All Chapters of The Bad Life: Chapter 31 - Chapter 40
47 Chapters
Mengembalikannya
Aku akhirnya benar-benar bisa melihat mereka yang sedang berduaan dengan mataku sendiri. Padahal, aku memperbolehkan Nana untuk dekat dengan Fian tuh bukan sampe kaya gini.Aku yang terkejut hanya bisa diam di tempat, begitu juga dengan Fian dan Nana. Mereka langsung menunduk dan pura-pura bermain handphone nya. Aku yang tidak mau ribut dengan mereka memutuskan untuk mencari bangku lain. Untungnya, kakak kelas yang tadi menggunakan meja dan bangku di depan meja informasi sudah pergi, sehingga aku memutuskan untuk disana. Kalia yang sudah menemukan bukunya langsung duduk bersamaku.“Kal, aku ngeliat Fian sama Nana di ujung sana,” ucapku dengan suara lirih dan berusaha menahan air mata. “Hah?” Kalia yang mendengarkan ucapanku langsung berdiri. Aku berusaha menahan Kalia karena takut membuat keributan.“Udah, kamu cari materi yang kamu butuhin terus kita balik ke kelas aja,” ujarku dengan tersenyum.S
Read more
I'm Single and Free!
Pada awal kelas sebelas ini aku merasa sangat senang dan tidak merasakan tekanan apapun. Baik dari kehidupan sekolah maupun ayah. Teman-teman kelas yang kompak dan sangat komunikatif membuatku lebih berani untuk berbicara. “Temen-temen, minggu depan turnamen basket se-kota yang diselenggarain sama BDL akan dimulai lagi!” ujar Sakti, salah satu koordinator supporter di kelasku. Teman-teman perempuanku sangat histeris karena mereka akan sering melihat Raja bermain di lapangan. Kata Nadya, Raja sangat terlihat seksi apabila sedang berada di lapangan. Keringat yang membasahi tubuhnya mendapatkan poin lebih di mata kaum hawa. Aku yang mendengarkan hanya bisa tersenyum. Mas, sibuk banget? Kok udah gapernah ketemu. Ketika istirahat, Mei memanggilku. “Ra, sini,” panggilnya dari pintu kelas. “Kal, aku sama Mei sebentar ya,” ucapku kepada Kalia. “Iya, nanti kamu nyusul ke kantin ya,” jawab Kalia. “Eh, bareng aja,” kata M
Read more
Mengetahui
Ketika aku dan Kalia menaiki tangga, banyak anak lelaki berjalan dengan tergesa-gesa ketika menuruni anak tangga. Kami berdua hanya bisa saling menatap dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Hingga aku bertemu dengan Sakti.“Mas Raja bertengkar!” ucapnya sambil tergesa-gesa.Hah?Aku tidak berpikir panjang dan langsung menitipkan makananku dan meminta tolong kepada Kaila untuk menghubungiku apabila aku dicari guru yang akan mengajar setelah ini.Setelah itu aku menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa dan berlari mengikuti Sakti.“Sak, dimana?” tanyaku kepada Sakti.“Belakang basecamp koor sekolah,” jawabnya.Aku pun bergegas kesana, ketika berlari aku hanya memikirkan bagaimana jika badannya sakit dan ia tidak bisa mengikuti kompetisi bergengsi itu.Sesampainya disana, ternyata ia bertengkar dengan Fian! Bawah mata Fian terlihat lebam dan terdapat darah yang keluar di
Read more
Mempersiapkan Diri
Setelah membeli makan, aku dan Kalia langsung kembali ke kelas. Ketika menuju kelas, Kalia menanyakan awal mula aku bisa berkenalan dengan Mas Raja.“Gimana sih kenalnya?” tanya Kalia kepadaku.“Gatau juga sih,” jawabku.“Waktu itu aku ga sengaja nabrak dia dua kali, terus di kantin aku diliatin terus, pas classmeet sempet ngomong sebentar. Diem-diem dia ngehubungin aku meskipun pake akun boongan, tapi ya ga aku jawab juga soalnya waktu itu masih sama Fian,” imbuhku.“Dah kaya cerita-cerita novel ya. Abis ketabrak terus jadian,” ucap Kalia.“Belom jadian kali,” jawabku dengan nada ketus.Sesampainya di kelas ternyata teman-temanku sedang menonton film melalui salah satu handphone temanku dan tentu saja aku dan Kalia langsung bergabung disana. Film yang kami tonton menceritakan tentang kisah sejarah tanah jawa gitu deh,Tidak lama kemudian, bel sekolah berbun
Read more
First Date
Apa yang diucapkan Mei membuatku lebih semangat menjalankan kehidupanku. Mei menjadi salah satu support sistemku setelah bunda tentunya. Sesampainya di GOR para pemain basket sedang melakukan strategi yang sudah disiapkan oleh pelatih mereka.Sang pelatih tidak menegur mereka dan hanya mengamati permainan mereka. Salah satu tim terlihat unggul dengan Mas Raja dan Mas Kafi di dalamnya, yaitu tim B. Mereka terihat saling serang dan tentunya bertahan. Tim B, terlihat lebih sering menyerang dan tim A selalu mencoba bertahan tetapi masih bisa ditembus oleh tim A.Priiiit. Peliut yang ditiup oleh pelatih mereka menandakan permainan selesai. Semua pemain itu terlihat lelah dan berusaha mengatur nafasnya. Mereka langsung berbaris dan mendengarkan perintah pelatih mereka. Tim A mendapatkan hukuman dari pelatih karena permainan mereka kurang bagus, apalagi bagian pertahanan mereka.“Raja, mainmu udah lebih baik dari kemarin. Good job,” ujar C
Read more
Welcome, Haters!
Pagi harinya, bunda membangunkanku lebih awal dari biasanya dan untungnya aku bisa bangun. Seperti biasanya, aku langsung menunaikan sholat dan menonton kartun sambil sarapan. Baru kemudian aku mandi dan berganti seragam pramuka.“Kakkk, ayo cepet turun,” kata bunda dari bawah. Padahl biasanya bunda gapernah ngajakin berangkat sepagi ini. Tapi tumben kok hari ini pagi banget?“Bentar-bentar,” ucapku dari atas.Setelah itu aku langsung menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa dan ternyata di ruang tamu sudah ada Mas Raja yang sedang sarapan.“Hai Ara,” ucapnya sambil melambaikan tangan ke arahku.Aku hanya menggelengkan kepala dan menuruni anak tangga dengan tidak tergesa-gesa lagi.“Mulai hari ini berangkat sama Raja ya, kak,” kata bunda sambil memegang kepalaku.“Lumayan lah bunda bisa nganterin adek sekolah terus langsung kerja. Gimana Raja? boleh gak?” tanya bunda kepada M
Read more
Welcome, Haters! (2)
Kalia yang spertinya mengetahui bahwa Nana sedari tadi memperhatikaku memberi tahuku.“Nana ngeliatin kamu terus dari kamu ngobrol sama Mas Kafi,” bisik Kalia.“Iya, aku tau. Biarin aja,” jawabku.Setelah kami keluar, Nana langsung menghampiri kami.“Ra, ati-ati tadi aku denger Mbak Gina mau ngelabrak ke kelasmu,” ucapnya.“Oh. Yaampun kirain kenapa kamu ngeliatin aku,” jawabku sambil menghela nafas panjang.“Hehe uda mau mikir yang engga-engga ya?” tanyanya.“Maaf, Na,” ujarku.“Jangan ke kelasmu dulu, Ra. Di kantin dulu aja,” ujar Nana.Setelah itu aku dan Kalia memutuskan untuk di kantin. Benar saja, tidak lama kemudian Hana menelponku.“Ra, jangan balik. Gina ada disini,” ujar Hana.“Iya. Aku di kantin, makasih ya,” jawabku.“Sumpa-sumpa jangan balik. Dia udah bawa telor sama tepung,&
Read more
Tenang, Aku Disini.
Aku yang berpapasan dengan Gina hanya bisa melihatnya dengan tatapan yang menakutkan agar dia berhenti menggangguku.“Waw, udah berani ya sekarang?” tanyanya sambil menenggor badanku.Kemudian aku dan Kalia tidak menghiraukannya dan segera masuk ke dalam musala karena sholat akan segera dimulai.Selesai salat, seperti biasanya aku menemani Kalia untuk membeli makan siang. Ketika masuk ke kantin, Mas Raja sudah berada di sana dan sedang berbincang denga teman-teman basketnya sehingga aku tidak berani untuk menghampirinya.“Tanya aja sendiri sama Ara,” ucap Mbak Sofi sambil menoleh ke arahku.“Ara gapapa?” tanya Mas Raja dengan wajahnya yang panik.“Apanya mas?” tanyaku balik.“Gapapa-gapapa. Nanti langsung ke GOR sama Mei kalo udah pulang. Aku sudah pulang sekarang,” ujarnya.“Lah ngapain aku ke GOR?” tanyaku.“Aku tunggu disana anak cantik,&rdq
Read more
One Fine Day
Di perjalanan, aku dan Mas Raja seperti biasanya. Mendengarkan radio dan bernyanyi bersama.“Mau beli cemilan dulu gak?” tanyanya.“Mauuu!” jawabku dengan semangat.Setelah itu, mobil pun berjalan dengan sangat kencang. Mas Raja dan aku pergi ke salah satu supermarket.Sesampainya disana, Mas Raja mengambil troli belanjaan.“Lah ngapain ambil ini mas?” tanyaku.“Ya kan biar gausa bawa-bawa, Ara,” jawabnya sambil menyandarkan tangannya di troli dan menengok ke arahku dengan senyumannya yang menawan.“Kaya mau belanja banyak aja,” ucapku.Aku dan Mas Raja menyusuri satu persatu lorong untuk mencari letak makanan ringan.“Ra, ini Ra,” ujarnya sambil menunjukkan sabun mandi.“Mas?” tanyaku dengan heran.“Beli aja, warna pink lo! Wanginya juga kaya wangimu,” ucapnya sambil mencium aroma dari sabun tersebut. Aku hanya
Read more
One Fine Day (2)
Mas Raja merasakan bahwa aku sedang memikirkan sesuatu sehingga bertanya kepadaku.“Kenapa, Ra?” tanyanya sambil menengok kepadaku.“Gapapa, mas,” jawabku.“Kalo gapapa juga ga diem aja kali. Biasanya langsung tanya ke aku boleh apa ngga nyalain radio. Sekarang kok engga?” tanyanya penasaran.“Iya kenapa-kenapa tapi nanti aja kasih taunya. Kalo timingnya udah pas,” jawabku.“Boleh nyalain radio, ngga mas?” imbuhku.Setelah itu, radio pun sudah dinyalakan Mas Raja dan kami langsung bernyanyi bersama karena lagu yang dipopulerkan Jaz ini sangat menggambarkan kami berdua.“Kalo ada apa-apa langsung kabarin ya, Ra,” ucap Mas Raja.“Jangan ditahan-tahan. Aku pasti pasti pasti bakal mendengarkan dan sebisa mungkin bantu kamu. Okay?” imbuhnya.Aku pun mengangguk sambil tersenyum.Setelah itu Mas Raja bercerita bahwa ia tadi menungguku di
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status