Semua Bab SEPERTI MENDUNG : Bab 21 - Bab 30
38 Bab
Bag-21
SETELAH LAMA, TIDAK MELIHAT MANTAN KAKAK IPAR. Akhirnya, bulat mata yang dimiliki oleh Ani tidak sengaja melihat Diki berjalan di depan halaman rumahnya. Wanita itu melihat dari jendela yang gordennya dibuka. Jahat, katanya, lalu dia menutupkan kembali gorden yang tadi dibuka. Ani pun tidak habis pikir dengan mantan kakak iparnya itu, jauh-jauh merantau hanya untuk membawa wanita lain ke kampungnya. Malahan, lelaki itu yang mengakibatkan kakaknya seperti mendung. Dan masih untung, kakaknya sudah masuk ke dalam rumah. Jadi, Ani sangat bersyukur karena tak ingin melihat kakaknya bisa memandang lelaki yang menurutnya sudah bejat itu.  Selama tiga puluh menit, Ani menyapu dan mengepel rumah. Entah, dia sendiri merasa aneh dengan waktu yang menurutnya lama banget untuk hal seperti itu. Bahkan, lelaki yang dari tadi duduk di kursi beranda sampai pantanya terasa panas menempel terus dengan kursi.  "Maaf, ya. Kamu, harus menunggu lama!" An
Baca selengkapnya
Bag-22
TIBA-TIBA SAJA, ADA SEORANG LELAKI YANG MENANYAKAN ANI. Kakek Samad yang menerima pertanyaan itu malah diam memandang wajah lelaki itu. Mengingat-ingat. Menebak-nebak. Sampai-sampai, Kakek Samad menggaruk-garuk kepala untuk bisa mengingatnya. Namun, ingatan tentang lelaki itu tak kunjung tiba. Entahlah.  Kakek Samad menyuruh lelaki berbadan tegap itu untuk menunggu di beranda. Seorang lelaki itu mengeluarkan ponselnya yang berada di saku celana. Tangan kanannya langsung menjelajahi layar ponsel yang dia pegang. Entahlah, dia itu mau main apa. Namun, ada yang berbeda ketika dia tersenyum-senyum sendirian sambil memandang layar ponsel, seolah-olah lelaki itu sedang gila.  Di dalam rumah, Kakek Samad mengetuk-ngetuk kayu jati yang menjadi penutup lawang kamar Ani. Wanita yang ada di dalam kamar itu sedang mengaji, alunan bacaan Al-Qur'an pun terdengar oleh Kakek Samad. Bagus, kata hati Kakek Samad. Lelaki tua itu pun tidak mengetuk la
Baca selengkapnya
Bag-23
BOS ALEK MEMIKIRKAN WANITA PEMBAWA BAKI. Dia menyandarkan punggung ke kursi sambil pikirannya melayang kepada kejadian tadi di rumah Ani. Hatinya mendadak ada rasa yang mau timbul ke permukaan dan itu terasa sangat cepat. Entahlah, apa ini cinta pada pandangan pertama? Pikiran lelaki yang berhidung mancung itu bertanya-tanya.  Sudah matang sekali Bos Alek untuk mencari pendamping yang mau bersamanya sampai akhir hayat. Dia tidak mengerti dengan hidupnya yang mana harta sudah banyak, tetapi wanita baik belum datang juga untuknya. Di ruangan tengah rumahnya, dia merasa iri kepada cecak yang sedang berduaan saling memandang. Bahkan, saling berbagi makanan, romantis. Beda sekali dengannya yang sedang sendirian sambil menggaruk-garuk kepala mengingat wanita cantik pembawa baki itu.  Suara tokek yang nyaring menerobos masuk telinga lelaki berhidung mancung itu pun membuatnya sangat kesal. Wajahnya memerah, dia merasakan sudah diganggu ol
Baca selengkapnya
Bag-24
SEWAKTU PAGI DATANG, Ani memberitahukan kepada kakaknya tentang sebuah pesan dari Bos Alek. Nur tersenyum-senyum mendengarkan ceritanya. Dia tidak menyangka bahwa lelaki berhidung mancung itu benar-benar memperhatikannya. Ani juga tersenyum ketika sesudah menceritakan semua pesan itu kepada kakaknya. Kemudian, dia melemparkan candaan kepada kakaknya untuk bisa membuka hati lagi untuk orang lain.  Nur tidak ingin penasaran dengan cerita yang dilemparkan kepadanya. Dia biasa saja. Tidak terlalu mengharapkan cinta akan datang secepat kilat. Hati wanita itu sangat hati-hati untuk memilih lelaki yang layak dicintai lagi. Namun, Ani yang sudah berpakaian seragam kerja pun masih belum berhenti melemparkan candaan kepada kakaknya. Kedua tangan kakaknya pun menutup muka, malu.  Tidak bisa dipungkiri cinta akan datang di mana saja, kapan saja, semua itu bisa muncul seketika. Bahkan, hati sedang galau pun akan ada cinta yang datang untuk bisa
Baca selengkapnya
Bag-25
BERBAGAI MACAM CARA SUDAH DILAKUKAN, tetapi Riki belum mendapatkan jawaban cinta dari Ani. Lelaki itu menjadi gundah gulana menunggu jawaban apa yang akan diterima. Saban harinya, berharap dan berharap akan mendapatkan suatu jawaban yang indah. Namun, malah sebaliknya. Jawaban tak kunjung datang kepada dirinya.  Konter tempat bekerja Ani pun ramai oleh para pembeli. Lelaki itu berdiri di luar sambil bulat matanya memandang Ani yang sedang bekerja. Dia hanya bisa memandang tak bisa untuk masuk. Pembeli-pembeli itu tampak sekali memilih-milih ponsel. Ada juga seorang lelaki yang memperhatikan Ani terus, mungkin itu teman kerjanya atau owner konter tersebut.  Semut yang menempel di tangan Riki pun merasakan keanehan. Kenapa tak masuk ke dalam, kata semut. Lelaki itu masih berdiri di luar konter. Semut merasakan kekesalannya kepada pemilik tubuh yang dia singgahi ini. Lelaki ini pengecut, kata semut lagi. Riki memutuskan berjalan untuk
Baca selengkapnya
Bag-26
NUR MELIHAT DIKI MEMBONCENG ISTRI BARUNYA. Dia menatap lelaki itu dengan serius di beranda rumahnya. Tak bisa dihiraukan lagi, setiap orang yang mau bepergian selalu lewat depan rumahnya. Oleh karena itu, dia tak sengaja bisa menatap kembali dengan mata telanjang lelaki yang telah menghancurkan hatinya. Hatinya pun masih merasakan sakit yang masih terpendam. Namun, dia sendiri tak bisa untuk terus mengharapkan lelaki yang tak mempunyai rasa tanggungjawab (pengkhianat) kepada dirinya.  Diki pun tak terlihat melirik sedetik pun ke rumah yang ditempati Nur. Entahlah, apa yang ada di dalam pikirannya? Sampai lelaki itu tak melirik sedetik pun. Apa dia malu? Ataukah sudah tak ingat lagi kepada wanita yang pernah ada di hatinya? Nur pun mengelus dada lalu mengucapkan kalimat istighfar. Kemudian, wanita itu merasa beruntung masih mempunyai kakek dan nenek. Nur beruntung banget karena sewaktu diserang oleh makluk astral pun hanya keluarga tercintanya saja yang sela
Baca selengkapnya
Bag-27
RIKI TAK TAHU HARUS MELAKUKAN APA LAGI, dia benar-benar pusing dengan masalah hatinya. Setiap hari, hatinya bergejolak akan cinta. Namun, dia juga bingung harus bagaimana lagi cara melakukan agar hatinya itu mempunyai teman. Kata-kata pun tak akan bisa menuliskan persoalan hatinya yang selalu bergejolak. Bahkan, untuk membuat satu puisi cinta pun sudah tak bisa. Dia pun aneh terhadap dirinya sendiri, ada apa? Pertanyaan itu yang selalu ada di pikirannya. Soal dirinya cuek kepada Ani itu pun murni karena dia tak tahu harus melakukan apa. Sekarang ini, lelaki yang berparas ganteng itu jadi murung. Entahlah, kagak ada angin dan kagak ada hujan, sifatnya benar-benar berubah. Apakah ini yang dinamakan hidup? Hidup yang selalu tak bisa ditebak, kadang bahagia ataupun sedih dan itulah seperti mendung. Riki pun berpikir, mungkin Ani merasa kesal kepada sifat yang dia tampilkan tadi di konter. Akan te
Baca selengkapnya
Bag-28
TIBA-TIBA SAJA, wanita muda itu berjalan mendekati temannya yang ditugaskan untuk menjaga bagian penjualan pulsa dan kuota. Dia tanpa ba-bi-bu lagi langsung menanyakan perihal Riki yang baru saja membeli pulsa. Namun, Siska tak memberikan jawaban yang bisa memuaskan Ani sehingga wanita itu perlu untuk menanyakan langsung kepada Riki. Tak perlu berpikir panjang, Ani langsung mengirim pesan kepada Riki. Namun, pesan yang dikirimnya pun tak kunjung dibalas oleh Riki. Ani berpikir ekstra dan hatinya merasa bersalah atas sikap yang selalu dia tampilkan kepada Riki. Dia pun berpikir, mungkin Riki tersinggung dan ingin menyerah untuk mendapatkan hatinya. Sungguh, wanita itu dibuat gelisah oleh sikap Riki kepadanya. Oleh karena itu, dia pun memutuskan untuk menelepon langsung nomor Riki dan menanyakan perihal dia cuek kepadanya. Ani duduk di kursi sambil menelepon Riki dan lelaki itu pun hanya membal
Baca selengkapnya
Bag-29
HARI SEMAKIN SULIT DIJALANI OLEH RIKI, lelaki itu sangat pusing antara lanjut mengejar cinta Ani ataupun harus mundur. Dia berpikir dan sangat malu jika harus mundur dalam perburuan cinta Ani. Masa sekelas lelaki akan kalah oleh hal perburuan cinta. Kalau semua itu terjadi maka harus dibawa ke mana harga diri seorang lelaki, pikirannya pun selalu mengarah ke sana. Namun, dia sendiri merasa lelah dengan sikap yang ditampilkan oleh Ani kepadanya. Bayangkan saja, bagaimana tak lelah hati lelaki tampan itu, saban harinya dia menerima sikap penolakan dan sikap dingin oleh Ani kepadanya. Dia tak mungkin menyalahkan seorang wanita yang telah berhasil menembus hatinya. Namun, lelaki itu belum bisa memiliki wanita yang menembus hatinya itu. Sungguh terlalu, katanya. Dia tak mengerti kenapa perasaan jatuh cinta ini sangat sulit untuk diwujudkan agar bisa nyata. Kenapa harus penuh dengan perjuangan? Bahkan, perjuangan itu tak semudah membalikk
Baca selengkapnya
Bag-30
SIANG HARI, Riki mencoba metata hati kembali dan pergi ke rumah Ani dengan mental yang sudah membaik. Dia tak peduli sudah berapa kali cintanya ditolak oleh Ani. Akan tetapi, dia mempunyai pemikiran bahwa lelaki itu harus kuat dan jangan menyerah untuk berjuang mendapatkan wanita yang dicintainya. Dia tak ingin dicap sebagai lelaki pengecut yang baru ditolak beberapa kali pun sudah mundur. Ingat! Itu baru beberapa kali ditolak dan belum ratusan kali ditolak. Jadi, alangkah buruk sekali jikalau harus mundur dalam perburuan cinta Ani. Sewaktu kemarin-kemarin, memang Riki merasakan ada yang berbeda dari dirinya. Bahkan, lelaki itu pun merasa pusing yang ekstra sehingga dia tak nafsu untuk segala hal. Namun, lelaki muda itu masih untung karena dirinya terbilang cepat untuk bisa kembali bersemangat. Riki mulai merapikan pakaian yang dia pakai. Kemudian, dia berniat untuk pergi ke rumah wanita yang berhasil menembus hatinya; Ani.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status