Semua Bab Unperfect Story: Bab 21 - Bab 30
37 Bab
Kecelakaan.
Selepas menghabiskan waktu bersama selama beberapa menit, Amara pun berpisah dengan Alyssa. Gadis dua puluh tahun itu kemudian pergi mencari keberadaan sang ibu, dan mendapati ibunya tengah asyik berbincang bersama Bintang. Amara tidak senang melihat hal tersebut, lantas segera melangkahkan kaki mendekat guna menghentikan pembicaraan mereka. "Bunda!" panggilnya. Si empu nama menoleh ke sumber suara."Iya Sayang?""Pulang yuk!" ajaknya.Susi Astuti melihat Bintang melalui sudut matanya, kemudian dengan cepat pemuda itu memberikan respon. "Yuk, aku antar kalian pulang.""Tak perlu repot-repot Nak Bintang," sanggah perempuan tiga puluh tiga tahun itu sambil sedikit tertawa. Sedangkan Bintang yang mengerti kode dari calon ibu mertuanya segera berdiri seraya kembali berkata. "Ayo Amara kita pulang!"  Sembari sedikit membusungkan dada serta kedua tangan yang sibuk merapikan rambut.Amara me
Baca selengkapnya
Rumah Sakit.
Di ruang Unit Gawat Darurat, Amara segera mendapatkan pertolongan pertama, luka lecet pada lengan kirinya segera diobati, tetapi untuk pemulihan rasa sakit di pergelangan kaki kanan membutuhkan waktu sekitar dua sampai empat hari, sebab kaki kanannya terkilir. Ia sebenarnya bisa langsung pulang ke rumah setelah perawatan pada lukanya selesai, akan tetapi, Bunda dan Bintang bersikeras memaksa dirinya untuk menginap setidaknya satu malam. Amara yang tidak ingin membantah keinginan sang ibu hanya mampu menurut.Baru dua jam berada di Rumah Sakit ia sudah bosan, apalagi hanya berbaring tanpa ada kegiatan. Amara melalui sudut matanya melihat sang bunda yang duduk di sebelahnya sambil bermain handphone, gadis itu pun ingin melakukan hal serupa, kemudian segera berganti posisi duduk di atas tempat tidur. "Bunda," lirihnya. Si pemilik nama menoleh ke samping seraya bertanya. "Ada apa? Kamu lapar?"Amara menggeleng lemah sambil menunjukkan
Baca selengkapnya
Sosok Asing.
Rumah Sakit.19.45 WIB.Anindita Putri Amara Febiola merasa jenuh berbaring sendirian di kamar tanpa ditemani sang ibu yang sedang pergi membeli makanan. Iris matanya terus menatap langit-langit kamar disusul menghembuskan napas tatkala membayangkan Owen. Namun, bola matanya beralih ke arah pintu kamar yang terbuka karena melihat seorang pria berjalan masuk. Ia memandang heran orang itu, pasalnya tidak mengenal pria berbadan besar yang memiliki muka garang, juga tidak mungkin jika orang tersebut teman ibunya."Maaf, cari siapa ya?" tanyanya ramah. Namun, pertanyaan darinya hanya mendapat balasan sorot mata tajam. Pria itu tetap bungkam sambil berjalan mendekat.Amara menjadi takut, curiga jika pria tersebut memiliki niat buruk. Dia kemudian meminta pria itu untuk berhenti mendekat, tetapi permintaan darinya tak dihiraukan, pria itu terus mendekat sambil memancarkan tatapan
Baca selengkapnya
Kecewa.
Owen bingung akan penuturan Alyssa yang ingin investasi uang, sebab usahanya hanyalah jual-beli barang-barang online yang menggunakan aplikasi sosial media. Ia pun ingin memastikan kalau temannya sedang tidak bergurau. "Apa kamu yakin?"Alyssa menganggukkan kepala dengan mantap, lalu berkata. "Jadi ... nanti aku akan memberikan uang padamu untuk membeli beberapa barang dan menyewa tempat.""Menyewa tempat?" tanya Owen sambil mengerutkan kening."Iya," balas gadis itu."Untuk apa sampai menyewa tempat?" Ia kian bingung pada pemikiran temannya, tapi sejujurnya tertarik akan penawaran tersebut."Jadi nanti kita bisa sewa tempat untuk melebarkan usaha. Meskipun berbisnis secara online, tetapi harus tetap memiliki kantor," terang Alyssa.Owen kagum dengan pola pikir temannya sekaligus merasa insecure, sebab Alyysa pernah bercerita tentang kuliah di lu
Baca selengkapnya
Owen Alfiansyah Fazhaira.
Anak laki-laki berusia tiga belas tahun duduk manis di teras rumah sambil melihat lalu-lalang kendaraan yang melintas di jalan depan rumahnya. Ia melamun tentang cara menghasilkan uang yang akan dipakai untuk membayar biaya administrasi sekolah. Namun, suara jeritan perempuan dari dalam rumah membuyarkan lamunannya, segera berdiri dan masuk tergesa-gesa ke dalam rumah."Ada apa Ibu?" tanyanya saat sudah ada di dalam rumah, akan tetapi, pertanyaan darinya tidak mendapatkan jawaban karena ibunya sedang menahan sakit atas siksaan dari ayah tiri Owen.Owen marah menyaksikan ibunya sedang dipukuli, lantas mendekat cepat dan menghentikan tindakan kekerasan dalam rumah tangga. "Ayah ... jangan sakiti Ibu!" rengeknya sembari memegang tangan pria itu."Lepaksan!" hardik Banu sambil melotot tajam. Pria yang sedang mabuk itu kemudian mendorong tubuh anaknya hingga terjatuh.Bruukk!
Baca selengkapnya
Owen & Alyssa.
Amara mengembuskan napas panjang tatkala masih tidak dapat menelepon Owen, bahkan chat darinya yang sejak tadi pagi tidak dibaca, padahal temannya itu sedang online. Ia berpikir jika laki-laki tersebut tengah sibuk sehingga tidak dapat membalas pesan dan menerima panggilan, tetapi, juga merasa kalau Owen sengaja menghindar. Lalu, meletakkan handphone dan memilih fokus pada layar televisi yang sedang menampilkan kartun dari Negara Malaysia."Permisi ....""Assalamualaikum ...."Tok.Tok.Tok.Sebuah suara salam serta bunyi ketukan pada pintu rumah mengalihkan fokusnya dari layar televisi. Amara mencoba berdiri dan melangkah ke pintu. Namun, sang bunda lebih dulu keluar kamar dan berjalan melewati dirinya. "Kamu duduk saja, biar Bunda yang buka!" titah Susi Astuti. Setela
Baca selengkapnya
Owen & Amara.
23.40 WIB. Amara berbaring di tempat tidur sambil terus memandangi layar handphone, menunggu serta berharap menerima pesan balasan dari Owen. Namun, dia mulai dilanda gelisah, sebab temannya terus menolak panggilan dan sama tidak membalas pesan. "Aku salah apa ya?" pikir gadis berusia dua puluh tahun. Lalu, menghela napas sembari menatap sedih smartphone, sekali lagi berusaha menghubungi Owen lewat panggilan suara, tapi hasilnya tetap sama.Amara membanting benda pipih itu ke kasur seraya menghela napas panjang saat panggilan telepon darinya kembali ditolak. Ia mendesah sedih sambil menyibak rambut ke belakang, kemudian, tangannya kembali meraih handphone dan mengetik pesan dengan penuh emosi. Selepas itu, menekan layar untuk mengirim pesan ke nomor Owen. Gadis yang memiliki senyum manis itu menguap, mulai didera kantuk karena dirundung rasa bosan, sorot matanya seolah tak berk
Baca selengkapnya
Kabar Buruk.
00.00 WIB. Suasana tenang Rumah Sakit seketika berubah ramai tatkala menerima kedatangan pasien korban kecelakaan lalu lintas. Orang yang pingsan tersebut segera dilarikan ke unit gawat darurat guna mendapatkan pertolongan pertama. Dokter dan suster yang setengah mengantuk ketika jaga malam dengan sigap segera melaksanakan tugasnya. Ia meminta seorang perawat untuk mengambil obat dan memerintah dua perawat lain agar membersihkan luka pasien yang masih berdarah, lalu dengan cepat kedua tangannya membalut perban pada beberapa bagian tubuh pasien."Arrghh ...." Owen mengerang dan membuka mata saat pengobatan sedang berlangsung. Melihat orang-orang yang berpakaian serba putih sedang merawat luka-lukanya. Ia hendak bertanya, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. "Dok," lirihnya dengan sisa kekuatan yang ada pada tubuh.Pria yang memakai kacamata itu memandang sekilas sambil tersenyum kecil. Tangan kanannya
Baca selengkapnya
Rumah Sakit 2.
Owen membuka mata dan melihat Alyysa tertidur di sampingnya dalam posisi duduk,tangan kanannya lalu bergerak menyentuh kepala gadis itu sambil berkata pelan. "Alyssa." Membuat si pemilik nama terkejut sekaligus terbangun, kemudian segera melayangkan pertanyaan dengan nada panik."Owen, bagian mana yang sakit? Aku panggil Dokter sekarang!""Jangan," lirih pemuda itu, "aku baik-baik saja." Ia berbohong, padahal merasakan sakit pada kaki kiri juga tulang rusuk sebelah kanan. Saat memandang paras Alyssa, melihat kedua mata temannya itu bengkak seperti habis menangis. Owen menghela napas panjang, lalu meminta temannya kembali duduk."Alyssa, duduklah."Gadis berwajah cantik itu menurut, kembali duduk tenang sembari menatap sedih. Bibirnya menyimpulkan senyum manis sebelum bertanya tentang kronologis kecelakaan. Sedangkan Owen membuang napas panjang serta memejamkan mata mencoba mengingat kecelakaan yang dialami
Baca selengkapnya
Teman.
"Amara!" panggil Alyssa sembari berjalan menghampiri. Sedangkan si empu nama berhenti melangkah seraya menoleh ke belakang. "Ada apa?" tanyanya.Gadis berambut sebahu itu tersenyum sejenak sambil memandang lekat-lekat wajah temannya. "Bisa kita bicara sebentar?" terang Alyssa. Diikuti gerakan kepala menoleh ke kanan juga kiri, memastikan tidak ada yang menguping pembicaraan.Amara mengerutkan kening sambil menatap bingung, merasa ada hal penting yang ingin dibicarakan temannya. "Ada apa?" sahut perempuan berambut panjang."Bisa kita bicara di tempat lain," imbuh Alyssa. Lalu, mengajak pergi ke tempat yang nyaman untuk mengobrol. Amara setuju dengan ajakan Alyssa, kemudian melangkah bersama menuju kantin rumah sakit.***Walau sedikit merasa bersalah karena membuat dua teman gadisnya marah, tapi pemuda itu merasa nyaman juga damai. Jujur, dia tertekan dengan kehadiran Amara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status