All Chapters of Sexiest Journalist: Chapter 51 - Chapter 60
107 Chapters
Masih Ngantuk
Gemi berdiri, sembari melarikan maniknya ke setiap orang yang berada di terminal kedatangan Bandar Udara Internasional Juanda. Menajamkan manik beningnya untuk mencari seseorang yang ditugaskan menjemputnya. Tidak melihat siapa pun yang memegang papan nama yang bertuliskan namanya, Gemi akhirnya mengeluarkan ponsel dari saku jaket bagian dalamnya. Baru saja Gemi membuka kunci ponsel yang berada di tangan, seseorang menepuk bahunya dari belakang. "Ayo, Gem!" Pria yang menepuk bahunya itu, lantas mendahului Gemi tanpa menoleh sedikit pun. Terus saja berjalan ke bagian ujung terminal dengan tegap dan rasa percaya diri yang terpancar begitu tinggi. Pria itu juga tidak terlihat membawa apapun di tangannya. Hanya membawa dirinya sendiri. Namun, kenapa pria itu ada di sini? Di tempat yang sama dengan Gemi? “Pak!” panggil Gemi, tapi tidak ditoleh sama sekali oleh pria itu. Gemi menarik gagang travel bagnya, kemudian menariknya. Melangkah cepat, untuk
Read more
Sudah Siap
Suara klakson yang berbunyi dua kali di depan rumah, langsung membuat Gemi beranjak dari sofa ruang tamu. Membawa tas ransel yang berisi laptop, lalu keluar dan mengunci pintu rumahnya. Di luar, sudah terlihat Amir yang berdiri di samping mobil dan menyunggingkan senyum padanya. “Sore, Bu Gemi.” “Sore, Pak,” balas Gemi kemudian membuka pagar. “Biar saya saja yang tutup dan gembok pagarnya,” kata Amir sembari menengadahkan kedua tangannya untuk meminta gembok yang saat ini dipegang oleh Gemi. “Ibu tunggu di dalam aja, sudah ada pak Lex juga di mobil.” “Ohh …” Gemi lantas menyerahkan gembok tersebut pada Amir. Tidak menduga, kalau ia akan pergi ke Metro sore ini bersama Lex. Gemi kira, Lex sudah lebih dulu berada di kantor Metro sedari tadi. “Makasih, ya, Pak.” “Nggeh.” Gemi yang masih asing dengan ungkapan tersebut, hanya memberi anggukan sembari nyengir. Ia lalu masuk ke dalam mobil, dan melihat Lex sudah ada di dalam sana dengan memak
Read more
Berusaha Sayang
Dengan menenggelamkan kedua tangan di saku celana bahan, Lee memandang jenuh pada kemacetan dari lantai dua puluh tempatnya berdiri saat ini. Menghela panjang dengan segumpal benang kusut, yang menggantung di kepala. Semua kebahagiaan sekaligus kesakitan datang bertubi dan begitu cepat. Semua berkumpul dalam satu waktu, hingga Lee tidak dapat memilah untuk mencernanya di kepala. Ditambah, rasa kehilangan yang ada saat ini, tidak hanya diderita oleh dirinya sendiri, tapi putrinya juga. “Jadi gimana Lee?” tanya Lex yang masih setia duduk dengan menyilang kaki pada arm chair, yang berada tepat di sebelah pintu ruang kerja Lee. Hampir setengah jam Lex berada di dalam ruang kerja Lee, untuk menjelaskan semua perihal perceraian yang diminta oleh Gemi. “Kamu tinggal tanda tangan dan aku jamin semuanya beres.” “Nggak semudah itu ternyata, Lex.” Lee masih saja betah dengan posisinya. Tidak berbalik atau menoleh sedikit pun pada Lex. Ternyata, memutuskan untuk
Read more
Memulai Hidup Baru
Panas menyengat melebihi Jakarta, itulah kesan yang didapat Gemi setiap berkunjung ke Surabaya. Terlebih, saat ini Gemi harus beradaptasi dengan cuaca yang ada setiap harinya, karena tanggung jawab yang sudah diterimanya.Minggu-minggu pertama, Gemi selalu membawa Amir untuk menjelaskan seluk beluk jalan di Surabaya. Setelahnya, dengan perlahan Gemi akhirnya paham dan bisa menjelajahinya sendiri meski sesekali harus menggunakan GPS untuk penunjuk arah.“Pagi, Bu Gemi,” sapa seorang satpam yang berdiri di samping pintu lobi masuk kantor dengan senyuman.“Pagi, Pak Broto,” balas Gemi dengan anggukan sopan dan berlalu masuk ke dalam. Sapaan demi sapaan yang sama pun berlanjut Gemi terima, hingga ia berada di lantai empat. Tempat di mana ruang redaksi dan ruangan Gemi berada.Setelah menyapa beberapa awak redaksi yang hanya terlihat beberapa orang saja, Gemi lantas pergi ke ruangannya. Ruangan pemimpin redaksi yang sudah ia cita-citaka
Read more
Rujuk Kembali
“Omaaa …”Gadis kecil itu, separuh berlari ketika baru keluar dari mobil. Padahal, satu lengannya masih dalam keadaan berbalut perban, karena masih dalam masa penyembuhan.“Chandie, jangan lari.” Lee buru-buru mengejar putrinya, yang langsung merangsek masuk ke dalam pagar rumah orang tua Gemi. Ada Audi yang tengah menyiram tanaman di pekarangan rumah, hingga Chandie langsung saja menghampiri wanita yang sudah dipanggil Oma, sejak Lee menikah dengan Gemi.Audi pun sama paniknya. Khawatir kalau gadis kecil itu tiba-tiba tersandung dan kembali jatuh. Bisa-bisa penyembuhan lengannya akan semakin lama.“Chandie, jalan aja, pelan-pelan,” ujar Audi yang meletakkan selangnya begitu saja dan langsung menangkap cucu sambungnya. “Nanti kalau jatuh, kan, tambah sakit.”Satu tangan Chandie langsung memeluk Audi yang kini berjongkok di depannya. Merebahkan wajah mungilnya pada ceruk leher sang Oma. “A
Read more
Drama
Gemi terduduk lemas pada sofa di ruang tamu. Baru saja, ia disibukkan dengan kegiatan melelahkan di pagi hari, yakni morning sick yang kerap dilanda ibu hamil. Gemi pernah berharap, kalau di semester kedua kehamilannya nanti, mual dan muntah yang saat ini menemaninya setiap pagi, akan segera enyah dari hidupnya.Yang Gemi tahu, dengar dan lihat sendiri dari kehamilan Gista, kakak perempuannya itu hanya mengalami morning sick di semester pertama. Memasuki semester kedua, Gista sudah tidak mengalami hal tersebut sama sekali.Jika dihitung lagi, kehamilan Gemi kini sudah mulai memasuki semester kedua. Namun, mengapa mual dan muntah itu masih saja ada sampai sekarang. Meskipun hanya terjadi di pagi hari, tapi hal tersebut sungguhlah melelahkan untuk memulai hari.Sepertinya, Gemi akan mencari asisten rumah tangga yang bisa menemaninya sehari-hari. Karena, Gemi tidak mungkin hanya tinggal sendirian, sementara kehamilannya semakin hari semakin besar. Ada pekerjaan rum
Read more
Berkah
Di dalam rumah, hanya terdengar interaksi antara Gemi dan Chandie saja sedari tadi. Sedangkan Lee, benar-benar seperti tamu asing yang hanya duduk di ruang tamu. Gemi hanya menyediakan satu botol air mineral, serta dua potong cake cokelat yang sudah mengendap di lemari pendingin.Lee bisa menilai, kalau rumah yang ditempati Gemi cukup bersih. Pada dasarnya Gemi wanita yang sangat rapi dan teratur dalam segala hal. Saat masih di apartemen dulu, Lee juga bisa melihat kalau unit Gemi memang sangatlah bersih.Menurut Lee, lingkungan tempat tinggal Gemi saat ini, tidak bisa dibilang sederhana. Meskipun, belum bisa dikatakan mewah. Tapi cukup memadai, karena penjagaan pada portal terbilang diawasi dengan baik.Entah sudah berapa lama Lee hanya duduk hanya dengan mengotak atik ponselnya, ketika Chandie datang lalu duduk di pangkuannya.“Mama lagi mandi, bentar lagi mau ke kantor,” adu Chandie dengan memerosotkan kedua bahunya dan tampak sedikit kecew
Read more
Family Time
Semesta seolah berpihak pada Chandie. Entah mengapa, sore itu, semua berita yang dibutuhkan telah terkumpul sempurna tanpa mengalami kekurangan sama sekali. Bahkan, stoknya pun terlihat berlebih, dengan beberapa tulisan feature yang berada di folder halaman.Gemi hanya tinggal memilih, yang mana harus diprioritaskan untuk naik cetak malam harinya. Setelah semua proses editing selesai, dan memastikan semua hal sudah berjalan di tempatnya, Gemi kemudian menelepon Chandie. Mengatakan pada gadis kecil itu, kalau Gemi sudah bisa dijemput saat ini.Sembari menunggu jemputan, Gemi kembali mengecek semua hal sekali lagi. Setelah beres, ia berpamitan kepada awak redaksi dan pergi lebih dulu.Gemi menggenggam erat tali tas laptopnya di depan paha. Menunggu lift yang sebentar lagi turun ke lantai empat. Ketika pintu itu terbuka, Gemi akhirnya bertemu dengan seseorang yang benar-benar sangat susah untuk ditemui.“Aaaakhirnya, saya bisa ketemu dengan Pak Dirut y
Read more
Menunggu Keputusan
Seperti pagi tadi, Lee saat ini hanya menjadi obat nyamuk bagi Chandie dan Gemi. Lee jadi pusing sendiri, mengapa kedua wanita yang berbeda usia itu, selalu saja mendapatkan sesuatu untuk diperbincangkan. Dari masalah makanan, baju, sepatu, entah apa lagi yang dibicarakan keduanya, karena Lee sudah tidak sanggup lagi mendeskripsikannya satu persatu.Namun, ada sebuah kehangatan tersendiri di hati Lee melihat itu semua. Akhirnya, Lee bisa mendengar putri tercintanya itu tertawa dengan lepas. Tanpa terlihat beban sedikit pun yang menggantung di wajahnya.Ada satu hal lagi yang baru diketahui Lee, ternyata, selama hampir satu bulan Gemi berada di surabaya, wanita itu tidak pernah bepergian ke mana-mana. Dalam artian, Gemi belum pernah mengunjungi mall atau pusat perbelanjaan yang ada di Surabaya. Kesibukannya sebagai pemred Metro, membuat Gemi hanya mengetahui dan memasuki kantor atau instansi terkait untuk keperluan pekerjaan. Selebihnya, Gemi hanya berada di rumah untuk
Read more
Second Chance
Lee yang tengah menikmati udara pagi di balkon seketika berbalik. Tergesa masuk karena mendengar panggilan dari Chandie. Gadis kecilnya itu terlihat baru saja keluar dari kamar mandi dan masih menggunakan pakaian yang dikenakannya tadi malam.Semalaman, Lee tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia hanya sibuk membolak balikkan tubuhnya, dan akhirnya memutuskan untuk pindah di atas sofa. Lee khawatir, kalau pergerakannya akan membangunkan salah satu dari kedua wanita, yang tengah terlelap lelah di atas tempat tidur“Kenapa Chan?” Manik Lee memendar untuk mencari sosok Gemi, dan langsung menebak kalau wanita itu, kini tengah berada di kamar mandi.“Mama muntah,” jawab Chandie menghampiri Lee dan langsung menarik tangan sang papa agar mengikutinya ke dalam kamar mandi.Di dalam sana, sudah terlihat Gemi tengah sibuk memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam wastafel. Satu tangannya sibuk menyingkap surai yang tergerai panjang, hingga Lee d
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status