All Chapters of Hidden Secret: Chapter 71 - Chapter 80
87 Chapters
KOTA APUNG (II)
Liana yang baru sampai di pusat penggerak kota apung yang berada di laboratorium kota, dengan cepat mengaktifkan program inti kota apung itu. Sementara Panji dan Sofi membantunya mengaktifkan sambungan antarkota. “Sambungan sudah siap,” ucap Panji kemudian berlari ke meja Liana.“Di mana semua kristal itu Liana?” tanya Sofi kemudian menghampiri Liana. Tanpa mengucap kata apapun, Liana kemudian mundur beberapa langkah dan mengarahkan kristal merahnya ke inti yang sudah diaktifkan. Clingg… Sebuah cahaya biru keluar dari setiap dudukan kristal yang ada di mesin pembangkit kota apung itu. Semua hal itu memanglah di luar nalar manusia, kristal merah itu memperkecil semua kristal biru menjadi atom lalu mengeluarkannya lagi. “Hebat, apakah kita bisa memulai pengaktifannya?” tanya Panji menatap Liana.“Kita bisa memu
Read more
KOTA APUNG (III)
Matahari mulai bersinar dari ufuk timur. Cahaya hangatnya membuat semua orang membuka mata lebar seraya waspada. Kini gelombang tsunami perlahan surut dan masuk ke dalam rongga-rongga tanah. “Apa kamu yang membuat bumi berongga?” tanya Liana mengepalkan tangan erat.“Kenapa? Apakah kamu merasa kesal? Bukankah bumi sudah terlalu lama menderita karena ulah manusia,” tanya Jack sembari tertawa terbahak-bahak.“Sayangnya kamu adalah bagian dari spesies manusia,” jawab Liana kemudian tersenyum tipis di bibir merah mudanya. Kali ini, Jack berjalan beberapa meter ke depan untuk mendekati Liana. Dia kemudian mengeluarkan sebuah remote dengan tombol biru, kemudian menekannya dan menunjukkan tatapan tajam. “Apa yang kamu rencanakan, Jack?” tanya Liana bersiap melihat sekeliling setelah Jack menekan tombol itu.“Jika aku tidak bisa menghukum semua orang, bia
Read more
KEHILANGAN
Burung gagak terdengar bekicau di ranting-ranting pohon dekat posko evakuasi. Bencana akibat ulah konyol Jack telah memakan ribuan nyawa tidak berdosa dari seluruh penjuru bumi. Rintih hujan mulai turun sedikit demi sedikit. Seakan akan, langit tahu bahwa bumi kali ini tengah berduka. Air hujan itu seakan-akan memiliki tujuan untuk menyamarkan bekas darah yang masih menempel di atas tanah maupun bangunan. “Mama, Papa. Kenapa kalian tidur di sini?’ tanya Liana kemudian memegang tangan orang tuanya. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu mencoba untuk menahan isak tangis mereka. Namun, apalah daya hati seorang manusia yang mudah rapuh. Bahkan Sofi dan Panji tidak bisa memungkiri kebenaran itu. “Salma, apakah kamu memiliki selimut?” tanya Liana kemudian menatap Salma dan tersenyum, sontak membuat semua orang terkejut.“Selimut? Un-tuk apa Liana?” tanya Sal
Read more
KILAS BALIK
Liana kini tidak bisa mendengarkan suara apa pun, termasuk teriakan Aji. Pikirannya kosong, hatinya mulai berada di titik hampa. Dia kebingungan, merasa hatinya terjepit dan dadanya mulai sesak. Di atas bukit ini, Liana mengadu melalui hatinya. Sambil menatap luasnya langit, Liana mengepalkan kedua tangannya. “Tidak, jangan menangis.” Hati Liana bergetar, berusaha tegar demi dirinya sendiri. “Kenapa kamu memanggil mereka?” teriak Liana keras sehingga mengejutkan Aji.“Liana…,” teriak Aji terkejut dengan teriakan itu, namun dia tidak bisa mendekati Liana. Angin kemudian berhembus begitu kencang. Pohon-pohon terlihat menunduk karena angin itu. Kaki Liana mulai bergetar, jari-jemarinya terasa berat. Bahkan bibirnya tergigit untuk mengunci ucapan yang akan ia lontarkan. Wuushhh… Sebuah daun berhenti tepat di depan kelo
Read more
TANDA TANYA
Keadaan bumi berangsur-angsur pulih. Kota apung berfungsi sesuai dengan harapan Liana. Beberapa energi terus dikembangkan untuk memulihkan daratan di bumi, namun tetap saja semua itu memerlukan waktu. “Transportasi penghubung antarkota akan diresmikan hari ini. Awasi terus proses alokasinya,” ucap Salma sembari memperhatikan finishing dari kendaraan yang akan menjadi transportasi utama itu. 6 bulan sejak hari duka dalam hidup Liana, kini ia bisa tersenyum dan tertawa bersama semua orang. Melanjutkan hidup, mungkin inilah yang ingin Liana lakukan saat ini. “Kakak, apakah barang yang ku pesan sudah tiba?” tanya Liana begitu memasuki ruangan pribadi Panji.“Sepertinya ada di atas meja, kakak sedang mengerjakan sesuatu,” jawab Panji tanpa melihat Liana karena sibuk dengan alat buatannya.“Baiklah. Tetapi, di mana kak Sofi? Aku tidak melihatnya beberapa hari ini
Read more
RAHASIA SEMESTA (I)
Mengumpulkan keberanian sebesar itu tidaklah mudah. Perlu keyakinan dan kesiapan diri yang matang. Karena jika lisan dengan sengaja melontarkan kalimat begitu saja, bukan tidak mungkin akan ada hati yang terluka. Liana tahu, dia mulai menyadarinya. Menyadari bahwa kakak perempuan yang selama ini mendukungnya, tidak berasal dari dunia yang ia kenal. “A-pa maksud da-ri pertanyaan itu, Liana?” tanya Sofi sembari terus menatap Liana, berusaha untuk tidak goyah.“Dari mana asal kakak sebenarnya?” tanya Liana sekali lagi, yakin bahwa apa yang 6 bulan terakhir ia kumpulkan akan terbukti kali ini. Sekali lagi Sofi membisu, tidak ingin berucap atau membuat alasan apapun kepada Liana. Dia bingung sekaligus khawatir dengan jawaban yang nantinya keluar dari lisan yang penuh dengan kenyataan itu. “Hari sudah makin siang, matahari bersinar begitu terik. Mari kita masuk,”
Read more
RAHASIA SEMESTA (II)
Salah satu pertanyaan besar dalam diri Liana terjawab. Suara itu, yang terus berusaha menuntun Liana untuk melakukan semua ini. Ternyata berasal dari dirinya di universe yang lain. “Apakah di dunianya, terjadi berbagai bencana seperti di bumi?” tanya Liana kemudian duduk di kursi dan menunggu Sofi menjawab pertanyaannya.“Tentu. Semua universe memiliki permasalahan yang berbeda. Hanya ada 5 universe, yang memiliki waktu dan massa yang hampir sama. Kini hanya tersisa 2 orang yang Bernama Liana. Itu adalah kamu, dan Liana di universe ke-4,” jawab Sofi menunjukkan kondisi yang ada di universe ke-4. Mata Liana terbuka lebar, kakinya bergetar. Melihat semua yang ditunjukkan Sofi kini hanya tersisa puing-puing saja. Semua terlihat hancur, tidak ada bangunan yang berdiri tegak di universe itu. “Apa yang terjadi?” tanya Liana sekali lagi.“Liana di universe itu merasa gagal
Read more
MULTIVERSE
“Apa katamu?” tanya Sofi begitu mendengar ucapan lirih Liana.“Aku harus menemukannya, dan membawa kak Panji beserta Aji kembali,” jawab Liana kemudian beranjak pergi, namun Sofi menghentikannya.“Tidak, kamu tidak boleh. Ikut kakak,” perintah Sofi sembari menarik tangan Liana dan masuk ke dalam ruangan cermin. Sementara itu, di pusat laboratorium kota, semua orang berusaha meningkatkan kewaspadaan mereka. Tidak akan ada yang tahu, bagaimana komplotan miko bisa menembus system keamanan kota apung.Namun, Prof. Rendra yakin bahwa Panji maupun Aji bisa menjaga diri mereka, sampai bala bantuan tiba. “Mengapa aku tidak boleh masuk ke universe ke-4? Aku harus membawa mereka kembali, kak,” tanya Liana begitu memasuki ruangan cermin, dan kini duduk berhadapan dengan Sofi.“Apa kamu pikir mudah, untuk keluar dan masuk ke universe lain?” tanya Sofi dengan tatapan
Read more
DIMANA KITA
Semua mata terbelalak, melihat puing-puing itu berceceran tanpa arah di angkasa. Untuk menghindari benturan akibat puing-puing tersebut, Sofi mengaktifkan fungsi pengaman pesawatnya. Fungsi aktif… “Kita harus segera mendarat. Akan lebih berbahaya jika benda-benda tanpa tujuan itu menabrak pesawat ini,” ucap Sofi kemudian menarik kemudi pesawat itu.“Sungguh membuatku penasaram,” celetuk Salma, terus memperhatikan keluar pesawat. Lagi-lagi, pesawat itu melesat layaknya pancaran kilat. Mereka tiba di daratan planet tempat seseorang yang Liana cari. Perlahan Liana melepaskan sabuk pengaman dan mengenakan semua alat keamanan yang sudah disiapkan sebelumnya. Begitupun dengan Salma, Ratih, san Sofi. “Huftt… aku merasa bahwa jantungku, tidak baik-baik saja,” keluh Ratih sembari mengelus dadanya dengan raut wajah khawatir.“Kita b
Read more
HAI LIANA
Mereka masih berada di ruangan yang sama, sejak terakhir kali tersadar bahwa ada sesuatu yang menanti. Terperosok masuk ke dalam tanah, bahkan tidak terpikirkan oleh mereka. Sekarang, Liana telah menemui sosok yang dipanggil sebagai “Liana” di universe ini. Mereka saling memandang satu sama lain. Begitu juga dengan Salma dan Ratih, raut wajah terkejut itu membuat siapapun ingin tahu apa arti dari semua yang terjadi hingga detik ini. “Hai, aku Liana,” sapa Liana dari universe ke 4. Liana masih terdiam, tidak berucap apapun dan terus memandang gadis seusianya itu. Kali ini, suasana canggung mulai mengusik semua orang yang ada di ruangan itu, termasuk Sofi. “Canggung sekali, tidak ku sangka akan serumit ini,” gumam Sofi kemudian mendekati kedua Liana itu. Kali ini, Liana mulai maju satu langkah ke depan, untuk memastikan apa yang ia lihat bukan ha
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status