All Chapters of 2nd (second) Destiny: Chapter 31 - Chapter 40
159 Chapters
31. Om Galak!
Acara makan malam berlangsung dengan meriah dan bahagia di mansion Edward. Bahkan secara khusus Edward menyewa EO khusus dan beberapa chef khusus untuk memasak masakan Halal untuk Orang Tua Risha. Sikap over protektif Dimitri pun semakin menjadi terhadap Levina, bahkan sedetikpun Dimitri tak mau menjauh dari Levina hingga Sammuel kalang kabut dibuatnya. “Astaga! Apa anakmu bisa dikendalikan?” keluh Sammuel di sebelah Dorothea. “Jangankan anaknya, Bapaknya saja masih belum bisa aku kendalikan!” tawa lirih Dorothea sambil menyesap red wine di gelas yang ia bawa. “Benar-benar jelmaan Axelo, pecinta daun muda,” sindir Sammuel sambil menyalakan rokok yang sudah bertengger di bibirnya. “Ada masalah?” tanya Dorothea kala melihat Sammuel tiba-tiba merokok. Dorothea tau persis dan hafal kebi
Read more
32. Survei Lokasi.
“Are you OK?” sela Sammuel di samping Dimitri, saat ini mereka berada diatas gedung pencakar langit mendampingi dua buah sniper yang sudah berjaga di sana dan di temani beberapa pengawal kepercayaan Sammuel. Salah satu properti EDSAM Corp, yang masih beroperasi tetapi tak banyak tahu jika gedung dengan 45 lantai ini milik dari klan Collins Brother, gedung yang berada di tengah kota itu terletak sangat strategis di segala aspek dan posisi. Sammuel yang membawa senapan laras panjang anti metrial buatan Amerika yang telah di sempurnakan Dimitri, McMillan TAC-50 adalah senjata favorit Sammuel jika sedang berburu ‘mangsa’ dengan jarak jauh, senapan yang tergolong dalam jajaran senapan mematikan didunia itu dapat membunuh target dengan jarak hampir 2,4 kilometer.  Sedangkan Dimitri lebih menyukai senapan sejenis Cheytac M200 Intervention buatan Amerika yang biasanya di gunakan oleh penembak runduk Navy SEAL.&nb
Read more
33. Kalut dan Dilema.
“Masih belum tidur?” sapa Edward yang melihat Risha masih terjaga di Ruang baca dengan beberapa buku dipangkuannya, “aku tak tahu jika kau suka membaca,” sambung Edward yang duduk di sebelah Risha. “Aku suka membaca, hanya saja waktunya yang tak ada. Lebih dihabiskan untuk bekerja dan menghadapi kenyataan dari pada menikmati ketenangan,” jawab Risha memandang Edward sambil melepas Kacamata baca yang bertengger ditelinga dan hidung minimalisnya. “Sekarang tak perlu kau risaukan, bacalah sepuasmu. Jika perlu kubuatkan ruang baca untukmu.” “Tak perlu Tuan, ini sudah cukup. Terima kasih untuk segala yang telah kau berikan untukku dan Orang Tuaku, ini sudah terlalu berlebih untukku.” “Jangan, jangan berkata begitu. Ini tidak seberapa,” sela Edward sambil melihat kearah tumpukan buku yang berada di pangkuan Rish
Read more
34. Kejutan Untuk Dimitri.
Suara decitan ban mobil yang mengenai aspal tiba-tiba terdengar memekakkan telinga, mobil sport Dimitri yang di kemudikan Sammuel tiba-tiba berhenti diikuti oleh beberapa mobil sedan hitam di belakangnya. Dimitri yang duduk di bangku penumpang berjalan keluar dengan sempoyongan menuju bahu jalan, disana ia menumpahkan semua isi perut yang berupa cairan dari alkohol yang sudah memenuhi isi perutnya. Aroma alkohol langsung menguar mengenai hidung beberapa pengawal yang berjaga di sekitar Dimitri. Tubuh lemas Dimitri di papah oleh beberapa pengawal menuju kedalam mobil yang di kemudikan Sammuel. Di dalam mobil Sammuel membantu memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Dimitri yang sudah lemas dengan sesekali mengigau dan meracau tak tentu arah. “Dasar anak demit, gak kondisi sadar, gak kondisi mabuk sama-sama bikin repot saja,” lirih Sammuel yang mengemudikan mobil Dimitri menuju ke markas pusat.
Read more
35. Kelakuan Dimitri.
Semalaman Sammuel menjajal beberapa senjata, Jack dan pengikutnya di persilahkan pamit untuk istirahat setelah menemani Sammuel selama 2 jam saja. Penjaga yang mengawasi Sammuel juga berjaga secara bergantian, hanya Sammuel saja yang terus terjaga selama semalaman. Entah mengapa rasa kantuk tak kunjung jua menyerangnya. Pagi ini seperti biasa, dengan sekaleng minuman soda dingin yang sudah berada di tangannya, kebiasaannya Sammuel kala tak dapat tidur semalaman. Sammuel berjalan menuju ke kandang Winter, yang dimana sudah ada Dimitri yang sedang rebahan sambil memainkan handphone di tangannya sambil bersandar di tubuh Singa putih yang tampak anteng walaupun ada badan berat Dimitri menindih perutnya. “Bagaimana kejutanku, Son? Rupanya kau sangat menikmati tidurmu dengan nyenyak,” sindir Sammuel berjongkok mengelus kepala Winter yang nampak anteng dengan kedatangan majikannya tanpa membuka mat
Read more
36. Mengintai.
“Apa yang kau temukan?” lirih Sammuel sambil melihat melalui teropong kondisi taman bermain yang ia kunjungi, di sampingnya sudah ada Jack yang tengah sibuk dengan iPad di tangannya.   “Hanya laporan dari Kiev, untuk pengamanan taman dan restoran sudah dalam kendali kita,” jelas Jack sambil menyodorkan iPad yang berada di tangannya kearah Sammuel.   “Batalkan reservasi di restoran.”    “HAH!” pekik Jack seketika membulatkan matanya kearah Sammuel, dia terkejut mendengar ucapan Sammuel, “tapi, Tuan! Persiapan kita sudah sangat sempurna.”   Sammuel menyunggingkan senyum tipis kearah Jack, “sebegitu inginkah kau berpesta?” jawab Sammuel sambil menyerahkan iPad kearah Jack, sedangkan Jack masih tertegun menerima iPad dengan pandangan kosong.   “Aku tak pernah bilang kita harus berpesta, aku juga tak pernah bilang restoran itu akan aku gunakan untuk makan mala
Read more
37. Yang Pertama.
“Apa kau sedang mencari seseorang?” tanya lirih Edward yang duduk di samping Risha dengan satu buah es krim cone berada di tangannya. “Sammuel sedang ada keperluan, dia hanya mengantar kita saja tadi,” lanjut Edward yang tau apa yang tengah dipikirkan Risha.   “Aku hanya khawatir dan merasa sungkan, seharusnya kita bisa berkumpul bersama sedangkan dia harus bekerja demi kita. Sungguh tak adil bagiku,” lirih Risha menatap Edward dengan sedikit sayu.    “Nanti akan kuluangkan waktu agar kau bisa bersamanya,” jawab Edward dengan senyum merekah ketika memandang Risha yang sedang memakan es krim cone dengan sedikit belepotan di sudut bibirnya.   “Eh, maksudnya?” pekik Risha sedikit tersentak mendengar ucapan Edward. Risha langsung menoleh melihat Edward yang sedang yang juga sedang memandangnya, membuatnya menjadi tersipu dengan pipi yang sudah merah merona.   “Nanti akan aku beritahu
Read more
38. Siaga.
Sammuel hanya bisa memejamkan mata, teropong yang ia gunakan bahkan sudah digenggamnya erat di tangan kirinya.  Pemandangan yang baru saja ia lihat melalui teropong sungguh bukan keinginan dan kemauannya. Ada perasaan tak rela serta amarah yang membuncah, inikah yang dinamakan cemburu? Sudah kedua kalinya Sammuel memergoki Edward sedang bercumbu dengan Risha, bukankah ini membuktikan bahwa dirinya memang tak seharusnya menaruh rasa dengan wanita yang menjadi tunangan Kakaknya itu. Jantung Sammuel berdetak lebih cepat, napasnya sedikit memburu dan tangannya bergetar tak tentu arah, suatu kondisi yang membuktikan bahwa Sammuel tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja, bukan? “Aku seharusnya tau dan sadar akan batasanku,” gumam lirih Sammuel guna menguatkan dirinya sendiri. Dari tower pemantau di gedung yang berada di tengah taman be
Read more
39. Mengetahui Siasat Musuh.
“Apa kau juga sepemikiran denganku Jack?” lirih Sammuel di samping Jack yang sedang menata senjata, sedangkan Sammuel sedang memakai rompi anti peluru di badannya dan diikuti oleh Wilson di belakang Sammuel. Jack hanya tersenyum sambil menyelipkan dua buah pistol di pinggang belakang tubuhnya, “sepertinya prediksi anda tak pernah meleset, Tuan. Rupanya Klan Hargov sangat berambisi sekali,” jawab Jack yang teringat obrolannya dengan Sammuel kala menjajal senjata diatas menara di markas pusat. Obrolan dengan menggunakan bahasa dan kode yang hanya bisa dimengerti oleh orang kepercayaan Sammuel dan Edward saat itu memberitahukan kepada Jack bahwa di markas pusat, tepatnya pengawal yang di bawa Jack pada saat itu adalah pengawal penyusup dari klan Hargov yang sengaja di perintahkan untuk memantau dan mengawasi Sammuel dan Edward. Sedangkan Wilson hanya menyimak obrolan antara Sammuel dan Jack, sambil sesekali m
Read more
40. Mengetahui Siasat Musuh 2.
“Bukankah ini?” lirih Jack yang segera mengehentikan laju kendaraan yang ia kemudikan sesuai intruksi dari GPS yang ia terima dari Sammuel. Disinilah Sammuel, Wilson dan Jack berada, setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya. Di pelabuhan LA Waterfort yang terletak di pesisir San Pedro, California. Salah satu pelabuhan di Los Angeles yang terlihat biasa namun disini merupakan basis dan salah satu pusat transaksi ilegal terpenting di Los Angeles. Waterfront mempunyai hukum sendiri yang mengatur tentang transaksi ilegal di area pelabuhan, bahkan klan sebesar Collins Brother pun tak dapat dengan leluasa berbuat seenaknya. Oleh karena itu transaksi ilegal di Waterfront begitu sangat terjaga kerahasiaannya. “Tuan?” lirih Wilson di samping Sammuel yang menyalakan satu buah batang Rokok dengan bersandar di mobil yang tadi ia tumpangi, sedangkan Jack mengedarkan pandangan keseluruh a
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status