Danuwiratmadja Rudolph terbaring di ranjang hitam berlapis satin.Di balik tubuh renta dan kulit keriput, masih tampak bayangan pria yang dulu menaklukkan benua dengan tangan besi.Aroma obat-obatan bercampur dengan parfum mahal menandai kenyataan pahit: sang raja sedang sekarat.Meski begitu, matanya tidak kehilangan cahaya kekuasaan. Ia tidak mau mati… sebelum memastikan perang terakhirnya selesai.Arman berdiri di sisi tempat tidur. “Dokter bilang kondisinya stabil malam ini, Tuan Muda.”Grazian tidak menjawab. Ia hanya memandang kakeknya, tidak dengan iba — tetapi dengan luka yang tidak pernah sembuh.“Akhirnya kau datang,” suara Rudolph serak, namun tetap mengandung perintah, bukan permohonan.“Aku datang karena ingin selesai,” jawab Grazian datar.“Bagus.” Rudolph tersenyum tipis. “Karena aku juga ingin selesai.”Ia menepuk ranjang, memberi isyarat agar cucunya duduk. Grazian tidak bergerak.“Baik,” Rudolph menghela napas ringan. “Kalau kau mau berdiri, berdirilah. Tapi dengarka
Last Updated : 2025-11-16 Read more