Semua Bab Dalam Genggaman Sang Raja: Bab 41 - Bab 50
239 Bab
Bab 41 Salah Dengar
"Syukurlah Yang Mulia telah sadar," kata wanita itu bahagia. Dafandra menoleh ke asal suara. Di depan pintu berdiri seorang gadis pelayan dengan sebuah nampan di tangan. Pria bertubuh kekar di ranjang memalingkan wajah dari gadis pelayan, kemudian melihatnya kembali. Ternyata pandangan matanya tidak salah. Wanita itu memang gadis pelayan. 'Sialan! Aku kira dia!' umpat Dafandra di dalam hati. Gadis pelayan itu memberikan hormat kepada Dafandra, juga kepada Kiron dan Kirila. Kemudian dia berjalan mendekati Kirila. Pria itu memerintah gadis pelayan untuk meletakkan nampan pada meja di dekat ranjang. Di atas nampan terdapat semangkuk obat dan juga perban. Begitu mencium aroma obat itu Dafandra segera memalingkan muka. 'Astaga, aroma obat ini membuatku ingin muntah!' umpat Dafandra dalam hati. Sebelum gadis pelayan itu pergi Kirila berkata, "Jika Putri Alisya telah terbangun dari tidurnya, kabarkan kepada Putri, Yang Mulia Dafandra telah sadar. Juga, cepat bawakan makanan untuk Yang
Baca selengkapnya
Bab 42 Dorongan Dan Pelukan
Bukan itu. Dafandra tidak meminta Alisya untuk melepaskan pakaiannya. Akan tetapi, dia merasa tidak nyaman dengan kalimat perintah. Sebagai seorang pangeran, Dafandra selalu bertindak dominan di hadapan Alisya. Seumur hidupnya tidak ada yang pernah memberikan kalimat perintah kepadanya selain raja dan ratu. "Astaga, beraninya kamu memberikan kalimat perintah kepadaku!" umpat Dafandra. Perlahan Dafandra melepaskan kancing baju sambil menahan rasa perih di bagian luka. Alisya yang menyaksikan kejadian itu sedikit iba. Sebenarnya dia ingin membantu. Tapi melihat Dafandra bisa melakukan sendiri tanpa bantuan, Alisya mengurungkan niatnya. Setelah melepas baju Dafandra melempar asal-asalan pakaian di salah satu sisi ranjang. Tampak tubuh bagian atas sang pangeran yang dibalut perban. Untuk pertama kalinya Alisya melihat tubuh Dafandra dengan jelas tanpa ada rasa khawatir "Aku sudah selesai!" Sesaat kemudian Alisya melepaskan ikatan perban dan membukanya perlahan. Wanita itu memang sa
Baca selengkapnya
Bab 43 Menindas Dafandra
Pangeran bermabut pirang menatap Alisya dengan tatapan tidak suka. Selagi dalam kondisi sadar, dia tidak akan sudi untuk menelan ramuan dengan rasa pait dan aroma menjijikkan. "Apa kamu lupa masih punya hutang kepadaku? Kapan kamu akan membayarnya?" ucap Dafandra mengalihkan perhatian Alisya. Akan tetapi, Alisya tidak terkecoh dengan mudah. Tindakan Dafandra justru menguatkan dugaan sang putri benar. Pandangan Alisya begitu bersemangat ketika menemukan kelemahan Dafandra. Ternyata pria arogan itu punya kelemahan yang sangat sederhana. Alisya tidak sabar ingin menggunakan hal itu untuk menindas pangeran kedua Kosmimazh. Mungkin ini saat yang tepat bagi Alisya untuk membalaskan kekesalannya. "Silahkan Yang Mulia." Alisya menyodorkan mangkuk berisi obat untuk Dafandra. Dafandra bergeming. Perutnya terasa mual karena aroma obat itu. Sementara Alisya semakin mendekatkan mangkok itu ke mulut Dafandra. "Aku tidak mau meminumnya," kata Dafandra seraya membuang muka. "Kalau kamu tidak
Baca selengkapnya
Bab 44 Cemburu Atau Waspada
Tiga hari berlalu, Alisya sama sekali tidak bertemu dengan Dafandra. Meski sebenarnya dia khawatir, tetapi amarah menghalangi sang putri untuk bertemu dengan pangeran kedua. Untuk sesaat Alisya menikmati kesendirian. Bukankah kebebasan yang dia harapkan sebelumnya? Pagi itu udara sangat sejuk. Alisya memutuskan untuk berkuda sesaat di sekitar kastil. Sepulang dari berkuda tanpa sengaja Alisya bertemu dengan Kiron. Sang putri menyempatkan diri untuk menyapa kepala pelayan. Kiron yang terkejut melihat kehadiran Alisya buru-buru memberi hormat. Tiga hari tuanya tidak saling bertemu begitu meresahkan hati Kiron. Akan tetapi, Kiron tidak berkomentar apa pun, karena bukan haknya untuk turut campur urusan rumah tangga sang tuan. "Bagaimana keadaan Pangeran Dafandra?" tanya Alisya tanpa basa-basi. "Yang mulia baik-baik saja," jawab Kiron dengan senyum ramah. "Apakah yang mulia mau minum obatnya?" "Tidak, Putri. Sebenarnya hamba sangat khawatir akan hal ini. Akan tetapi, luka pangera
Baca selengkapnya
Bab 45 Menjadi Penawar untuk Sebuah Tawaran
Setelah sampai di depan pintu kamar Dafandra, Alisya dicegat oleh dua orang pengawal. "Apa-apaan ini?" Alisya tampak kesal. "Yang Mulia Dafandra sedang tidak ingin diganggu," jawab salah seorang penjaga pintu. Alisya mengabaikan kedua pengawal dan menerobos pintu kamar. Di dalam kamar Dafandra tengah duduk bersandar di sofa sambil menikmati teh hangat dan beberapa cemilan. Pangeran itu terlihat tidak terkejut dengan kedatangan Alisya. Dia masih menikmati teh tanpa mengubah ekspresi. Alisya ragu untuk berjalan mendekat. Dia teringat akan kejadian terakhir kali yang meninpanya saat bersama pria itu. Akan tetapi, dia sudah terlanjur masuk ke dalam ruangan dan terlihat oleh Dafandra. Tidak mungkin aku dia kembali secara tiba-tiba. Akhirnya Alisya berjalan mendekat dan memberi hormat. Sementara Dafandra masih menikmati teh tanpa memperdulikan kehadiran putri berambut merah. "Yang Mulia." Alisya berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. Dia bingung harus memulai dari ma
Baca selengkapnya
Bab 46 Kembalinya Pasukan Elit Pangeran Kedua
"Bagaimana? Apa kamu menerima tawaranku?" tanya Dafandra tidak sabar menunggu jawaban Alisya. Perasaan tidak nyaman kembali berkecamuk di dada Alisya seolah ledakan bola api yang menghantam dinding perbatasan suatu negeri. "Tidak!" Alisya bangkit dari tempat duduk hendak meninggalkan ruangan Dafandra. "Sudah sejauh ini usahamu mendekatiku. Aku akan sungguh-sungguh mempertimbangkan Kirila untuk kembali. Kamu bisa memegang janjiku." "Jika hanya itu persyaratannya aku batalkan permohonanku." Alisya berucap tegas. "Astaga, kenapa mudah sekali menyerah? Itu tidak seperti Alisya yang kukenal," ejek Dafandra. "Apa kamu tidak ingat, bagaimana kamu memegang tanganku saat memohon untuk pergi ke lokasi kebakaran?" Ingatan Alisya terbang sesaat menuju kejadian itu. Ah benar saja, Alisya tampak malu mengingat kejadian itu. Bisa-bisanya dia memegang tangan Dafandra terlebih dahulu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar pintu. Alisya dan Dafandra menoleh bersamaan ke asal suara. "Yang Mul
Baca selengkapnya
Bab 47 Menjadi Penawar Untuk Terakhir Kali
Setelah beberapa saat memandang Alisya, Dafandra memberi isyarat kepada kedua pengawal elitnya untuk pergi. Kini hanya tinggal Alisya dan Dafandra yang berada di dalam ruangan itu. "Duduklah kembali!" Dafandra menepuk sebelah tempat duduknya yang kosong, memberikan isyarat pada Alisya untuk kembali pada posisi semula. Meski ragu, Alisya tetap menuruti perintah sang pangeran. Sesaat kebisuan menjadikan ruangan lebih dingin berkali-kali lipat. "Apa kamu punya ide?" tanya Dafandra lagi. "Aku tidak punya ide, tetapi kedua pengawal elit itu menjalani hukuman yang berat karena kesalahanku. Oleh karena itu, aku bersedia dihukum bersama mereka," kata Alisya penuh penyesalan, meski sebenarnya dia takut. "Kamu yakin ingin mendapatkan hukuman cambuk?" Sebuah seringai mengejek terlukis di bibir Dafandra. "Menurutmu apa yang akan Raja Nandri lakukan jika putrinya dicambuk di saat berbulan madu?" tanya Dafandra tidak percaya. Pandangan Alisya jatuh ke lantai. Dia tidak tahu pasti perasaan sa
Baca selengkapnya
Bab 48 Soal cinta
Seperti malam-malam sebelumnya, Dafandra menikmati makan malam tanpa Alisya. Hanya ada Kiron yang selalu siap sedia di sisi pangeran. Tidak ada suara apapun di kamar itu, bahkan suara garpu dan sendok Dafandra nyaris tidak terdengar. Tiba-tiba sang pangeran meletakan alat makan, "Apa Arys dan Kalfani telah menjalankan hukuman mereka?" "Benar, Pangeran," jawab kiron sopan. Setelah mendapatkan jawaban memuaskan dari Kiron, Dafandra kembali melanjutkan makan malam dan menambahkan beberapa potong daging dan sayur ke piring. "Kiron, aku perintahkan kepadamu untuk merekrut dokter baru untuk merawat mereka berdua." "Bagaimana dengan Yang Mulia?" Kepala pelayan itu malah balik bertanya kepada Dafandra. Pasalnya pangeran itu justru tidak memiliki dokter pribadi saat ini. "Aku?" Dafandra diam sesaat. "Alisya yang akan merawatku," jawab Dafandra sambil memasukkan potongan daging ke dalam mulut. Meskipun sebenarnya kiron merasa hubungan tuannya sangat tidak wajar, lagi-lagi dia tidak beran
Baca selengkapnya
Bab 49 Perpustakaan Kastil Nikyzh
Pagi itu Alisya telah selesai berdandan di depan cermin. Sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu berwarna biru menghiasi rambut sang putri dipadukan dengan sepasang anting-anting berbentuk sekumpulan kuncup bunga. Setelah puas berdandan Alisya keluar kamar. Di depan pintu Seorang gadis pelayan telah menunggu. Pelayan itu memberi hormat dan meminta Alisya untuk mengikutinya. Tidak lama Alisya dan pelayan berjalan dipertemukan dengan Dafandra dan Kiron. Alisya dan pelayan itu memberikan hormat pada pangeran kedua Kosmimazh. "Mari Putri." Kiron sedikit membungkukkan badan mempersilahkan Alisya untuk mengikutinya. Selanjutnya Kiron memimpin rombongan melewati tangga kastil dengan ornamen floral di pegangan tangga dan tembok dengan batuan berwarna putih. Setelah mencapai puncak kastil, langkah kaki Kiron berhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari besi dengan ukiran kepala rusa jantan. Pintu itu nampak kokoh dan misterius. Di kedua sisi pintu terdapat tempat lilin yang masin
Baca selengkapnya
Bab 50 Terlelap
Tidak lama setelah kepergian Dafandra, beberapa gadis pelayan datang membawa peralatan tidur Alisya, beberapa pakaian ganti, dan makanan untuk sarapan pagi. Tanpa diberikan perintah para pelayan itu menata semua keperluan putri dari Crysozh dengan baik. Bagi Alisya dipenjara di perpustakaan antik milik mendiang raja Faran bukanlah hal yang buruk. Meski Alisya hanya tidur beralaskan kasur tipis, tetapi ruangan itu cukup hangat. Setelah para pelayan pergi Alisya menyantap makanan di atas meja. Dia harus bergegas karena ada tumpukan buku yang menanti untuk dibaca. Tidak butuh waktu lama bagi putri berambut merah untuk menghabiskan sarapan. Sejak kecil Alisya telah terbiasa menjalani hukuman kurungan. Kesendirian bukanlah hal asing dan menakutkan, melainkan telah menjadi teman karib sejak dahulu. Buku pertama yang Alisya ambil adalah buku tentang silsilah pendiri kerajaan Kosmimazh. Pendiri Kerajaan ini adalah kakek buyut dari kakek Dafandra. Jika diurutkan Dafandra adalah generas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
24
DMCA.com Protection Status