Semua Bab A Wandering Star: Bab 81 - Bab 90
95 Bab
Part 80: Petaka Karena Cinta
"Pria bodoh!" seru Rine.Mendengar itu, Fedrix langsung dipenuhi amarah, bahkan ia dalam sekejap, menikam Rine tepat di jantung, dengan belatinya. Masih sambil menikam jantung Rine dengan pedangnya, Fedrix berkata, "Jika anak itu memang ada suatu hari nanti, akan kupasangkan dia dengan anakku, tentu, dan bisa saja, anak itu akan menjadi kekuatan bagiku, dan menjadikan rakyatku penguasa Dunia Musik, bodoh! Anak dari suku Simfoni itu akan kubuat patuh kepadaku!" Rine hanya tersenyum, namun, darah semakin banyak keluar dari mulutnya. Ia lalu menghembuskan nafas terakhirnya, dan menjadi debu di udara. Beberapa prajurit dan pelayan di luar bangunan sementara, yang mendengar teriakan terakhir Rine sebelum ia meninggal. Mereka lalu berjalan bolak-balik, mengerjakan tugasnya masing-masing, sambil bergosip akan hal itu. Gosip itu akhirnya sampai ke telinga X yang dari tadi memperhatikan dari jauh, tanpa tahu bahwa Rine sudah tiada. Dari balik pohon besar tempat persembunyiannya, ia lalu meli
Baca selengkapnya
Part 81: Rencana Jahat Lainnya
Di istana suku Harmoni sendiri, Kenta dan Higiri terlihat sangat mesra berdua di dalam kamar. Terkadang mereka bercanda, terkadang juga bercerita masa kecil. Sebuah ketukan di pintu kamar mereka, membuat Higiri terkejut dan berteriak, "Siapa?!" tanyanya. "Kepala Suku Simfoni, X, ingin bertemu anda, Yang Mulia Raja," jawab Ardee di depan pintu. Mendengar itu, Higiri bergegas hendak menemui X, namun Kenta menarik lengannya, "Haruskah aku ikut?" tanya Kenta. Higiri menggelengkan kepala, dan menjawab, "Jika X membutuhkan kita, dia akan memanggil kita, namun kali ini dia memanggilku, sepertinya ada sesuatu." Kenta mengangguk mengerti. Higiri lalu keluar kamar, dan berjalan menelusuri lorong, hendak menemui X di ruangan kerja istana suku Harmoni. X sedang berdiri menunggunya, dengan serius. Higiri lalu membuka pintu, dan melihat X sedang menunggu, lalu berucap "Duduk saja." Mereka lalu duduk berseberangan, satu meja. X menatap Higiri dengan tatapan serius, dan mulai berbicara, "Aku s
Baca selengkapnya
Part 82: Perang yang Akan Dimulai
Beberapa minggu berlalu. Pagi ini langit di wilayah suku Harmoni terasa segar. Higiri pergi lebih pagi, menuju ruang kerjanya, karena ada beberapa dokumen yang lupa ia kerjakan semalam. Kenta sendiri baru bangun karena perutnya terasa sangat mual. Ia sampai bolak-balik kamar mandi, mual sekali sampai ia tidak ingin sarapan. Ia menyadari sesuatu saat ia melihat dirinya di pantulan cermin kamar mandi, "Aku hamil sepertinya," ucapnya dalam pikirannya sendiri. Sekarang hatinya bergejolak, ia duduk di ranjang dan mulai berpikir, "Aku merasa perang besar akan dimulai, dan aku tampaknya sedang hamil, apakah aku harus memberitahu Higiri? Aduh, apa yang harus kulakukan? Mereka tidak akan mengizinkanku berperang kalau begini caranya, sementara kedamaian di Dunia Musik juga tidak akan terwujud jika perang terus menerus. Aku harus mengambil keputusan untuk secepatnya mengakhiri ini semua sebelum Higiri dan paman semua menjadi korban!" Lalu, ia bergegas pergi ke suku Simfoni, tanpa memberitahu H
Baca selengkapnya
Part 83: Bahaya Depan Mata
Pagi itu sepertinya sangat mencekam. X sudah berada di rumah Kenta. Kali ini, X, Higiri dan Kenta, duduk bersama di meja makan, namun tanpa makanan sama sekali. Mereka seperti hendak berdiskusi. X lalu memulai pembicaraan, "Kaito sedang bergerak cepat, kemarin Nozomi dan Ahr, hari ini Son dan Westo." Kenta menatap X, dan bertanya, "Kali ini apakah Kaito langsung yang bergerak?"X menggeleng, lalu menatap Higiri, dan menyodorkan secarik foto. "Kenta memperhatikan beberapa pelayanmu sejak kejadian yang menimpa rakyatmu waktu itu. Foto ini, dia adalah salah satu pelayanmu, Daichi. Sejak hari di mana suku Bass membuat keributan di istana suku Harmoni, dan Kenta membuat Fortress Protect untuk suku Harmoni, hanya dia yang menghilang dan tidak kembali. Apa kau kenal?" tanya X. Higiri menatap foto itu, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak pernah melihatnya sama sekali, seharusnya jika ia memang salah satu pelayan di istanaku, aku pasti memperhatikan dan tahu siapapun mereka
Baca selengkapnya
Part 84: Pengorbanan
Kenta mengangguk. Mereka langsung membuka portal menuju ke Dunia Musik. Dengan cepat, mereka lalu langsung berlari menuju ke wilayah suku Bass. Sesampainya di hutan milik suku gelap itu, mereka menemukan kejanggalan. Tidak ada prajurit sama sekali, bahkan, mereka bisa langsung masuk begitu saja. Higiri semakin curiga. Mereka lalu tiba di depan istana suku Bass, lalu seorang pelayan menyambut mereka, dan membawa mereka ke halaman belakang istana. Higiri terus menggandeng tangan Kenta dengan erat. Mereka tiba di halaman belakang istana dan langsung terkejut ketika melihat dua buah sangkar hitam besar yang posisinya bersebelahan, lalu menunjuk ke arah kedua sangkar besar tersebut sambil berteriak, "Paman semua! Sialan! Kaito!" Kaito lalu muncul di hadapan mereka berdua, tersenyum, dan berkata, "Selamat datang lagi! Kali ini kalian berkumpul di sini, aku sangat terhormat! Lihatlah kekacauan yang sudah kalian buat di sini! Kalian akan menanggungnya hari ini juga!!" Kaito lalu bersiul. Hi
Baca selengkapnya
Part 85: Perang yang Sudah Dimulai
Luka Higiri terlalu banyak, dan racunnya hampir sampai ke organ-organ dalamnya. Kenta sendiri terlalu banyak memakai energinya sendiri hanya untuk menyembuhkan Higiri. Ia bahkan tidak melanjutkan kata-katanya lagi, namun hanya hanya meneteskan air mata. Higiri sendiri tidak bisa membalas perkataan terakhir Kenta, dan sama sekali tidak tahu jika Kenta menggunakan energi sebanyak itu, dan ketika Higiri sudah pulih, Daichi langsung mengikatnya, dan mengurung serta menguncinya di sangkar kecil yang ditempati Kenta sebelumnya. Setelah melakukan tugasnya, Kenta lalu berdiri, dan menghadap Kaito. Kali ini, Kenta dan Kaito saling berhadapan. Kaito tersenyum dan berkata, "Higiri sudah kalah, kau harus menceraikannya dan menjadi istriku langsung, mengapa repot-repot bertarung denganku? Atau kau ingin menjadi tangan kananku saja, dengan meniup harmonika hitam? Haha!" Kenta bertanya, "Kau takut akan kekuatanku atau kau takut kalah?" Keringat dingin Kaito keluar mendengarnya, namun, Kaito tetap
Baca selengkapnya
Part 86: Akhir Sebuah Perang
Kaito tersenyum, menurutnya Kenta sudah setuju, dan Kaito mulai berkata, "Baguslah kau sadar, Kenta!! Akhirnya, akhirnya!! Kau akan menjadi milikku selamanya dan kita akan menjadi penguasa nomor satu di Dunia Musik! Katakanlah padaku, bahwa kau berjanji akan setia bersamaku dan suku Bass, sekarang juga!" Kenta hanya bisa menangis sedikit walaupun ia tersenyum kepada Kaito. Kaito lalu memeluk Kenta, dengan perasaan bahagia dan senang. Kenta dengan ragu, meneteskan air mata lagi, lalu menoleh ke arah Higiri dan tersenyum kepada suaminya itu, sambil membalas pelukan Kaito, lalu memejamkan matanya. Higiri melihatnya, hatinya sakit teramat sangat hancur, dan berteriak, "Kenta!!! Tidak!!!! Katakan kau mencintaiku, kau mencintai kami semua!!! Kentaaaaaaaa!!!" teriaknya. Tiba-tiba saja, seberkas sinar mulai muncul, dari Musical Sce milik Kenta. Sinar tersebut mulai membesar, dan semakin lama semakin besar. Melihat sinar berwarna putih gading yang tiba-tiba muncul dari Musical Scale milik Ke
Baca selengkapnya
Part 87: Penyesalan yang Terlambat
Ada sebuah surat yang tidak terlipat, bertuliskan, "Higiri! Aku hamil! Selamat!! Kau akan menjadi seorang ayah! Aku sangat mencintaimu! Hey, lihat! Aku sudah mual sejak beberapa hari ini, dan aku rasa kita akan memiliki seorang bayi mungil yang akan mewarnai hidupmu di istana ini!"Higiri mulai menangis setelah membacanya, gemetar di tangannya menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak percaya apa yang ditulis Kenta. Ia melihat lagi kotak kecil tersebut, dan menemukan benda lain dalam kotak tersebut, satu strip obat yang bahkan Higiri tidak tahu obat apa itu. Ia lalu memasukan obat itu ke dalam saku celananya, lalu menutup kotak kecil berwarna coklat tersebut. Ia lalu meletakkan kembali kotak berwarna coklat tersebut di pojok lemari pakaiannya, lalu menutup lemari tersebut. Higiri lalu keluar dari kamarnya dengan wajah serius, lalu berlari ke arah ruang medis istana. Sesampainya di sana, Higiri mengeluarkan obat tersebut dari saku celananya, dan memperlihatkan kepada mereka, obat mencurig
Baca selengkapnya
Part 88: Buah Dari Cinta
X tahu Higiri marah besar, namun ia justru membalas Higiri dengan penuh amarah juga.X lalu berdiri dan berseru, “Aku mengijinkannya? Menurutmu begitu? Mengapa Kenta hanya memberitahuku kehamilan dan rencananya? Mengapa bukan dirimu? Higiri, ia memang mencintaimu, namun ia takut kau tidak mempercayainya!!! Aku mengijinkannya berperang, karena aku tahu dan percaya ia mampu!! Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi, seperti kesalahanku kepada Rine! Aku mempercayai Kenta kali ini!! Kau lihat, ia berhasil! Ia berhasil, Higiri! Ia berhasil mengubah total Dunia Musik, ramalan itu tidak terjadi! Kau lihat betapa seluruh penduduk di Dunia Musik sekarang sedang bersenang-senang dan berpesta karena perang sudah tidak ada lagi? Bahkan kau harus melihat langsung wilayah suku Bass dengan matamu sendiri! Itulah yang dikorbankan Kenta! Kau tidak akan pernah mengerti, Kenta sadar bahwa tugasnya lebih berat daripada harus menemanimu di atas ranjang atau singgasana istana suku Harmoni! Kau sendiri sehar
Baca selengkapnya
Part 89: Rencana yang Tidak Diinginkan
Anak perempuan itu tiba-tiba menunjuk ke arah Higiri, lalu berteriak, "Ah!! Ibu, siapa paman itu?" tanyanya lalu menoleh ke arah dua kakak laki-lakinya, dan terlihat bingung. Kenta tersenyum menatap anak perempuannya itu, lalu berjalan menghampirinya, berlutut dan bertanya, "Ah, iya, Aoi, apa kau ingat ketika kau bertanya di mana ayahmu?" Kenta ternyata berhasil mempertahankan kehamilannya dan melahirkan tiga orang anak kembar, dan satu-satunya anak perempuan, bernama Aoi. Kedua anak laki-lakinya masing-masing bernama Kenzo dan Hikaru. Aoi menatap ibunya dan membalas, "Hmm, iya! Namun, ibu selalu mengatakan ayah sedang sibuk dan akan kembali, nanti." Aoi lalu bersedih. Kenta lalu menoleh ke arah Higiri, dan menunjuknya, sambil berkata kepada ketiga anaknya, "Ah, ayahmu sudah kembali. Aoi, Kenzo, Hikaru, pria yang di sana itu, adalah ayah kalian!" "Ayah? Benarkah itu ayah?" tanya salah satu anak laki-laki yang bernama Kenzo. Kenta mengangguk sambil tersenyum. “Ayah sudah kembali d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status