Semua Bab The Bad Life: Bab 21 - Bab 30
47 Bab
Hari Terakhir Sekolah
“Aku duduk disini ya,” ujarnya. Aku hanya tersenyum dan membuang mukaku.Lain halnya dengan perempuan yang berada di GOR itu, mereka terlihat sinis kepadaku karena lelaki idamannya duduk di sebelahku.Mei masih saja berteriak untuk menyemangati Mas Kafi, tetapi sebenarnya ia terlihat sedikit mengganggu jalannya permainan.GOR sangat berisik karena pertandingan berjalan dengan sangat panas. Kedua tim saling menyerang dan mencetak poin. Kekompakan tim sangat terlihat jelas dan tidak hanya bergantung pada salah satu pemain saja seperti yang dilakukan oleh kelas Mas Raja. Permainan penutup pada hari ini berakhir seri, sehingga diberikan waktu tambahan.Pada waktu tambahan ini, kedua tim bermain lebih sengit daripada biasanya. Mereka menyerang hingga pada akhirnya Mas Kafi terjatuh.“Hei?!” teriak Mei, karena permainan masih saja berlangsung padahal Mas Kafi sudah tegeletak.Mas Raja yang mengetahui Mas Kafi terjatuh langs
Baca selengkapnya
Kenaikan Kelas
“Are you okay? Kabarin ya kalo ada apa-apa.” Pesan itu dikirimkan oleh akun dengan nama yang tidak kukenali di akun InstaJramku. Aku pun bertanya-tanya siapa pemilik akun ini, tetapi siapa yang diikuti dan siapa yang mengikuti tidak jelas, sehingga aku juga tidak tau siapa pemilik akun tersebut. Aku hanya berusaha untuk tidak mengindahkannya.“Kak, liburan nanti ke Kampung Inggris, ya?” tanya bunda sesampainya di rumah.“Okay bun.”“Mau ngajak Fian?” tanya bunda.“Aku tanya anaknya dulu, bisa apa engga.”Setelah itu aku langsung menghubungi Fian dan menanyakan apakah dia mau ikut denganku ke kampung Inggris selama seminggu.“Sorry Ra, gabisa. Ibu ku gabisa kasih biaya segitu,” ucapnya.Ketika Fian mengatakan bahwa ia tidak bisa menemaniku, aku sempat berfikir bahwa aku akan pergi sendirian saja, tetapi tidak lama Mei menghubungiku.
Baca selengkapnya
Pergi dari Rumah
“Kakak! Bunda pulaaaang,” panggil bunda dari bawah. Sebenarnya aku tidak dengar terlalu jelas apa yang diucapkan bunda karena aku menggunakan earphone sambil menonton drama korea.“Kak!” kata bunda sambil membuka pintu yang tentu saja mengagetkanku.“Astaga bundaaaaa! Bikin kaget aja,” kataku sambl melepas earphone ku.“Kamu ga pingin tahu nilaimu?” tanya bunda sambil menyenggol badanku.“Takut akutu bundaaaa,” ucapku sambil menjatuhkan badanku ke kasur lagi.Bunda langsug menarik badanku yang membuatku duduk kembali. bunda langsung mengeluarkan rapotku dari sebuah tas yang berisika rapot dan beberapa kertas lainnya. Kemudian bunda membuka rapotku yang membuatku gugup.“Biasa aja kali,” kata bunda.Setelah itu bunda menunjukkan rapotku, disana nilaiku tertulis A semua kecuali salah satu mata pelajaran yang memang sangat sulit menurutku, bahasa da
Baca selengkapnya
Suasana Baru
Sesampainya di sana, aku dan Mei langsung pergi ke salah satu rumah yang menjadi sebuah kantor. Di kantor tersebut kami melakukan pendaftaran ulang, mengumpulkan foto yang diminta untuk membawa, memilih ukuran kaos seragam yang nantinya dipakai ketika hari terakhir dan memilih fasilitas asrama yang tersedia.Aku dan Mei memilih kamar yang ada pendingin dan kamar mandi dalam. Kami pun diantarkan ke rumah tersebut. Sesampainya di sana ternyata sudah banyak anak, tetapi kami hanya meletakkan barang saja dan keluar lagi.“Bunda balik ya. Ati-ati, jaga dirinya,” ucap bunda sambil memelukku.“Iya,” jawabku.“Ati-ati ya, Mei,” ucap bunda kepada Mei.“Iya, tante,” jawab Mei kepada bunda.Setelah bunda meninggalkanku dan Mei, kami memutuskan untuk kembali ke kamar. Ternyata kamar tersebut akan berisi empat orang, sedangkan saat ini kamar hanya berisikan aku dan Mei. Tidak lama kemudian ada dua orang lag
Baca selengkapnya
Adaptasi Lingkungan Baru
Notifikasi pesan itu ternyata dari nomor yang sama seperti kemarin ketika mengucapkan hati-hati sebelum aku berangkat kesini. Tentu saja aku tidak merespons pensan tersebut. Setelah aku tenang, aku meminta maaf kepada Mei dan si kembar karena aku menangis, kami berempat tidak jadi berkeliling menggunakan sepeda. Untungnya, mereka memaafkanku. Mau tidak mau aku menceritakan semua yang terjadi, tetapi apabila hanya menceritakan bagian itu saja tentunya mereka akan bingung. Oleh karena itu, aku menceritakan semuanya dari awal.“Astaga, maaf ya Ra. Kamu jadi buka luka lamamu,” ucap Mei sambil memelukku.Si kembar tidak mengatakan apapun dan langsung memelukku. Aku merasa lega karena bisa becerita tentang masalahku ini ke orang lain tanpa harus memendam terlalu lama.Setelah aku bercerita, Melisa memutuskan untuk mandi terlebih dahulu dan kemudian disusul oleh Melina, Mei dan terakhir aku. Selesai bercerita, aku menyiapkan pakaian ganti untuk mengikuti ac
Baca selengkapnya
Kehadirannya
Aku dan Mei yang mendengar ucapan pendamping itu langsung berhadapan satu sama lain karena tekejut dengan ucapannya.Mereka semua yang bergerombol di depan kamarku langsung diusir oleh pendamping itu yang kemudian memperkenalkan dirinya.“Call me Ms. Nova,” ucapnya.Ketika semua anak di depan kamarku kembali ke kamarnya masing-masing, aku dan Mei langsung masuk ke kamar dan masih berusaha mencerna tentang si kembar itu. Banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan tapi kutahan. Suasana di kamar juga menjadi berbeda karena aku dan Mei hanya diam saja. Berbeda dengan Melina dan Melisa yang sangat berisik.“Eh, kalian kok tiba-tiba diem?” tanya Melina. Kemudian Melisa menyenggol lengan Melina.“Oh, kalian dengerin Ms. Nova tadi ya?” tanyanya.Kami berdua pun mengangguk secara bersamaan.Selanjutnya, si kembar menjelaskan bahwa tempat yang saat ini menjadi tempat liburanku dan Mei adalah milik perus
Baca selengkapnya
Kembali
Setelah itu, ayah kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkanku yang sedang dibantu Mei untuk berjalan ke kantor yang tidak jauh dari sini.Aku langsung duduk di sofa kantor. Ms. Nova menghampiriku sambil melihat pipiku yang merah karena tamparan ayah. Ia langsung mengambil es yang ada di lemari pendingin dan menempelkannya kepadaku.“Aw,” ucapku karena merintih kesakitan.Ms.Nova, si kembar dan Mei melihatku dengan tatapan yang sedih, sehingga aku memutuskan untuk berdiri sembari menahan rasa sakit.“Eh, istirahat dulu aja,” ucap Ms. Nova.“It’s okay miss. Aku sudah terbiasa dengan hal ini,” ucapku sambil tersenyum.Kemudian aku mengajak Mei dan si kembar untuk kembali ke asrama karena matahari sudah akan kembali ke tempat istirahatnya. Dalam perjalanan kembali ke asrama aku berusaha menahan rasa sakitku karena mengayuh sepeda. Namun, aku tetap bersikap untuk terlihat biasa-biasa saja.Sesa
Baca selengkapnya
Pulang
Setelah merasa mendingan, kami berempat memutuskan untuk kembali ke asrama. Untungnya kami belum melewati batas jam malam sehingga kami masih dipersilahkan untuk masuk.Sesampainya di kamar aku langsung meminta izin kepada teman-temanku untuk menggunakan kamar mandi terlebih dahulu. Di dalam kamar mandi, aku masih menangis tetapi berusaha menahan suara agar teman-temanku tidak mendengarkannya. Kemudian aku mencuci muka dan sikat gigi. Lalu aku memutuskan untuk tidur lebih awal, berbeda dengan mereka bertiga yang berencana untuk menonton film terlebih dahulu.Ketika aku terbangun sekitar pukul tiga pagi, aku langsung menunaikan sholat malam dan berdoa agar diberikan kekuatan menghadapi ayah yang semakin menjadi-jadi serta diberikan petunjuk sebenarnya hati ini untuk Fian atau Mas Raja?Selesai sholat, aku kembali ke kasurku dan membuka handphone. Ketika aku membuka ponselku, terdapat banyak sekali pesan yang belum terbuka. Ada dari Fian, bunda, ayah sert
Baca selengkapnya
Another Level, Another Challenge
Ketika liburan telah selesai, aku pun harus kembali ke sekolah. Hari pertama sekolah, aku sudah masuk ke dalam ruang kelas yang berbeda tetapi dengan anak-anak yang sama. ada yang berbagi oleh-oleh, ada yang langsung bermain game bersama, ada yang langsung ngegosip dan tentu saja ada yang tidur di kelas, ia adalah Mei.“Astaga, baru juga masuk dah tidur aja,” ucapku kepada Mei sambil meletakkan tas ranselku.“Ngantuk, abis begadang nemenin Kafi ngerjain soal bimbelnya,” ucapnya dengan mata tertutup. Aku pun hanya menggelengkan kepala.Nana yang sebelumnya ketika masuk kelas selalu menampakkan wajah masam, kali ini berbeda. Wajahnya nampak begitu senang sekali. Setelah Nana datang, tidak lama Fian juga datang dengan wajahnya yang dingin. Fian pun langsung menghampiriku setelah meletakkan tas di bangkunya.“Akhirnya ketemu lagi. Gimana liburan? Are you happy?” tanyanya dengan wajah yang sangat gembira. Aku pun te
Baca selengkapnya
Menyusun Kepingan Puzzle
Sebenarnya, setelah perkataan Lana, Kalia dan Fian sendiri. Untungnya, kegiatan minggu ini belum terlalu berat sehingga aku bisa melamun sesukaku. Kalia menyadari bahwa aku seharian ini diam dan terlalu sering melamun.“Ra, mau diselesei bareng-bareng ga?” tanya Kalia.“Selesein gimana maksudmu?” tanyaku.“Ya, terserah kamu sih. Aku mau bantu kok kalo kamu butuh bantuan,”ujar Kalia sambil menepuk pundakku.Setelah percakapan itu, aku meminta tolong kepada Lana untuk memperhatikan Nana dan Fian. Lana pun mengiyakan hal tersebut karena Fian dan Nana sudah seperti dulu lagi. Seperti tidak sudah bersamaku.Ketika istirahat kedua, Lana menghampiriku dengan nafas yang tersenggal.“Ra, nyerah aja deh kayanya. Fian sama Nana dah kaya orang pacaran,” ujar Lana.“Iya, aku mau tunggu diputusin aja,” jawabku.“Jangan, sakit hati nya nanti lebih lama. Mending kamu kumpulin bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status