Semua Bab My Hottest Man: Bab 11 - Bab 20
91 Bab
11. Keputusan
Dania berjalan dengan malas ke ruang besuk. Di sana sudah ada Clara dan Viona sahabatnya. Gara-gara ide gila Clara yang menyuruhnya pulang, Dania jadi ditangkap polisi. "Astaga, Dan! Kenapa lo bisa gini, sih?!" pekik Vio melihat seragam orange yang Dania kenakan."Berkat saran temen lo tuh. Sarannya beneran hebat banget," jawab Dania sarkas saat berada di depan mereka. "Lo belum menjalankan saran gue sepenuhnya, Dan," sanggah Clara. "Emang lo nyaranin apa, Cla?" tanya Viona yang memang belum tahu apa-apa. "Gue heran lo habis lakuin kesalahan apa sampai-sampai bisa ditahan gini? Gue beneran syok dengar kabar ini." "Dia dituntut Alvin karena bocorin kepala tuh laki," Clara yang menjawab. "Apa? Gimana bisa?" Vio terkejut.   "Dania nggak mau cipokan sama Alvin. Jadi, dia memukul pria malang itu dengan botol wine sampai kepalanya bocor." Dania berdecak. "Gue mau diperkosa, ya. Kalau sek
Baca selengkapnya
12. Pria Penghibur
Dania turun dari taksi di depan sebuah kelab malam besar ibu kota. Clara dan Viona sudah lebih dulu sampai. Waktu sebulan yang Alvin berikan akan dia manfaatkan sebaik mungkin. Oleh karena itu, setiap kali teman-temannya mengajak hangout, Dania akan segera menyetujuinya. Seperti malam ini. Sudah nyaris pukul sepuluh malam ketika dia memasuki pintu  kelab yang dijaga ketat oleh para bodyguard berbadan besar. Masuk lebih dalam, dia bisa langsung menemukan keberadaan para sahabatnya. Viona melambai padanya, di samping wanita itu ada laki-laki tampan entah siapa. Mungkin gigolo yang dia pesan. Dania meringis. Sementara Clara, wanita itu tampak sedang minum bersama dengan Alian, pacarnya. Dania mendekati table mereka. Bunyi musik berdentam mengusik telinga, belum lagi bau asap rokok bercampur dengan bau parfum yang berseliweran. Kalau boleh Dania bilang, tempat ini sama sekali tidak cocok untuk melepas penat setelah seharian bekerja. Namun, ber
Baca selengkapnya
13. Alex ak.a Martin
Alex sedang asyik bermain games pada laptopnya ketika suara ketukan di pintu terdengar. Tidak lama kemudian, Arnold—manajernya—masuk. Kontan dia berdecak. Karena dia tahu persis tujuan Arnold mendatangi ruangannya. "Seorang wanita muda menawarkan tarif tinggi, Lex," ujar Arnold begitu sampai di hadapan Alex. "Dia hanya butuh waktu satu jam. Untuk pertemuan pertama." "Gue kan udah bilang, kalau gue lagi nggak terima job dulu. Gue lagi bosan." Alex masih fokus pada layar laptopnya. "Hanya main-main sebentar. Billy bilang dia masih virgin." Mendengar kata virgin, Alex langsung mendongak. Kedua alisnya yang tebal tertaut. Dia hampir tidak pernah memiliki klien seorang wanita yang masih virgin. "Wanita virgin menyewa seorang gigolo buat menjebol keperawanannya?" Alex tertawa seraya menggeleng. Omong kosong macam apa ini? "Nggak. Kan gue bilang hanya main-main. Dia cuma ingin lo puasin tanpa bercinta
Baca selengkapnya
14. Perasaan Aneh
"Gue juga nggak kalah terkejut tahu kalau lo itu seorang pria penghibur. Sama sekali nggak gue duga," Dania mengedikkan bahu. Entah kenapa ada sedikit perasaan aneh—mungkin bisa disebut kecewa—mengetahui kenyataan ini. Pria setampan dan nyaris sempurna seperti Martin ternyata seorang gigolo. Sulit membayangkan sudah berapa banyak wanita yang dia layani. Dania jadi mengingat pertemuannya pertama kali dengan pria itu. Ya, seharusnya Dania tidak perlu terkejut mengingat waktu itu dia melihat pemandangan panas antara lelaki dan perempuan di koridor menuju apartemennya. Yang mana lelaki tersebut adalah Martin. Dan lagi-lagi Dania diingatkan pada pertemuan keduanya di Puncak. Saat pria itu menolongnya kabur dari vila Alvin. Bukankah Martin malam itu meninggalkannya sendiri dan bilang akan bertemu dengan klien? Lalu pagi buta dia baru kembali. Dania mengangguk. Sekarang dia tahu siapa klien-klien itu. Wanita kesepian atau juga wanita yang hanya cari ke
Baca selengkapnya
15. Alex Martin Wiriawan
Dania mengumpat beberapa kali ketika merasa terganggu dengan suara berisik ponselnya yang terus saja berbunyi. Ini menyebalkan. Di saat tumpukan pekerjaan menanti, panggilan tak tahu diri itu terus saja masuk. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alvin. Apa pria itu tidak ada pekerjaan selain mengganggunya terus tiap hari? Dua jam lalu padahal dia sudah mengangkat panggilannya. Syukurlah deringan pada ponsel itu akhirnya berhenti. Hanya sesaat sebelum deringan lain terdengar. Kali ini dari pesawat telepon yang ada di mejanya. Dania mengembuskan napas kuat-kuat. Tangan kanannya meraih gagang telepon sementara jari jemari tangan kirinya terus menari di atas keyboard. "Ya, halo, dengan HR Welfare di sini, ada yang bisa saya bantu?" sapa Dania ramah seraya mengapit gagang telepon itu di antara telinga dan bahunya. Sementara tangan kanannya sekarang berpindah ke atas keyboard lagi.  "Sibuk banget ya, sampai nggak bisa angkat panggilanku?" J
Baca selengkapnya
16. Dorongan Magis
Dania tertegun di tempat saat tahu dirinya ada di mana. Dia benar-benar seperti orang bodoh sekarang. Berdiam diri di depan pintu apartemen Alex. My God. Apa yang sebenarnya sedang dia lakukan? Tadi itu dia kesal dengan manusia posesif bernama Alvin yang setiap jam sekali meneleponnya. Dania heran, apa manusia itu kurang kerjaan? Ada saja hal remeh temeh yang lelaki itu tanyakan. Belum juga Dania menjadi istrinya, bagaimana seandainya mereka sudah menikah nanti? Dania sulit membayangkan. Entah hidup seperti apa yang akan dia jalani. Dania mengembuskan napas. Menggenggam erat-erat sebuah kartu kecil yang mencetak nama dan tempat tinggal Alex. Dania tidak tahu kenapa kakinya membawanya ke sini. Mungkin hanya iseng. Kejadian beberapa waktu lalu kembali terlintas. Saat Dania menyewa Alex untuk membuatnya puas. Wajahnya terasa hangat. Astaga, Clara dan Viona akan tertawa melihat muka meronanya sekarang. Dania membalik kartu kecil itu. Di sana ada ko
Baca selengkapnya
17. Bertukar Cerita
Matahari semakin turun ke perut bumi. Gelap mengiringi, dan angin malam mulai berembus perlahan. Dania merasakan hawa di sekitarnya mulai dingin. Dia makin merapatkan diri ke pelukan Alex. Entah ini perasaan apa, yang jelas dia nyaman. Setelah beberapa menit lalu tiba-tiba Alex membuatnya terkejut dengan ciumannya, dia lantas dikejutkan dengan dirinya sendiri karena membalas apa yang Alex lakukan. Sekarang dirinya sedang berada di atas dada bidang Alex yang tengah merebah di atas sofa. Lelaki itu menaik-turunkan tangannya mengusap punggung Dania. Dia gagal memindahkan wanita itu ke kamarnya. Jadilah mereka di sini saling berpelukan. Alex tahu Dania tidak baik-baik saja. Instingnya terhadap perasaan perempuan sudah sangat terlatih. Saat ini Dania hanya butuh kenyamanan. Sebagai seorang yang memberi jasa, Alex akan melakukan tugasnya dengan baik. "Kamu sudah merasa baik?" tanya Alex perlahan. Dania hanya mengangguk. Dia masih betah m
Baca selengkapnya
18. Wanita Idaman
Dania sangat menyayangkan itu. Pria setampan Alex dan tidak terlalu membutuhkan uang kenapa harus memilih menjadi gigolo? Apa tidak ada pekerjaan yang lebih keren lainnya? Atau Alex terobsesi dengan wanita yang lebih tua? Dan, Dania juga baru tahu bahwa kelab tempatnya memesan jasa Alex adalah milik lelaki itu sendiri. "Apa kamu bangga dengan julukanmu sekarang?" tanya Dania. Punggungnya menyadar di sofa, sementara pandangannya lurus menatap Alex. Alex mengernyit. "Julukan apa?" "Teman satu profesimu bilang kamu dijuluki The King of Gigolo." Alex menganga. "Siapa yang bilang begitu?" "Kalau nggak salah namanya Billy." Alex mengumpat kecil. Dia tentu saja sangat mengenal Billy. Bukannya lelaki itu yang dijuluki King Of Gigolo, kenapa jadi Alex yang kena gosip? "Kamu jangan percaya dia. Dia sendiri yang King Of Gigolo. Pengalaman dan jam terbangnya lebih tinggi." Alex membantah. "Ma
Baca selengkapnya
19. Badai Asmara (18+)
WARNING KONTEN 18+ Setelah makan malam, Dania menikmati semilir angin malam di teras balkon. Masih terlalu dini untuk pergi tidur. Alex menyusul Dania begitu menyelesaikan pekerjaannya di dapur—mencuci alat-alat masak yang tadi Dania gunakan. Dia membawa semangkuk mangga yang sudah dia kupas dan potong-potong lengkap dengan garpu kecil. "Makan ini. Rasanya sangat manis." Dia menusuk satu potong menggunakan garpu sebelum memberikannya pada Dania. "Terima kasih." Dania menerima potongan itu dan langsung memakannya. "Kamu benar, ini sangat manis." Dari atas sini Dania bisa melihat kota yang dipenuhi kerlap-kerlip lampu gedung juga kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Ya, pemandangan yang sama seperti di balkon apartemennya. Hanya saja kali ini tampak beda karena ada yang menemaninya. "Martin, apa setelah ini kamu masih mengizinkan aku datang ke sini?" tanya Dania. "Kamu bisa ke sini kapan pun ka
Baca selengkapnya
20. Pria Penghibur Eksklusif
Dania menemukan dirinya  meringkuk di pelukan Alex saat matanya terbuka. Senyum samarnya terbit. Semalam tidak terjadi sesuatu di kamar ini. Setelah Alex membawanya masuk ke kamar, mereka lanjut tidur bersama. Tidur dalam artian sebenarnya. Ya, hanya sampai di situ saja. Bahkan  pakaian yang Alex kenakan masih lengkap. Lelaki itu masih terpejam dengan napas teratur. Berbaring miring dengan lengan yang melingkari pinggang Dania. Dania mendongak untuk melihat wajah Alex yang terlelap. Dia tidak bisa menyembunyikan senyum melihat paras sempurna Alex. Bagaimana Tuhan bisa menciptakan bentuk mahluk seindah ini? Ah, tapi sayang, paras dan tubuh sempurna Alex tidak digunakan di jalur yang benar. Dania menyusut senyumnya kalau ingat itu. Entah berapa banyak wanita yang sudah dipuaskan Alex sebelumnya. Dania beringsut. Dengan pelan dia menyingkirkan lengan Alex dari pinggangnya. Berharap lelaki itu tidak akan terganggu dengan pergerakannya.&nb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status