All Chapters of Orang Ketiga Di Pernikahanku: Chapter 21 - Chapter 30
57 Chapters
Bab 21 – Aku Rindu Kamu
Ais mengunyah makannya dengan gerakan pelan. Dia tahu sepertinya Sheril sedang menerapkan tindakan silent treatment kepadanya karena sejak kejadian Sheril memergokinya sedang berpelukan dengan Dara di kantornya. Sikap Sheril jadi berubah 180°. Sheril tidak mau berbiacara sepatah kata pun kepadanya. Ketika dia pulang, Sheril yang biasanya bergelayut manja di lengannya kini hanya berdiam diri di dalam kamar, tidak menyambutnya sama sekali. Tidak hanya itu, Sheril juga selalu mengabaikannya dengan cara entah itu menyibukan diri membaca buku atau kalau tidak menonton drama korea. Pun juga, ketika Ais bertanya kepadanya tentang suatu hal, Sheril tidak mau menjawab pertanyaannya. Awalnya Ais merasa biasa saja dengan sikap Sheril tersebut. Pikirnya, bisa jadi Sheril saat ini sedang tidak mood berbicara k
Read more
Bab 22 – Another Kiss
“Dasar cengeng,” ejek Ais sambil mengusap pipi Sheril yang basah akan air mata.   Kini mereka sudah berpindah tempat, duduk berduaan di sofa ruang keluarga.  
Read more
Bab 23 – Sulit Sekali Mengatakan Maaf
“Jangan Aim,” ucap Sheril lirih. Sheril menutup mulut Aim yang hendak menciumnya menggunakan telapak tangan. Bagaimana bisa dia mencium lelaki lain selain suaminya? Mata Aim membola, dia tidak percaya jika Sheril akhirnya dapat mengenalinya. Kemudian Aim mundur satu langkah. Mengurungkan niat  tidak baiknya tersebut. “Yah, ketahuan, ya?” ucap Aim sambil terkekeh, tetapi tidak dengan hatinya.  “Padahal tadi aku hampir nyium cewek cantik,” tambahnya lagi. Aim memang tidak ikut ke acara dinas keluar kota karena acara tersebut hanya  dihadiri para wakil yang ditunjuk langsung oleh  perusahaan penyelenggara.  Jadi, memang dari tadi pagi Aim mengamati rumah Sheril dari kejauhan agar Aim tahu kakaknya mengenakan baju  apa sebelum berangkat kerja.  Setelah keberangkatan kakaknya. Aim menjalankan mobilnya kembali ke rumah untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sama persis seperti yang t
Read more
Bab 24 – Cemburu
Ais dan Sheril berangkat bersama ke acara pesta perjamuan makan malam dengan mengenakan pakaian yang senada. Ketika berada di dalam mobil menuju tempat tersebut, pasangan itu masih saja diam seribu bahasa. Hanya suara  radio yang terdengar  menengahi kesunyian.  Sheril masih marah dengan Ais, dia tidak mau mengajak Ais berbicara duluan.  Sedangkan Ais sendiri bingung hendak berbicara apa. Untuk menghilangkan rasa  bosan, Sheril lebih memilih memalingkan wajahnya ke samping,  menatap ke arah luar kaca jendela.  Pemandangan di luar biasa saja. Hanya terlihat  kendaraan umum yang saling berlomba-lomba untuk menuju ke rumah  masing-masing secepat mungkin. Sheril mengembuskan napas panjang. Padahal beberapa hari ini dia be
Read more
Bab 25 – Mencoba Memahamimu
“Maaf, saya ingin berdansa dengan istri saya.” Orang-orang yang berada di lantai dansa juga ikut terkejut melihat aksi Ais barusan. Sean yang mengamati dari kejauhan hanya bersedekap dada dan tersenyum bangga. Ternyata tadi penilaiannya salah. Awalnya Sean kira rumah tangga Sheril tidak baik-baik saja lantaran tadi Ais terlihat dekat dengan wanita lain. Sean khawatir putrinya akan cemburu. Untung saja itu hanya prasangkanya—padahal Sean tidak tahu kalau  kenyataannya rumah tangga putrinya memang kenapa-napa.  “Kamu kenapa ke sini?” tanya Sheril. Kini dia melanjutkan dansanya namun bukan dengan Thomas lagi, melainkan dengan Ais. “Disuruh Papa, ya?” tambah Sheril. “Nggak.” Tangan Ais memegang tangan kanan Sheril sedangkan tangan kirinya melingkar pada pinggang ramping Sheril. “Aku pengin dansa sama kamu.” Tumben sekali. Ais memang sengaja memelankan gerakan dansanya mengingat kaki Sheril sedang lecet. Dari jara
Read more
Bab 26 – Dua Pilihan
Ais baru saja selesai mandi. Saat dia hendak mengambil pakaiannya, ia mengernyit ketika melihat Sheril yang sedang memoleskan lipstick berwarna merah pada bibirnya. Sheril sedang berdandan di depan kaca meja riasnya.   Tak hanya itu saja, Sheril juga sudah terlihat mengenakan setelan baju kerja rapi membuat Ais bertanya-tanya dalam hati, mau ke mana Sheril sepagi ini?   “Kamu mau ke mana?” tanyanya penasaran.   “Aku mau berangkat kerja,” jawab Sheril membuat Ais semakin mengernyitkan dahi.   “Kerja?” ulang Ais. Siapa tahu dia salah dengar.   Memang, sih, waktu itu Sheril mengatakan ke padanya kalau dia ingin bekerja. Hanya saja Ais pikir waktu itu Sheril asal bicara karena marah ke padanya. Ternyata ucapannya waktu itu seriusan, ya?   “Kan, aku udah ngelarang kamu ker
Read more
Bab 27 - Ingkar Janji
Ais bergerak lagi, kali ini dia bisa meloloskan diri dari Dara. “Kamu mau ke mana lagi, sih?” protes Dara. “Aku mau ke toilet sebentar.” “Bohong! Pasti kamu mau pergi, kan?!” “Enggak, aku beneran mau ke kamar mandi.” Meski ragu, akhirnya Dara mau melepaskan Ais. Ais berjalan gontai ke arah kamar mandi. Tentu itu semua hanyalah alsannya saja agar dia bisa leluasa mengirim pesan kepada Sheril. Sheril: Mas kamu di mana, sih, Mas? Aku udah selesai kerja tahu! Sheril: katanya kamu mau jemput aku! Ais menelan ludah. Dia memang sudah berjanji kepada Sheril akan menjemputnya. Namun bagaimana dengan Dara? Dara tidak mengizinkannya pergi sama sekali. Jari Ais bergerak membalas pesan Sheril: Ais: Oke setengah jam lagi aku sampai di sana. Ais pun berinisiatif menelepon adiknya, siapa tahu Aim sedang ada waktu luang dan dapat menggantikannya menjemput
Read more
Bab 28 – Setidaknya Katakanlah Maaf
Sheril POV Mungkin aku harus bersyukur karena pada akhirnya kita tidak dipersatukan oleh Tuhan. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana caraku menghabiskan sisa hidupku denganmu. Dulu, ketika seseorang bertanya kepadaku mana yang lebih baik antara mencintai seseorang yang tidak cinta kepada kita dengan dicintai oleh seseorang yang tidak kita cintai, maka dengan sombongnya aku menjawab lebih baik aku mencintai seseorang yang tidak mencintaiku. Kenapa begitu? Karena meskipun dia tidak mencintaiku, tapi setidaknya aku dapat memilikinya. Setidaknya apa yang aku inginkan terwujud. Namun aku keliru, ternyata menjalin hubungan dengan orang yang tidak mencitai kita rasanya sakit sekali. Cinta sepihak memang melelahkan. Bayangkanlah kau dan dia pada suatu waktu duduk bersama. Kau mungkin akan bercerita panjang lebar tentang dirimu kepadanya dan dengan khitmat ia mendengark
Read more
Bab 29 – Meledak Ledak
Ais yang baru saja datang tiba-tiba mencengkeram erat lengan Sheril sembari berkata.... “Apa kamu udah gila! Inilah alasanku nggak ngebolehin kamu bekerja! Andai saja kamu nggak keras kepala, pasti ini semua nggak bakal terjadi!” Wajah Sheril memucat mendengarnya. Kenapa Mas Ais malahan berbicara seperti itu kepadanya? Padahal saat ini mental Sheril sedang terguncang atas kejadian tadi. Dia hanya ingin dikhawatirkan. Setidaknya, tanyakanlah apakah keadaannya saat ini baik-baik saja tetapi Mas Ais malahan memarahinya. Sungguh, dibandingkan dengan rasa sakit pada bahunya yang saat ini sedang dicengkeram erat oleh Ais, hatinya jauh terasa lebih sakit lagi. “Gimana kalau tadi kamu beneran diperkosa, hah?! Apa kamu nggak mikir gimana marahnya Papa Sean kalau sampai dia tahu semua ini!” Sheril menundukkan kepala, air matanya jatuh ke bawah. Baru kali ini pikiran Sheril terbuka lebar kalau ternyata selama ini dia menikahi lelaki yang salah. L
Read more
Bab 30 – Getir
“Kenapa kamu malam-malam datang ke sin—” Ucapan seseorang yang membukakan pintu untuk Sheril pun menggantung di udara tatkala melihat wajah Sheril yang biasanya ceria kini terlihat sembab, berlinang air mata. “KAMU KENAPA, SHERIL?!” tanyanya lagi. Kedua telapak tangannya menangkup wajah Sheril. Rasa paniknya semakin bertambah saat mengetahui ternyata kemeja Sheril bagian atas juga sobek. “Apa yang sebenernya terjadi, Sheril?!” Kenapa Sheril malah diam saja. Setidaknya, katakanlah sesuatu supaya dia tidak khawatir. Sheril tidak mampu menjawab pertanyaan orang tersebut, dia hanya mampu menangis sesenggukan. “Mahennn… hiks.” Itulah yang keluar dari mulut Sheril. Kemudian Sheril memeluk Mahen. Menumpahkan segala tangisnya di sana. Mahen merasa tidak enak apabila ada orang lain yang melihat mereka seperti ini di depan unit apartementnya. Maka dari itu Mahen segera menyuruh Sheril untuk masuk ke dalam. Kini mereka dud
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status