All Chapters of Kanjeng Ratu Minta Mantu: Chapter 31 - Chapter 40
60 Chapters
Bab 31
*Happy Reading*"Bener, kamu sebenarnya juga suka sama Pak Ammar?"Aku langsung menghela napa panjang, saat akhirnya tanya itu benar-benar dilontarkan Bang Al Padaku."Udah gak usah ditanya lagi. Orang kayak adek lo ini, mana mau ngaku!" sambar Mak Kanjeng sok tahu.Tak ayal, ucapan Mak Kanjeng pun menghadirkan helaan napas dalam dari Bang Al, karena ...."Mak, yang Al tanya tuh, Nur. Emak bisa diem sebentar, gak?" ucap Bang Al, mencoba bersabar pada sifat emak yang memang kadang kek bensin eceran."Ngapain sih, Al, ditanya lagi? Kan, Emak udah jelasin semuanya sama elo tadi." Mak Kanjeng tak mau mengerti."Tapi itukan versi Emak. Versi si Nur, Al belum dengar," balas Bang Al. Masih mencoba tetap bersabar.Jangan heran. Segalak-galaknya Bang Al, emang paling gak bisa bentak Emak, atau pun aku. Malahan sangat menjaga sekali, dan untuk alasa
Read more
Bab 32
*Happy Reading*Kukira, setelah mendengar celetukan Mak Kanjeng. Bang Al akan ngamuk, atau minimal marah sama aku.Ternyata yang terjadi adalah, dia malah mengusap wajahnya pelan, sebelum kemudian menghela napas panjang dan menatapku intens.Ditatap seperti itu, otomatis aku pun menunduk, benar-benar tak berani membalas tatapan Bang Al yang memang tajam. Nah, coba itu. Di situasi biasa aja tatapan Bang Al selalu terlihat tajam. Apalagi di situasi aku sekarang. Rasanya seperti di intimidasi secara tidak langsung."Al, kamu tidak bisa menyalahkan Nur untuk perasaannya. Karena cinta itu kadang diluar logika."Entah karena merasa seorang pria yang wajib melindungi wanitanya, atau karena ingin cari muka. Ammar pun tiba-tiba buka suara. Mencoba untuk memberi pengertian pada Bang Al."Sekarang kamu tahu, kan? Kalau kami memang saling mencintai, jadi, saya mohon jangan halangi hubungan kami lagi." Ammar kembali bersuara. Se
Read more
Bab 33
*Happy Reading*Ah sialan! Gara-gara ucapan si Nurhayati. Aku jadi kepikiran terus pada keadaan Ammar saat ini. Ammar bangkrut? Bener gak, sih? Kalau bener, kasihan, dong. Dia kan biasa hidup kek anak sultan. Apa aja tinggal tunjuk, tinggal beli, tinggal bayar. Kalau beneran bangkrut, gimana ya hidupnya sekarang?Duh, aku jadi kepikiran. Tapi ... gimana caranya tahu keadaan Ammar, kalau orangnya aja gak pernah nongol didepan aku. Apa ... aku telpon aja, ya? Tapi ... tengsin, ah! Masa cewek nelpon duluan. Nanti aku disangka cewe apakah? Tapi ... kalau gak nelpon disangkanya aku gak perduli lagi.Aduh! Jadi galau aku! Gimana dong ini? Telpon? jangan? Telpon? Jangan? Ugh ... Tokek mana, sih? Nongol kek bentar. Bantuin aku mikir gitu. Aku rindu suaramu tokek. "Nur?"Allahhu akbar! Kaget gue! Sedang asyik bergulat dengan pikiran sendiri. Tiba-tiba saja pundakku ditepuk orang, disertai panggilan y
Read more
Bab 34
*Happy Reading*From: 089xxxxxx: Nurbaeti? Benar? Bisa kita bertemu besok di cafe xxx. Saya ingin bicara penting sama kamu.Siapa, nih?Refleks aku menggaruk rambut yang masih terbalut hijab abu muda hari ini, seraya memutar otak melihat deretan nomor asing yang tertera di sana.Siapa tahu aku kenal gitu, gengs? Namun ternyata, seberapa lama pun aku putar otakku yang memang kapasitas Ram-nya sedikit. Tetap saja aku tidak menemukan titik terang akan nomor itu.Nomornya siapa, sih? Orang iseng, ya?Hadew, males banget aku ngurusin beginian. Serius, pemirsah! Aku memang tipe orang, yang tidak mau menggubris yang namanya nomor asing yang mampir di ponselku.Apapun alasannya. Selama itu nomor asing, itu akan aku abaikan. Meski sebenarnya ternyata itu dari salah satu temen, atau bahkan si Nurhayati yang ganti nomor lagi-- maklum artes. Aku gak akan angkat selama dia gak chat dan menyebutkan namanya.Sombong?
Read more
Bab 35
*Happy Reading*"Ammar?" beoku tanpa sadar. Setelah mendengar jawaban wanita cantik yang ada di depanku ini."Begitulah," balasnya lagi, seraya berkacak pinggang sebelah tangan, dan mengecek kuku hasil medi pedi mahalnya pada sebelah tangannya lagi.Mengerjap sejenak, aku pun langsung menarik ujung blouse di Nurhayati dan berbisik pada sang Artes. "Nur, ini ... maksudnya gue lagi dilabrak, ya? Cem di sinetron-sinetron itu." Aku meminta keyakinan tentang pradugaku pada  Nurhayati."Kek-nya sih gitu, Nur." Nurhayati mengaminkan. Membuat aku bergumam panjang tanda mengerti.Oh ... begini toh rasanya dilabrak?"Trus, Nur. Abis ini gue harus ngapain?"Berhubung ini baru pengalaman pertama untukku, aku pun meminta petunjuk pada Nurhayati, yang sepertinya sudah lumayan sering main labrak-labrakan kek gini."Ya lawan, lah! Jangan diem aja!"Lawan kek mana pula, sih? Ih, si Nurhayati nih kalau kasih ide suka gak
Read more
Bab 36
*Happy Reading*"Jodoh? Hahahahaha ...."Kukira si Mbak Barbie akan mengerti dan berhenti cari ribut denganku, setelah apa yang aku sampaikan dengan panjang lebar. Nyatanya, sekarang dia malah tertawa keras seperti maham Anga saat berhasil menjebak Jodha Akbar. Terlihat jahat sekali.Ya ampun ... harus gimana lagi coba, ini aku jelasinnya? Capek, deh!"Jodoh itu bulshit! Tahu, gak?" ucapnya lagi disela tawa. "Lagipula daripada jodoh, gue lebih setuju kalau ... sebenarnya Ammar tuh hanya main-main sama lo! Dan penasaran doang sama mainan baru."Degh!Kata-katanya barusan, sangat mengusik hatiku. Karena, ini bukan kali pertama aku mendengar ucapan seperti itu.Apalagi dengan kondisi hubungan kami saat ini. Rasanya ... aku seperti mendapat teguran akan kenyataan yang memang harusnya mulai aku pikirkan.Jangan-jangan, memang benar Ammar cuma penasaran doang sama aku. Karena aku berbeda dan ... ya, seperti yang pernah B
Read more
Bab 37
*Happy Reading*"Asalamualaikum. Nur, Pulang ...." seruku riang seperti biasa, saat datang dan sudah melihat keberadaan Emak yang sedang duduk santai di ruang tengah."Waalaikumsalam. Nah, kebetulan lo udah datang. Sini, Nur! Duduk deket emak. Emak mau minta polusi sama lo!"Hah? Polusi?Aku pun mengerjap bingung mendengar ucapan, kemudian mencoba mencari kata yang seharusnya."Solusi kali, Mak. Bukan polusi." Akhirnya aku pun meralat pernyataan emak barusan."Eh, iya itu! Solusi maksud emak. Ah, elo mah suka gonta ganti kata seenaknya, bikin emak keder aja."Lah? Ngapa jadi aku, coba? Perasaan Emak yang salah kata. Kenapa aku yang disalahin?Ugh ... dasar Mak Kanjeng emang gak mau ngalah!"Ck, ngapa lo masih di sana, Nur? Sini! Emak kan mau minta solusi sama lo. Deketan ngapa," pinta Mak Kanjeng lagi, sambil mengayunkan t
Read more
Bab 38
*Happy Reading*Akhirnya, karena tidak tega melihat Emak kecewa. Ralat, tepatnya karena keenakan makan mie ayam, berujung jadi oon setelah kekenyangan. Aku pun lupa pada tujuanku, dan akhirnya memilih pamit tidur lebih cepat pada Emak. Asli! Emang penyakit banget kekenyangan tuh. Bisa menghilangkan fokus, membuat oon, dan memberatkan kelopak mata.Apalagi kalau makannya lesehan di ubin yang dingin, dikipasi ac yang semriwing banget. Di jamin, setelah mangkok tandas dalam lima menit. Mata pun auto sayup dan ... blas aja molor.Kalian juga kayak gitu, kan? Ngaku aja, gak papa, kok! Karena itu memang manusiawi dan udah jadi kebiasaan.Laper, galak! Kenyang, oon. Begitulah manusia iya, kan? Apalagi yang punya jiwa mager yang haqiqi. Duh gak usah diceritain lagi, dah. Nanti kalian makin tersinggung. Hehehe.Canda, gaes! Jan masukin ke hati, ya? Masukin dompet aja. Sapa tahu bisa buat bayar parkiran, yee kan?Oke! Lets back to topik.
Read more
Bab 39
*Happy Reading* "Jadi ... benar, kamu yang bernama Nurbaeti?" tanya pria dihadapanku, yang sampai sekarang pun belum mengenalkan dirinya.  Seperti yang Dini gambarkan beberapa menit lalu. Orangnya memang tinggi, ganteng, dan bule. Sama satu lagi. Seksi banget ya Ampuunnn! Tegap dan gagah pokoknya. Mirip model di tivi-tivi luar Negri  Sayangnya, sikapnya dingin banget kek kulkas baru. Juga sombong sepertinya. Lihat saja! Padahal udah ketemu aku dan udah duduk berhadap-hadapan kek gini. Tapi tuh kaca mata item masih aja gak dilepasinnya. Mentang kacamata mahal! Eh, atau jangan-jangan dia buta sebenarnya. Kek tukang urut keliling. Tapi ... kayaknya enggak deh. Orang dia bisa menanggapi semua gerak di sekitarnya, kok.  Lalu, kenapa tuh kaca mata gak di buka juga, sih? Matanya juling, ya? Makanya malu untuk diperlihatkan. "Iya, Pak. Saya Nurbaeti," jawabku akhirnya dengan sopan. Pria itu pun mengangguk mengerti, sebel
Read more
Bab 40
*Happy Reading* Daddy? "Tunggu, deh! Ini maksudnya gimana, sih?" tanyaku akhirnya setelah bisa sedikit mencerna situasi. Baru sedikit, gaes. Soalnya jujur aku bingung banget sumpah, sama yang terjadi saat ini. Itu pun karena aku mengerti arti kata 'Daddy' yang berarti Ayah, iya kan? Nah, kalau untuk yang lainnya aku gak ngerti. Makanya aku mau minta penjelasan pada bule yang udah ghosting aku. Ammar! Siapa lagi? Sayangnya, tuh bule bukannya langsung menjawab. Malah tersenyum manis sekali, bikin aku hampir gagal fokus. "Geser dulu, sayang." Yah, dia manggil sayang lagi. Makin gagal fokus udah aku. Hingga aku akhirnya dengan senang hati menggeser pantat bohayku ke kursi samping. Maunya sih ku geser ke pangkuannya. Tapi, apadaya kami belum halal. Jadi, jangan halu ya, pemirsah! "Pak?"
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status