Penthouse ini sunyi dengan cara yang tidak menakutkan. Sunyi yang mengambang lembut di udara, tidak seperti rumah keluarga Tanwira yang penuh dengan suara-suara: langkah kaki para pekerja, telepon berdenting, atau kadang keramaian basa-basi meja makan.Di sini, tidak ada suara selain hembusan AC dan detak waktu. Tidak ada siapa-siapa kecuali kami berdua.Koper kami masih tergeletak di sudut ruang. Tidak ada yang merasa perlu membongkarnya malam ini. Entah karena terlalu lelah, atau karena terlalu jenuh dengan simbolisasi "memulai hidup baru." Tidak ada yang memulai malam itu. Kami hanya duduk, berhadapan, saling membaca ekspresi masing-masing dalam keheningan yang tidak memaksa.Aku yang pertama membuka suara.“Kalau dulu kau tahu aku berhubungan dengan Rindra, dengan kakak kandungmu… lalu kenapa tetap menikahiku? Apa alasan sebenarnya kita menikah?” tanyaku, suaraku tenang, nyaris tanpa emosi. “Lalu… kenapa setiap melihat Rindra, aku merasa tidak nyaman. Kau bisa menjawab pertanyaan
Last Updated : 2025-08-07 Read more