteriak dengan sekuat tenaga. “Dokter! Dokter! Tolong…”Marcus mengulurkan tangannya yang pucat dan melihat ke pintu yang terkunci. Dia hampir bisa mencapainya ketika efek obat biusnya mulai bekerja. Dia merasa lemas sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya. Kelopak matanya juga berat karena h