All Chapters of Excite 17: Chapter 11 - Chapter 20
51 Chapters
(1) Something Between Eliza and Daniel
Gatra memberi salam pada Pak Daniel. Berusaha menetralkan raut keterkejutannya. Walau Gatra berusaha untuk tampak biasa saja, tapi saat melihatku tatapannya berbicara. Melontar beribu pertanyaan yang mungkin muncul di benaknya.    Gatra melanjutkan langkahnya setelah kami hanya bertukar sapa. Begitupun denganku yang lanjut mengekor di belakang Pak Daniel menuju parkiran mobil.    Suasana jadi aneh di sekitar kami. Kami hanya terdiam selama perjalanan bahkan sampai aku tiba di rumah.    "Saya… Akan kembali ke rumah. Tolong sampaikan itu pada Ibumu." ucapnya sebelum aku turun dari mobil.    Aku mengangguk. Merasa senang mendengar keputusannya.   
Read more
(2) Something Between Eliza and Daniel
Entah sudah keberapa kali. Aku terus memperhatikan ponselku di atas meja yang berkedap-kedip. Tidak ada suara nada dering karena aku memang membisukannya. Terlalu berisik.    Hingga akhirnya layar mati. Tapi beberapa detik kemudian menyala lagi. Mungkin ini panggilan masuk yang ke 8. Ya, aku menghitungnya tapi terlalu takut untuk mengangkatnya. Tidak. Aku juga tidak mau mengangkatnya mengingat kejadian tadi siang yang terus berputar di kepalaku.    Bagaimana bisa dia seperti itu? Dengan wanita lain di belakangku? Apa selama ini aku salah menilainya?   Aku kecewa. Sedih. Dan marah.    Tapi aku juga ingin bertanya tentang apa yang terjadi. Aku butuh kejelasan darinya. Walau sebenarnya semua yang ku liha
Read more
The Punishment (3)
Ada Tuan James juga disana. Di samping Pak Daniel. Dengan langkah cepat, Pak Daniel menghampiri kami.    "Apakah ini alasan kamu tidak bisa dihubungi?" Pak Daniel melirik sesaat ke arah Gatra. Tatapan yang sangat tidak ramah.    Apa dia mencurigai Gatra?    "Bukan-" Aku ingin menepis praduganya.    "James," tapi Pak Daniel memotong. Seperti tidak mau mendengar apa yang akan kukatakan. "Urusanku sudah selesai 'kan?" Pak Daniel menoleh ke arah Tuan James.    Tuan James mengangguk.    "Mulai dari sini kuserahkan padamu." lanjutnya lagi.   
Read more
The Truth from Gatra
Ternyata, menyukai orang bisa sesakit ini. Ternyata, rasa dari sebuah kata, yaitu 'perpisahan' bisa sesakit ini. Pikiran tidak enak, hati tidak enak, tidur tidak enak, untuk makan dan mandi saja tidak enak. Kacau sekali.    Sebenarnya malas turun dari tempat tidur, apalagi masih jam 5 pagi, tapi aku perlu ke toilet, membasuh muka dan terkejut melihat pantulan diriku di cermin. Disana, seperti bukan aku.    Mataku sembab akibat terus menangis, ditambah tidak tidur sekali semalaman. Rambutku semrawut. Aku mencoba menyisirnya dengan tangan hingga lumayan lebih rapi.    Aku menatap diriku sekali lagi di cermin. Kemudian memejamkan mata sambil menghembuskan nafas, kali saja pikiranku ikut terbuang dengan nafas itu.   
Read more
Misunderstand
Aku membelalakkan mata. Dia kecelakaan?    "Lalu... gimana keadaannya, Bu?"    "Pak Daniel beruntung cuma patah tulang tangan sama luka-luka ringan. Padahal mobilnya ringsek, Mit." Ibu merebut kembali bungkusan di tanganku dan masuk ke dalam rumah.    Sementara aku masih membeku. 3 hari lalu? Bukankah, itu terakhir kali aku bertemu dengannya. Apa setelah itu, saat dia kembali dari apartemen di hari itu juga Pak Daniel mengalami kecelakaan?    Jangan-jangan panggilan-panggilan itu… Dia sedang mencoba berbicara padaku untuk mengabari keadaannya? Tapi aku bahkan sama sekali tidak mengangkatnya. 
Read more
One Day Holiday (1)
"Saya ingin bicara denganmu."   Glek.    Aku memejamkan mata. Tahu tidak akan bisa menghindar lagi.    Ada perban yang masih melilit di tangan kirinya yang memegang tanganku.    "Samita. Saya tidak pernah menganggapmu sebagai sebuah barang... sekalipun." tekannya.    Itu merupakan perkataanku saat bertengkar dengannya terakhir kali. Apakah dia masih mengingatnya?    Jujur saja waktu itu aku mengucapkannya dengan emosi yang meluap. Aku bahkan tidak berpikir dua kali dan mengatakan langsung apa saja yang ada di pikiranku.   
Read more
One Day Holiday (2)
"Saya ada urusan di sini nanti sore. Jadi kita punya banyak waktu sebelum itu."   Aku manggut-manggut. Ternyata ada urusan juga.    Di Bali, pikiranku pasti memikirkan pantainya. Tempat itu pasti tidak boleh terlewatkan saat berada disini. Namun ternyata, pikiranku salah.    Bersepeda di antara hamparan sawah lebih nikmat daripada berjalan di atas pasir dan air. Suasana yang masih asri benar-benar menenangkan. Sawah irigasi berkontur menjadi pemandangan alam yang menakjubkan. Sejenak aku seperti menjelajah ke zaman nenek moyang, tapi ini sangat menyenangkan.    Tidak terlalu banyak orang juga kendaraan selain sepeda dan kuda yang disediakan oleh pihak pengelola tempat wisata. Mobil hanya terlihat sese
Read more
Let You Go (1)
Sambil berjalan menghampiriku, dia menyeringai. Langkah yang penuh maksud tersembunyi.   "Sa-Mi-Ta." Ia menekankan nada bicaranya saat menyebut namaku. "Tidak ku sangka, bisa menemuimu secara langsung."   "Eliza? apa yang kamu lakukan disini?" Aku sama sekali tidak membalas senyumannya.    "Hanya berkunjung. Ke rumahmu. Hm..." Matanya menyisir penampilanku. Dari atas sampai bawah. "Menengok Ibumu." lanjutnya.    Pikiranku berkecamuk. Kenapa dia menemui Ibu?   Tiba-tiba Eliza tertawa. "Wah, seharusnya tadi kamu melihat raut keterkejutan Ibumu."   
Read more
Let You Go (2)
"Nggak usah." Aku menarik tangan Pak Daniel. Mencegahnya berjalan menuju dapur. "Mita. Cuma sebentar di sini."   Akhirnya dia duduk. Di sampingku. Aku sama sekali tidak berani menatapnya.    "Ada apa? Ceritakan padaku."   Sangat gugup untuk mengatakannya. Di pangkuanku, aku terus memainkan jari-jemariku, berharap hal itu bisa mengurangi sedikit kegugupanku.    "Pak," Aku menghela nafas. "Mita ingin, mulai sekarang, kita tidak usah bertemu lagi."    Dia terdiam.    Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku menunggu. Sampai merasakan dia mengalihkan pandangannya dariku.&n
Read more
After 6 Years
6 tahun kemudian…    ****   "Sial! Aku harus bagaimana?" Kami hanya bisa terdiam, melihat Milen terus mondar-mandir di dalam ruang rapat dengan raut wajah depresi. "Kenapa dia ceroboh sekali?"   Bagaimana tidak, sang sekretaris mengalami kecelakaan mobil menjelang keberangkatan mereka ke Jawa Tengah. Padahal harus mempersiapkan pembukaan cabang resort baru disana.    Kini sebagian besar tanggung jawabnya turut berbaring di ranjang rumah sakit.    Milen adalah bos yang santai tapi cerewet. Dia selalu menganggap para bawahannya adalah sahabat. Dia ceria hingga mudah akrab dengan seseorang. Namun tegas jika menyangkut pekerjaan, apalagi melihat seorang pegaw
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status