Semua Bab Sexiest Journalist: Bab 81 - Bab 90
107 Bab
Harapan
Hawa sejuk yang menyambutnya ketika membuka pintu, membuat sekujur tubuh Lee merasa segar seketika. Melangkah lebih dalam lagi, dan mendapati Gemi baru saja keluar dari kamarnya dengan memakai daster hamil. Lee menghela sangat frustasi, ketika melihat wanita itu memakai baju hamil seperti sekarang. Hanya bisa memandang, tanpa bisa menyentuh semakin dalam. “Kusut banget mukanya.” Gemi menghampiri Lee yang baru saja menghempaskan tubuh lelahnya pada sofa. Ikut mendudukkan dirinya di samping Lee dengan posisi menghadap pria itu. Gemi menekuk satu kakinya di atas, dan satu tangannya ia naikkan untuk membelai surai tebal milik Lee sembari melakukan sedikit pijatan di sana.  Lee yang sudah menyandar lelah pada punggung sofa itu menoleh. Tersenyum ringan lalu meraih tangan Gemi yang satu lagi. “Chandie sudah tidur?
Baca selengkapnya
Terasa Sempurna
Setelah melihat beberapa referensi sekolah terbaik, dan langsung mengunjunginya. Pilihan Chandie jatuh pada sebuah sekolah swasta yang terbilang lengkap fasilitasnya. Gedungnya pun tampak menjulang megah, dengan lapangan yang sangat luas. Jumlah uang gedung, serta biaya yang harus dibayar setiap bulannya sungguhlah nilai yang sangat fantastis. Bagi Gemi, yang sedari dulu menjalani pendidikan di sekolah negeri, jelas saja mengurut kepala ketika melihat angka yang sempat ia baca. Untuk urusan sekolah, Gemi tidak akan ikut campur. Karena, Lee tentu memiliki standar dan pertimbangan tersendiri untuk menentukan rekam jejak putrinya kelak.  “Papa, katanya mau nyari pak tukang buat besarin kamarku?” celetuk Chandie yang baru saja masuk ke dalam mobil. Suasana hatinya saat ini sangat girang ketika melihat sekolah ya
Baca selengkapnya
Afirmasi Diri
Dengan memegang pegangan troly tasnya, wajah antusias Chandie sudah tidak sabar untuk menjejakkan kakinya di sekolah. Sepanjang perjalanan pun, gadis kecil itu selalu mengajukan pertanyaan, sudah mau sampai atau belum ke sekolah barunya saat ini.“Papa, ayo cepetan, aku nanti telaaat.”Untuk kesekian kalinya, Lee membuang napas kecil, karena mendengar ucapan Chandie. “Iya, lima menit lagi sampe,” ujar Lee sambil melihat Gemi yang tersenyum simpul lewat kaca spion bagian tengah.“Sabar ya, Kak,” pinta Gemi. “Besok, kita berangkat lebih pagi lagi, biar nggak kena macet.”Bibir mungil itu mengerucut memandang sang papa dari belakang. “Mobilnya jalan kayak siput.” Chandie lalu melihat beberapa motor yang melewati mobilnya dan melaju di samping kiri. “Besok, kita pake motor aja, Pa! Biar cepat, ya!”Beberapa hari yang lalu, Lee sudah membeli sebuah motor. Untuk berjaga-jaga jika Gem
Baca selengkapnya
Jangan Pernah Datang
Setelah Gemi mengadukan perihal kecemasannya pada Lee. Pria itu segera bertindak cepat, dengan memasang CCTV sesuai permintaan Gemi. Lee juga telah meminta satpam komplek tempatnya tinggal, agar memperhatikan kediamannya lebih lanjut jika tengah berkeliling. Lee beralasan, kalau istrinya saat ini tengah hamil tua, dan dirinya terkadang harus berada di luar kota pada siang harinya.Beberapa hari setelah CCTV itu terpasang di rumah, mobil yang dimaksud oleh Gemi tidak lagi terlihat. Hal itu pun akhirnya membuat Gemi bisa merasa lega. Tidak ada lagi hal yang perlu dicemaskannya dan Gemi harus berpikir positif demi banyi di dalam kandungannya.Namun, ketenangan itu hanya berlangsung selama satu minggu. Setelahnya, Gemi kembali melihat mobil yang sama melewati rumahnya. Kala itu, Gemi baru menggemari hobi barunya menanam bunga di teras rumah, melihat city car hitam berjalan dengan amat perlahan.Gemi pun yakin, kalau sebentar lagi roda empat tersebut akan kem
Baca selengkapnya
Bayi Kita
Gemi keluar kamar setelah memastikan Chandie sudah tertidur pulas. Ia pergi ke ruang tamu dan mondar mandir dengan gelisah memikirkan Aries yang sudah berani datang menemuinya siang tadi. Sampai saat ini, Gemi belum menghubungi Lee perihal kedatangan Aries ke rumah mereka. Gemi hanya tidak ingin mengganggu konsentrasi Lee yang tengah mempersiapkan launching stasiun TV lokal bersamaan dengan media digital dua pekan lagi.Gemi segera membuka pintu ketika mendengar suara derit besi yang bergesekan. Seseorang telah membuka pintu pagar rumahnya dan Gemi yakin itu adalah Lee.Berdiri tepat di tengah teras, Gemi melihat Lee baru saja beranjak memasuki mobilnya setelah membuka pintu pagar. Pria itu akan memasukkan mobil terlebih dahulu dan Gemi akan menunggu dan membicarakan semua hal di teras.Sementara menunggu, Gemi menutup pintu dengan rapat terlebih dahulu. Tidak ingin ada Chandie yang bisa saja tiba-tiba bangun dan keluar, lalu mendengar obrolan mereka berdua.
Baca selengkapnya
Tanpa Drama
Lee benar-benar tidak menyangkan kalau Aries ternyata menuruti sarannya kala itu. Pria itu mengembalikan semua dana yang pernah masuk ke rekeningnya, terkait kasus proyek pembangunan jalan di Kalimantan. Aries menjelaskan kalau dirinya tidak tahu menahu, mengenai dana yang masuk ke dalam rekeningnya kala itu. Dalam artian, Aries tidak mengerti kalau dana tersebut adalah imbalan yang diberikan oleh pihak penerima tender. Kelitan Aries tersebut, cukup mampu untuk membuat dirinya terhindar dari ancaman hukum yang berat akibat tuduhan korupsi. Lee hanya mampu terkekeh masam. Mentertawakan hukum di negeri tercintanya saat ini. Ia sampai tidak bisa berkomentar jika melihat proses hukum yang ada selama ini. Hanya bisa berharap, kalau ke depannya nanti, akan banyak orang-orang jujur yang menggawangi pintu hukum untuk menegakkan keadilan. Lee lalu keluar dari kamar dan sudah berpakaian rapi untuk berangkat kerja. Menuruni tangga dan mencari Gemi terlebih dahulu untuk
Baca selengkapnya
Penawaran
Siang itu, akhirnya mereka bertiga bertemu muka untuk menyelesaikan segalanya. Tidak ada perdebatan yang berarti ketika Lee menghubungi Aries untuk bertemu. Lee hanya menunggu jadwal Aries untuk bisa terbang ke Surabaya, lalu membuat janji temu seperti sekarang. Lee dan Gemi duduk berdampingan. Sedangakan Aries, berada bersebrangan dengan mereka. Tatapan Aries tidak sengaja jatuh, pada jemari Gemi yang saling tertaut di atas meja. Menajamkan maniknya sekali lagi, untuk memastikan apa yang dilihatnya kali ini benar-benar nyata. “Kemana cincin nikahmu, Gem?” celetuk Aries membuka obrolan yang ada siang hari ini. Seketika, terbersit di kepala Aries mengenai hubungan rumah tangga yang dijalani Lee dan Gemi saat ini. Sepertinya, tidak mungkin kalau rumah tangga keduanya baik-baik saja, ketika Lee tahu, kalau calon bayi yang saat ini berada di rahim Gemi adalah anak Aries. Ia menebak, kalau pernikahan Gemi pasti tengah berada dalam masalah. Manik Ge
Baca selengkapnya
Rasa Cemas
“Aku perlu bicara berdua dengan Gemi,” pinta Aries masih belum bisa setuju dengan penawaran yang ada. Bagaimana bisa Lee memberi syarat sedemikian rupa, ketika Aries ingin menemui anaknya sendiri. Darah dagingnya sendiri!Lee bahkan tidak punya hak untuk mengatur, ketika Aries nantinya ingin bertemu dengan anaknya. Memangnya siapa Lee? hingga bisa melarang Aries untuk bertemu darah dagingnya sendiri. Sungguh, persyaratan yang diajukan pria itu sangat tidak masuk akal.Bagi Aries, Lee hanya orang lain yang kebetulan berstatus sebagai suami Gemi, tidak lebih!“Gemi istriku, dan aku nggak akan biarkan kalian bicara berdua,” tolak Lee menatap datar. “Aku sudah beri penawaran yang paling bagus buatmu, Ar. Hanya itu yang bisa aku beri. Terima, atau kamu nggak akan bisa temui anakmu sama sekali.”Aries tersenyum miring dengan sinis menatap Lee. “Mas, darah itu, lebih kental dari pada air. Jadi, sejauh apapun niatmu untuk
Baca selengkapnya
Hal Konkret
Sejak pertemuan dengan Aries hari itu, Lee terlihat lebih pendiam dari biasanya. Pria itu lebih banyak termenung memikirkan sesuatu, yang dipendamnya seorang diri. Ketika diajak berbicara, pikiran pria itu seolah mengawang jauh dengan banyak hal yang menumpuk di kepala. “Mas …” Gemi menyembulkan kepalanya ketika baru saja membuka pintu kamar Lee. Setelah mengetuk untuk beberapa saat dan tidak ada sahutan dari dalam, Gemi nekat menekan handle pintu lalu mendorongnya. Lee yang baru keluar dari kamar mandi dan tidak mendengar suara ketukan di pintu, sontak berjalan cepat untuk menghampiri Gemi. Menggandeng tangan wanita itu dengan hati-hati dan mendudukkan Gemi di tepi ranjang. “Kenapa naik tangga? Bahaya, Gem!” seru Lee sedikit berbicara keras pada wanita itu. “Kalau terpeleset, Kamu bisa kenapa-kenapa!” Melihat wajah khawatir Lee dan omelan pria itu kepadanya, Gemi hanya terkekeh. Belakangan ini, tidur Gemi sudah mulai berkurang banyak. Selain karena s
Baca selengkapnya
Mood Lee
Lee yang baru menjejakkan kakinya di lantai satu, melihat Gemi keluar dari kamar sembari mendesis sesekali. Wajah wanita itu seolah meringis nyeri sembari terus mengusap perut bagian bawahnya.Lee yang sudah membawa tas kerja dan hendak pergi ke kantor itu pun menggantungkan tasnya pada sudut pagar. “Kamu kenapa, Gem?” Dengan wajah cemas Lee menghampiri Gemi dan menuntunnya untuk duduk di sofa dengan perlahan. “HPL masih dua minggu lagi, kan?” tanyanya khawatir.Gemi mengangguk, lalu duduk perlahan sembari mengatur napas. Menariknya dalam-dalam lalu membuang dengan perlahan. “Mules, Mas.”Lee meraup wajah yang semakin terlihat frustasi. Menelan ludah yang tercekat dengan debaran jantung yang tidak biasa. Sebuah trauma masa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status