Menjadi pemeran utama tidak selalu mengasyikkan dan menjadi figuran tidak selalu membosankan. Evandale Faerie yang bertukar nasib kehidupan-kematian dengan Evandale Humeera tiba-tiba menjadi seorang istri dari laki-laki yang sangat dia kagumi karena kejeniusan otaknya. Hubungan romansa yang menyajikan bagaimana Eve, tokoh utama wanita yang malas jika harus berbicara tentang cinta akan membuat siapapun menjadi gila dan tidak sabar serta tokoh utama pria bernama Tanwira yang dingin dan sulit untuk menyampaikan perasaannya.
View More“Oh? Bagaimana ini?”
“Darahnya banyak sekali!”
“Kenapa mobil itu melaju dengan kecepatan setinggi itu?”
“Ini mengerikan!”
Hah, orang-orang sialan! Tidakkah mereka tahu aku perlu bantuan?! Panggillah ambulans dan jangan hanya berdiri diam sembari memperhatikan saja!
Ah, aku pasti membuat kalian bingung. Maaf, mari aku jelaskan kembali apa yang sebenarnya sedang terjadi dari awal.
*Beberapa saat yang lalu*
“Eve! Kau sudah bisa pulang! Waktunya berganti shift!” seru seorang pemuda—Jacob namanya—sembari menatap ke arahku yang sedang sibuk membereskan meja kafe tempatku bekerja.
“Oke!” balasku singkat. Selagi diriku berjalan kembali dengan nampan berisi piring dan gelas kotor, bel yang berada di atas pintu kafe bergemerincing, membuatku menoleh. “Selamat datang di café bueno ….” Aku tercenggang, terpaku di tempatku berdiri ketika melihat wanita yang baru saja masuk ke dalam kafe. “Wah, cantiknya,” batinku, “Artis?”
Mendadak, sebuah tepukan mendarat di punggungku. “Hei!” Jacob menegurku, “Jangan terbengong di tengah jalan, kau terlihat bodoh,” candanya. “Cepatlah pulang dan istirahat.”
Mendengar hal itu, aku pun hanya tertawa kecil dan bergegas pergi ke belakang, meletakkan piring dan gelas kotor itu di tempat cuci piring. Kemudian, selesai berbenah, aku pergi meninggalkan kafe dengan bersemangat.
Sembari berjalan menuju perempatan jalan raya, kulihat lampu merah sedang menyala, menandakan para pejalan kaki bisa menyeberang. Namun, jarakku begitu jauh, jadi aku pun berjalan dengan santai. Aku berjalan dengan tenang sampai tatapanku teralihkan kepada seorang perempuan yang berlari melewati diriku. Wanita itu berlari dengan kencang dan bergegas menyeberang jalan, sepertinya dia begitu terburu-buru.
Tiba-tiba, wanita tersebut terjatuh di tengah jalan, tepat ketika lampu hijau menyala. Saat itu banyak orang yang ada di lokasi kejadian tetapi tidak ada satu pun yang bergerak untuk menolongnya. Orang-orang di sekitarku hanya panik dan berteriak kepada perempuan itu agar segera berdiri sementara suara klakson mobil terus bersahutan, pengemudinya jelas tak sabar menunggu wanita itu untuk bangkit dan menyingkir dari jalan mereka.
Akhirnya, terdorong rasa simpati, aku pun mempercepat langkahku untuk membantu perempuan itu. Saat tanganku meraih lengannya, dia menoleh, dan kusadari bahwa perempuan itu tidak terlihat asing di mataku.
Mengesampingkan perasaanku, kutarik tangannya. “Mari kubant—”
“Awas!!”
Sebuah teriakan terngiang di telingaku, membuatku menoleh ke arah rentetan mobil yang menunggu. Namun, telingaku yang lain menangkap deru mesin yang mendekat, memaksaku untuk menoleh ke arah yang berlawanan. Hal yang pertama kali kulihat … adalah sinar yang membutakan.
Benturan keras diiringi dengan suara retakan tulang yang memuakkan membuat jantungku berhenti sesaat. Rasa sakit yang kurasakan tak bisa digambarkan dengan kata-kata, begitu pula dengan ketakutan yang perlahan menyelimuti diriku.
Pandanganku buyar, tapi bisa kulihat secara samar genangan darah yang mengalir menyusuri jalanan. Tidak jauh dari tempatku berada, kulihat gadis yang sempat kutolong tadi juga terbaring tak bergerak.
Teriakan di sekeliling mengenai betapa mengenaskannya kecelakaan yang baru saja terjadi membuat kepalaku pening. “T-tertabrak?” batinku. Aku berusaha membuka mulutku, mencoba mengucapkan kalimat minta tolong. Namun, aku tak berdaya.
Rasa sakit yang tubuhku rasakan tak bisa digambarkan. Yang jelas, kurasakan napasku tercekat, dan tak ada sedikit pun tenaga yang bisa kukerahkan.
Perlahan, pandangan samar itu ditelan oleh kegelapan. Hanya ada keheningan dan juga kesendirian.
“Apa aku … akan mati?”
***
Sebenarnya suasana hatiku juga berubah menjadi tidak baik setelah mendengar nama Lyssan disebut. Aku yang kesal langsung mengirim pesan kepada Tanwira bahwa aku akan menendang bokongnya jika sampai dia mematikan telepon, tetapi kalian tahu apa yang dia lakukan setelah membaca pesan yang aku kirimkan? Ya, dia tetap mematikan sambungan telepon dan membuat aku uring-uringan di kamar.Demi Tuhan, ini sangat menjengkelkan.Sepuluh menit telah berlalu sejak Wira memutuskan sambungan telepon kami dan dia belum juga menghubungiku kembali hanya untuk sekadar mengabari apakah Lyssan sudah pergi atau belum, apakah dia benar-benar akan pulang atau tidak. Wira seperti menghilang, entah karena dia sibuk berbicara dengan mantan tunangannya itu atau bagaimana, aku enggan untuk menebak-nebak.Tetapi tebak, ya … aku tetap mencoba menebak-nebak.“Apa yang sebenarnya mereka berdua bicarakan? Lalu apa? Tentang diriku?” Aku meninju bantal berkali-kali, tiba-tiba merasa bersyukur karena dulu aku tidak memil
Aku berjalan di taman samping rumah bersama kakek, tertawa bersama setelah kakek mengatakan kalau selera humorku menjadi lebih bagus dan aku tidak lagi kaku seperti sebelum-sebelumnya. Kakek juga mengatakan kalau dia sangat merindukanku dan tidak bisa tidur dengan tenang ketika mendapat kabar tentang kecelakaanku.“Kakimu benar-benar sudah membaik, Eve?”Anggukanku membuat kakek kembali tersenyum.“Kau terlihat lebih ceria. Tanwira memperlakukanmu dengan sangat baik, ya?” Kakek menatapku, terkekeh pelan. “Aku benar-benar tidak menyetujui permintaaanmu di masa lalu ketika kau lebih memilih Wira daripada Rindra. Tetapi kemudian kau mengancamku, kau bilang kalau kau tidak ingin menjadi menantu keluarga ini jika bukan Tanwira yang menjadi suamimu. Malam itu ... semuanya menjadi kacau, suamimu dan juga Rindra ... mereka bertengkar, saling memukul satu sama lain.”Sebenarnya cerita ini sudah pernah aku dengar, tetapi aku ingin mendengar juga dari kakek. Selama ini semua orang tidak mencerit
Jam empat pagi aku terbangun dan mendapati diriku berada dalam pelukan hangat Tanwira. Dia memelukku dengan erat namun lembut. Tangannya merengkuhku sementara kakinya mengunciku. Aku benar-benar merasakan jiwa kepemilikan dari Tanwira hanya dengan melihat bagaimana dia memperlakukanku, dia ini memang memiliki jiwa posesif dan aku menyukainya.Hanya saja, meskipun aku sudah buang air kecil segera setelah percintaan kami, aku merasa kandung kemihku kembali penuh sehingga aku harus pergi ke kamar mandi.“Wira ...” Aku memanggil namanya, pelan. “Wira, aku mau ke kamar mandi.”Tanwira menggeliat, tidak butuh waktu lama untuk dia membuka mata dan menatapku dengan manis. Suamiku ini hanya diam selama beberapa detik sebelum melepas pelukannya. “Mau buang air kecil?” tanyanya.“Iya,” sahutku yang perlahan beringsut. Sejenak aku berhenti bergerak, menyadari bahwa aku tidak memakai satu helai kainpun untuk menutupi tubuhku. “Ke mana kau melempar pakaianku?”“Hm? Kau membutuhkannya?” Wira bergera
Aku menunggu Tanwira yang sedang berbicara empat mata bersama kakek di dalam kamar. Bisa saja dia muncul dengan wajah datar, sedih atau bahkan dengan senyum bahagia, tetapi aku merasa kalau aku harus menunggunya. Sadar bahwa selama ini mungkin Tanwira hanya memiliki Evandale Humeera sebagai sandaran, tetapi mereka tidak bisa sedekat itu karena gengsi? Entahlah, yang pasti menurutku pasangan suami istri ini menyayangi satu sama lain dengan cara yang tidak biasa.“Hei!” sapaku begitu mendengar pintu terbuka dan Tanwira masuk. Sesuai dengan tebakanku, wajahnya menampilkan ekspresi datar andalannya. Ah, aku menganggap wajah datarnya sebagai ekspresi karena sangat jarang sekali aku melihatnya tersenyum. Biasanya dia hanya melakukan itu untuk sekadar akting atau ketika dia berhasil menjahiliku saja. “Semuanya berjalan dengan baik? Kakek tidak mengatakan hal yang membuatmu sakit hati, bukan?”Suamiku itu hanya menggelengkan kepala dan berjalan menghampiriku yang duduk di sofa. Dia duduk di s
Manusia adalah makhluk sederhana dengan pemikiran yang sangat rumit. Mereka memikirkan banyak hal, membiarkan suara berisik di dalam kepalanya mengendalikan mereka sampai di satu titik di mana otak mereka tidak bisa berpikir jernih. Insecurity, anxiety, ada banyak kata yang sulit dipahami keluar dengan sendirinya. Membuat mereka semakin terlihat lemah dan kalah.“Apa yang sedang kau tulis?” Tanwira mengambil tempat duduk di sebelahku. Dia baru saja selesai membersihkan diri dan berganti baju. “Ah, kau tidak bersiap-siap? Mama dan Papa bahkan sudah menjemput Kakek di bandara, kau tidak mau menyambutnya?”“Aku tentu harus menyambutnya.” Aku menutup laptop yang aku gunakan untuk menyalurkan perasaanku. “Pakaian apa yang harus aku gunakan untuk bertemu Kakek malam ini? Jika kau memiliki ide, aku akan menerimanya dengan sangat baik.”“Pakai saja apapun yang membuatmu nyaman, kau bahkan bisa keluar dengan pakaianmu yang sekarang.” Wira membaringkan tubuhnya di sofa, dia juga memeluk bantal
Sepanjang perjalanan, Wira tampak gelisah. Dia awalnya ingin menyetir sendiri tetapi aku mengatakan padanya kalau aku belum ingin mati kalau-kalau dia melamun di perjalanan. Jadilah, kami berdua meminta bantuan orang kepercayaan Wira untuk mengantar kami berdua pulang.“Kakekmu ... orang seperti apa?” tanyaku, memecah keheningan. Aku ingin tahu seperti apa orang yang akan aku hadapi untuk memberikan reaksi yang bagus. “Apa beliau yang menjodohkanmu dengan Lyssan? Apa beliau juga teman Tuan Jayana yang kita temui di pesta kakak ipar?”Wira mengangguk. “Hm. Perjodohan yang kakek atur berantakan karena aku membawamu sebagai calon istriku. Kakek tidak bisa mengatakan tidak karena beliau sangat menginginkanmu menjadi menantu keluarga besar—yah, meskipun awalnya beliau berniat menjodohkanmu dengan Rindra. Dulu ... kau mengatakan kepada kakek kalau kau tidak mau menjadi cucu menantu kakek jika orang yang menjadi suamimu bukan aku.”“Apa itu juga termasuk ke dalam kesepakatan yang kita berdua
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments