*Happy Reading*
"Ammar?" beoku tanpa sadar. Setelah mendengar jawaban wanita cantik yang ada di depanku ini.
"Begitulah," balasnya lagi, seraya berkacak pinggang sebelah tangan, dan mengecek kuku hasil medi pedi mahalnya pada sebelah tangannya lagi.
Mengerjap sejenak, aku pun langsung menarik ujung blouse di Nurhayati dan berbisik pada sang Artes.
"Nur, ini ... maksudnya gue lagi dilabrak, ya? Cem di sinetron-sinetron itu." Aku meminta keyakinan tentang pradugaku pada Nurhayati.
"Kek-nya sih gitu, Nur." Nurhayati mengaminkan. Membuat aku bergumam panjang tanda mengerti.
Oh ... begini toh rasanya dilabrak?
"Trus, Nur. Abis ini gue harus ngapain?"
Berhubung ini baru pengalaman pertama untukku, aku pun meminta petunjuk pada Nurhayati, yang sepertinya sudah lumayan sering main labrak-labrakan kek gini.
"Ya lawan, lah! Jangan diem aja!"
Lawan kek mana pula, sih? Ih, si Nurhayati nih kalau kasih ide suka gak
*Happy Reading*"Jodoh? Hahahahaha ...."Kukira si Mbak Barbie akan mengerti dan berhenti cari ribut denganku, setelah apa yang aku sampaikan dengan panjang lebar.Nyatanya, sekarang dia malah tertawa keras seperti maham Anga saat berhasil menjebak Jodha Akbar. Terlihat jahat sekali.Ya ampun ... harus gimana lagi coba, ini aku jelasinnya? Capek, deh!"Jodoh itu bulshit! Tahu, gak?" ucapnya lagi disela tawa. "Lagipula daripada jodoh, gue lebih setuju kalau ... sebenarnya Ammar tuh hanya main-main sama lo! Dan penasaran doang sama mainan baru."Degh!Kata-katanya barusan, sangat mengusik hatiku. Karena, ini bukan kali pertama aku mendengar ucapan seperti itu.Apalagi dengan kondisi hubungan kami saat ini. Rasanya ... aku seperti mendapat teguran akan kenyataan yang memang harusnya mulai aku pikirkan.Jangan-jangan, memang benar Ammar cuma penasaran doang sama aku. Karena aku berbeda dan ... ya, seperti yang pernah B
*Happy Reading*"Asalamualaikum. Nur, Pulang ...." seruku riang seperti biasa, saat datang dan sudah melihat keberadaan Emak yang sedang duduk santai di ruang tengah."Waalaikumsalam. Nah, kebetulan lo udah datang. Sini, Nur! Duduk deket emak. Emak mau minta polusi sama lo!"Hah? Polusi?Aku pun mengerjap bingung mendengar ucapan, kemudian mencoba mencari kata yang seharusnya."Solusi kali, Mak. Bukan polusi." Akhirnya aku pun meralat pernyataan emak barusan."Eh, iya itu! Solusi maksud emak. Ah, elo mah suka gonta ganti kata seenaknya, bikin emak keder aja."Lah? Ngapa jadi aku, coba? Perasaan Emak yang salah kata. Kenapa aku yang disalahin?Ugh ... dasar Mak Kanjeng emang gak mau ngalah!"Ck, ngapa lo masih di sana, Nur? Sini! Emak kan mau minta solusi sama lo. Deketan ngapa," pinta Mak Kanjeng lagi, sambil mengayunkan t
*Happy Reading*Akhirnya, karena tidak tega melihat Emak kecewa. Ralat, tepatnya karena keenakan makan mie ayam, berujung jadi oon setelah kekenyangan. Aku pun lupa pada tujuanku, dan akhirnya memilih pamit tidur lebih cepat pada Emak.Asli! Emang penyakit banget kekenyangan tuh. Bisa menghilangkan fokus, membuat oon, dan memberatkan kelopak mata.Apalagi kalau makannya lesehan di ubin yang dingin, dikipasi ac yang semriwing banget. Di jamin, setelah mangkok tandas dalam lima menit. Mata pun auto sayup dan ... blas aja molor.Kalian juga kayak gitu, kan? Ngaku aja, gak papa, kok! Karena itu memang manusiawi dan udah jadi kebiasaan.Laper, galak! Kenyang, oon. Begitulah manusia iya, kan? Apalagi yang punya jiwa mager yang haqiqi. Duh gak usah diceritain lagi, dah. Nanti kalian makin tersinggung. Hehehe.Canda, gaes! Jan masukin ke hati, ya? Masukin dompet aja. Sapa tahu bisa buat bayar parkiran, yee kan?Oke! Lets back to topik.
*Happy Reading* "Jadi ... benar, kamu yang bernama Nurbaeti?" tanya pria dihadapanku, yang sampai sekarang pun belum mengenalkan dirinya. Seperti yang Dini gambarkan beberapa menit lalu. Orangnya memang tinggi, ganteng, dan bule. Sama satu lagi. Seksi banget ya Ampuunnn! Tegap dan gagah pokoknya. Mirip model di tivi-tivi luar Negri Sayangnya, sikapnya dingin banget kek kulkas baru. Juga sombong sepertinya. Lihat saja! Padahal udah ketemu aku dan udah duduk berhadap-hadapan kek gini. Tapi tuh kaca mata item masih aja gak dilepasinnya. Mentang kacamata mahal! Eh, atau jangan-jangan dia buta sebenarnya. Kek tukang urut keliling. Tapi ... kayaknya enggak deh. Orang dia bisa menanggapi semua gerak di sekitarnya, kok. Lalu, kenapa tuh kaca mata gak di buka juga, sih? Matanya juling, ya? Makanya malu untuk diperlihatkan. "Iya, Pak. Saya Nurbaeti," jawabku akhirnya dengan sopan. Pria itu pun mengangguk mengerti, sebel
*Happy Reading* Daddy? "Tunggu, deh! Ini maksudnya gimana, sih?" tanyaku akhirnya setelah bisa sedikit mencerna situasi. Baru sedikit, gaes. Soalnya jujur aku bingung banget sumpah, sama yang terjadi saat ini. Itu pun karena aku mengerti arti kata 'Daddy' yang berarti Ayah, iya kan? Nah, kalau untuk yang lainnya aku gak ngerti. Makanya aku mau minta penjelasan pada bule yang udah ghosting aku. Ammar! Siapa lagi? Sayangnya, tuh bule bukannya langsung menjawab. Malah tersenyum manis sekali, bikin aku hampir gagal fokus. "Geser dulu, sayang." Yah, dia manggil sayang lagi. Makin gagal fokus udah aku. Hingga aku akhirnya dengan senang hati menggeser pantat bohayku ke kursi samping. Maunya sih ku geser ke pangkuannya. Tapi, apadaya kami belum halal. Jadi, jangan halu ya, pemirsah! "Pak?"
*Happy Reading*"Lulus test ... apa?" beoku kemudian dengan bingung."Tentu saja test kelayakan masuk keluarga Antonio atau tidak? Kamu pikir, keluarga kami ini bisa dimasuki sembarangan orang? Hey, tidak semudah itu ya gadis muda!" Daddy Darius kembali ngegas. Membuat aku ingin sekali mencubit bibitnya.Heran, deh. Nih bapak-bapak satu demen banget ngegas. Mantan jualan elpiji keliling kali, ya?"Oh, jadi ada testnya juga. Kapan dia adainnya? Apa yang harus saya persiapkan?" Mengabaikan Daddy Darius. Aku pun bertanya kembali pada Ammar.Mending ngomong sama Ammar aja, deh. Gak ngegasan dan bikin adem senyumnya. Ah, jadi makin baper aku."Gak usah, sayang. Kamu udah lulus, kok," jawab Ammar dengan bangga.Lah? Kok udah lulus aja. Kapan test-nya aja aku gak tahu. Gimana, sih?"Kok udah lulus aja? Emang kapan testnya?" tuntutku setelahnya."Haaaahh ... sudahlah! Daddy nyerah!" Bukan Ammar yang menyahuti tapi Daddy Darius l
*Happy Reading*Ceklek!"Emaaakkk?!""Nur, hati-hati!" tegur Ammar saat melihat aku langsung meloncat dari dalam mobilnya, ketika sudah sampai halaman Rumah.Sayangnya, aku memilih mengabaikannya. Karena saat ini ada yang lebih penting yang harus aku urusan daripada titahnya barusan.Apa itu?Apa, lagi? Tentu saja itu adalah Mak Kanjeng, yang dengan seenaknya menutupi kenyataan bahwa Ammar dan keluarganya sudah bertandang ke Rumah beberapa hari lalu.Kan? Nyebelin banget!Aku mah udah galau sampe hampir colaps. Ngerasa di goshting, diabaikan, dimainin, dan kawan-kawannya. Eh, Emak sama Mommy-nya Ammar ternyata udah ceesan.Asli! Pengen aku tarik aja itu kulit emak yang udah menggelambir di mana-mana. Sukanya sih bikin anaknya galau mulu."Emaaakkk?!" seruku seraya membuka pintu, dan menerobos masuk dengan cepat.Namun, belum ada jawaban apapun dari dalam Rumah.Ck, nih emak-emak kang gosi
*Happy Reading*Sebenarnya aku ingin sekali marah, ngerajuk atau apalah gitu sama Mak Kanjeng, setelah mengetahui kenyataan ini. Bahkan kalau bisa, pengen minta ulang momen itu.Meski Ammar bilang itu bukanlah sebuah lamaran, dan hanya silaturahmi biasa. Tetep aja, rasanya aku tuh kek kehilangan momen penting dalam hidupku.Kan, aku juga mau kenal keluarga Ammar. Pengen juga ngerasain deg-degannya nungguin bakal calon mertua dan ya ... semacam itulah. Ngerti kan kalian?Sayangnya, aku tahu, aku tidak akan bisa melakukannya. Karena ... ya mana mau Mak Kanjeng nurutin. Di bilang sama sofa aja aku mah kalah saing, apalagi sama si jupri. Jadi, udahlah ... terima nasib aja.Penting Ammar dan keluarganya udah dateng. Yee kan? Jadi nasib aku udah jelas. Kak tergantung dan terkatung-katung kek ceritanya Amih Lilis yang lain. Emang dasar tuh author. Demen banget gantungin cerita. Bukannya kelarin satu judul dulu, baru garap yang lain. In