Lahat ng Kabanata ng Tuan Muda: Kabanata 61 - Kabanata 70
147 Kabanata
Monster 61
Bab61 Dengan penuh perhatian, Wiliam mengurus Aluna seorang diri. Jeremy dan Case, tidak mau dan tidak berani bertemu ibunya saat ini. Kedua anak itu masih sangat syok, ketika melihat wujud lain dari Ibunya. "Ibu jelma'an monster," kata Case, ketika Jeremy mempertanyakan, mengapa Ibunya bisa bermata merah dan bertubuh secara tiba- tiba. "Jika Ibu jelma'an monster, berarti kalian anak monster dong," sahut Wiliam, yang tiba- tiba datang dari arah belakang. Kedua pengasuh yang mengurus Jeremy dan Case pun memberi salam hormat pada Wiliam. Wiliam hanya merespon dengan senyuman, dan meminta mereka tetap bersikap santai, tidak perlu tegang dengan kedatangannya. "Ayah," seru kedua anak itu, kemudian bersama- sama, berlari ke arahnya. Wiliam memeluk sayang anak- anaknya dan memberikan ciuman kepada keduanya. "Apakah hari ini baik untuk kalian?" tanya Wiliam. "Tidak, Jeremy kangen Ibu!" ungkap Jeremy. Ada kesedihan di wajah anaknya itu. "Ih, Case nggak mau ketemu Ibu, sepertinya dia b
Magbasa pa
Kedatangan 62
Bab62 Ketukan di pintu kamar terdengar, Wiliam dan Aluna menoleh ke arah pintu. "Beristirahatlah, aku akan keluar," kata Wiliam pada Aluna. Wanita itu mengangguk dan menurut saja, apapun yang Wiliam katakan. Saat ini, kondisi pikiran Aluna Welas tidak stabil, sehingga membuatnya memilih untuk tidak banyak bicara. Wiliam bangkit dan melangkah menuju kamar, kemudian membuka daun pintu. Pelayan laki- laki berdiri di depannya. "Tuan, di depan ada nyonya Tones datang berkunjung," kata lelaki itu. "Nyonya Tones? Ada keperluan apa?" "Maaf Tuan, tidak di jelaskan apapun. Hanya dia mengatakan, ada urusan penting, yang mengharuskan Anda menemuinya," jelas pelayan itu. "Hhhmm, baiklah, aku akan segera pergi menemuinya, pintalah dia untuk duduk terlebih dahulu menungguku." "Baik Tuan." Lelaki itu memberi hormat kembali, kemudian bergegas pergi dari hadapan Wiliam. "Untuk apa nyonya tua itu menemuiku," desah Wiliam tak senang. Lelaki itu keluar sembari menutup pintu kamar, dan berjalan me
Magbasa pa
EMOSI 63
Bab63 Sedari tadi, Aluna Welas mendengar semua percakapan antara keluarga Tones dan suaminya di ruang tamu. Sampai kini Wiliam berada di ruangan kecil itu, Aluna perlahan pun membuka ruangan, yang lupa Wiliam kunci. Wanita itu terkejut, ketika melihat seluruh dinding ruangan, di penuhi oleh foto- foto wajah Jeremy yang dulu, dengan Esmeralda. "Kau ...." Wiliam terkejut, ketika melihat sosok Aluna, berdiri tegak di depan pintu, dengan tatapan penuh kekecewaan. "Apa maksudnya ini semua?" "Mengapa kamu kemari? Ini ruangan privasiku! Tidak ada satupun, yang boleh datang kemari, tanpa seizinku." "Meskipun istrimu sendiri?" "Ya! Ini privasi, kau harus menjaga batasanmu," tegas Wiliam. Lelaki itu, perasaannya saat ini, sedang tidak baik- baik saja. Ingin sekali dia memarahi Aluna saat ini, karena lancang membuka ruangan privasinya. Tapi sekuat tenaga, Wiliam menahan diri. "Pergilah, aku tidak ingin berdebat." Aluna menarik napas, dan langsung pergi begitu saja, meninggalkan ruanga
Magbasa pa
Kecelakaan Bab64
Bab64 Bab71 "Bercerai? Jangan mimpi, kecuali kamu mau keluar dari istana ini, tanpa anak- anak!" tegas Wiliam. "Apakah aku harus keluar seorang diri? Ingat Wiliam, jika tidak ada aku di villa Anggur saat itu, mereka pasti telah mati, seperti lelaki tua yang jahat itu," sahut Aluna dengan tatapan dingin. "Aku malas berdebat, aku butuh ketenangan!" seru Wiliam. "Aku juga butuh ketenangan, kupikir hidup denganmu jalan bahagia, untukku, untuk anak- anakku. Nyatanya? Entahlah, rasanya sakit sekali, hidup bersama lelaki yang raganya milikku, tapi hatinya bersama wanita lain?" cibir Aluna. "Kamu tidak tahu apa- apa dengan perasaanku." "Aku tahu." "Apa?" "Kamu lelaki egois yang sangat bedebah Tuan Wiliam ...." "Tidurlah, kamu butuh istirahat dan ketenangan bukan? Pergilah untuk tidur, Luna." Aluna Welas mendengkus. "Rupanya kamu ingin bermain- main dengan kesabaranku Tuan Wiliam. Baiklah, jangan sampai kamu menyesal." Usai berkata, Aluna Welas pergi begitu saja. Wiliam terdiam, mer
Magbasa pa
Semua karena harta
Bab65"Kakek, Nenek! Perusahaan Giant Company Group, bisa saja membantu dana.""Benarkah? Terimakasih," pekik Nenek Rose, dengan mata berbinar terang."Dengan syarat, Jeremy akan membeli, 50% saham Tones enterprise. Dan nanti, Esmeralda yang akan memiliki saham itu.""50% .... apakah itu tidak terlalu berlebihan?""Itu keputusanku. Jika kalian menolak, aku yakin, Tones enterprise dilanda krisis berat.""Tapi ...." Nenek Rose dan Mike Tones saling pandang."Silahkan! Itu sudah menjadi keputusanku. Aku bahkan berani mengeluarkan 2 miliar dollar. Asalkan, saham Tones enterprise 50%, milik Esmeralda.""Baiklah!" sahut Mike Tones, dengan wajah yang sedikit murung."Di dunia ini, tidak ada uang, kita akan ditendang. Betulkan, kek?" cibir Esmeralda._____Dorista kembali ke Monarki, dan membiarkan Zabo Coa, mengurus perusahaan di kota Yuzong.Zabo Coa begitu berat, untuk tetap di kota Yuzong. pikirannya selal
Magbasa pa
Perawan Tua
Bab66"Tuan, Mapala enterprise, mengajukan proyek kerjasama!" kata Debara, sembari meraih kursi, dan duduk berhadapan dengan Jeremy Mose.Lelaki itu tengah sibuk memeriksa file yang menumpuk."Seperti pernah dengar, nama perusahaan itu.""Debara, rating perusahaannya seperti apa?""Level empat Tuan muda! Nyaris setara dengan Giant Company Group.""Baiklah! Buat jadwal pertemuan minggu depan," kata Jeremy."Baik, Tuan." Debara pun keluar ruangan.___Di depan komputer, degub jantung Dorista berdebar kencang. Foto kenangan masa lalu, semasa menempuh pendidikan di kota Monarki.Membuat hatinya nyeri, ketika melihat dengan jelas, wajah lelaki di foto usang itu."Ada apa? Kenapa kamu memandangi foto culun itu seperti itu?" tanya Ibu dari Dorista.Dorista terkekeh. "Asal Ibu tahu, lelaki di foto ini, adalah keluarga kita." Ibu Dorista memicingkan mata, dia pun mendekati komputer dengan lebih dekat
Magbasa pa
Tak terbaca
Bab67"Dorista, ada apa?" tanya Alin, ibunda Dorista.Alin membuka pintu, dia bingung, melihat rambut Dorista yang acak-acakkan.Kamarnya begitu berantakan, dengan buku yang berhamburan di bawah ranjang, tempat dia tidur.Begitu juga dengan meja riasnya, yang semua make up, serta parfume dan lainya. Kini, jatuh berserakan di lantai.Alin menggeleng, melihat Dorista, yang terus menangis terisak."Ada apa? Kamu dapat masalah di kantor?" tanya Alin lagi, masih dengan suara lembut.Dorista menjawab dengan gelengan. "Tidak, aku hanya merasa malu dengan diriku.""Malu kenapa? Ayo kataka padaku!" pinta Alin."Aku sudah tua, Bu. Tapi, hingga detik ini, aku tidak siap untuk menikahi lelaki manapun."Alin tersenyum, sembari duduk di samping anaknya."Berdoa dan memintalah pada Tuhan.""Bu, bagaimana orang ketiga menurut Ibu?""Orang ketiga yang bagaimana dulu?""Misalnya, Ibu menjadi selingkuhan
Magbasa pa
Kacau
Bab68"Em, maaf, tapi sepertinya aku memiliki penyakit lupa!" kata Dorista.Wanita itu berusaha menahan degupan jantungnya. Rasa gemetar di tubuhnya, sedikit menguasai dirinya, hingga dia pun seperti kesulitan mengontrol fokusnya.Pandangan lekat mata Jeremy Mose kepadanya, membuatnya semakin mati kutu dan salah tingkah."Jeremy, jangan pandangi dia seperti itu! Lihatlah, Dorista nampak tidak nyaman.""Ah, maafkan aku!" ucap Jeremy, sembari mengalihkan pandangannya ke lain arah."Ayo ke sana! Kasihan asistenku telah menunggu sedari tadi. Dorista, kamu pasti orang yang kami tunggu!" kata Jeremy Mose.Dorista mengangguk."Dastan, bergabunglah dengan kami," kata Dorista, sembari menarik napas dalam berulang kali."Oh, baiklah!" sahut Dastan. Mereka pun duduk, dan mulai membahas proyek kerjasama, yang di ajukan Mapala enterprise.Pembahasan proyek kerjasama telah usai, mereka kembali mengobrol santai. Sed
Magbasa pa
Tenang
Bab69Sepulang dari cafetaria, Jeremy mampir kesebuah butik ternama. Para pelayan butik, menyambut Jeremy Mose dengan antusias.Banyak dari mereka, berdecak kagum, melihat ketampanan Jeremy Mose."Ada yang bisa kami bantu, Tuan?" "Saya ingin memberikan gaun terbaik dan termahal yang ada di butik ini.""Gaun?""Iya, hadiah untuk istri saya. Tinggi badannya 170cm dan beratnya 60cm.""Baiklah! Kami memiliki itu." Kemudian pelayan itu pun, mengeluarkan koleksi mewah dan termahal yang mereka punya.Jeremy Mose kembali berjalan-jalan, menyusuri ruangan butik itu.Ketika dia meraih gaun berwarna putih, yang di hiasi bulu-bulu lembut di bagian lehernya. Tangan halus dan lembut pun menyentuhnya secara bersamaan."Maaf," lirih Jeremy sembari melihat wajah si empu tangan."Tuan," kata Juana, dengan mata membulat sempurna.Dia terciduk, keberadaannya, kini di ketahui Jeremy Mose."Juana
Magbasa pa
Marah
Bab70Pesan singkat masuk ke gawai milik Dorista."Maaf, aku mengundurkan diri dari Lion enterprise. Ada hal penting, yang harus aku dahulukan!"Dorista mengernyit, ketika membaca pesan singkat itu, yang berasal dari Zabo Coa."Mengapa mendadak seperti ini? Aku akan kesulitan, jika kamu melakukan hal ini," balas Dorista."Maaf, tapi ini keputusanku." Balasan Zabo Coa, membuat hati Dorista terasa sakit kini.Zabo Coa, yang merupakan orang kepercayaannya. Bahkan, dia sudah Dorista anggap, sebagai keluarga sendiri.Tapi apa boleh buat, Zabo Coa telah membuat keputusan penting dalam hidupnya tanpa bisa Dorista cegah."Aku tahu, ini pasti karena dia terus mencari keberadaan Esmeralda, dasar lelaki." Dorista meracau seorang diri di dalam kamar.Zabo Coa nekat memasuki daerah keamanan vila Orange. Vila milik Jeremy Mose, yang terkenal dengan keamanan ketat.Jika dia ingin memasuki vila Orange, maka dia di haruskan melewa
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status