All Chapters of Oh, My Grim: Chapter 31 - Chapter 40
164 Chapters
Utang yang Dibayar Lunas
“Dasar jorok!” pekik Grace menggetarkan seisi kamar.“Hmmph.” Chloe mengelap sekitaran mulutnya. “Sorry, sorry. Lagian pertanyaan lo ada-ada aja.”“Lagian juga Pak Juan sampai segitunya khawatirin lo.”“Wajar kali, Grace. Gue itu lagi ikut kegiatan himpunan dimana dia adalah pembinanya. Ya, kalau ada apa-apa sama gue, bukannya wajar kalau dia panik?” tutur Chloe berupaya menormalkan segala sesuatunya. Grace menopang dagu. Berpikir. “Iya juga, sih,” jawabnya dan Chloe menghela napas lega. “Tapi, kalaupun dia beneran suka sama lo, kalian berdua cocok kok.”
Read more
Ke mana Chloe?
“Oy, Chloe. Hari ini lo ada kuliah jam berapa?”Kedua telinga Chloe menangkap jelas pertanyaan Grace barusan, tapi apa daya kelopak matanya belum siap untuk terbuka. Rasa-rasanya masih ingin terpejam lebih lama lagi.“Chloe?” tanya Grace kembali. “Gue ada kuliah jam delapan nih. Udah mau jalan,” paparnya sambil memasukkan laptop ke dalam tas ranselnya. “Terus lanjut sampai siang.”“Hmm,” gumam Chloe semakin beringsut di dalam selimut. Memiringkan badannya menghadap jendela yang mana gordennya telah dibuka oleh Grace. “Gue kuliah jam sepuluh kok. Kelasnya Pak Juan,” ujarnya dengan volume suara yang seadanya. &
Read more
Haruskah Juan?
“Perbaiki analisis datanya sesuai dengan yang saja jelaskan tadi.”“Baik, Pak. Lalu, kira-kira saya bisa bimbingan lagi dengan Bapak kapan ya?”Juan menyandarkan punggungnya pada kursi. Tangannya menyilang di depan dada. “Ya, seselesainya kamu dan seyakinnya kamu ketemu saya.”Mahasiswa di depannya merapatkan bibir. Tatapannya lesu. “Baik kalau begitu, Pak Juan. Saya  permisi dulu,” ujarnya membungkuk sopan, kemudian berbalik pergi keluar dari ruangan. Usai mahasiswa bimbingannya pergi, Juan menenggelamkan diri pada posisinya. Wajahnya mendongak dengan mata terpejam. Bimbingan skripsi adalah momen yang paling melelahkan juga paling menguras pikiran serta emosiny
Read more
Kunjungan Perdana Juan
Faktanya, Juan sekarang justru tengah berdiri di depan asrama Chloe. Bertanya-tanya untuk apa dia ke sini? Entah kenapa kedua kakinya justru melangkah tidak sesuai dengan apa yang sedang dipikirkannya. Padahal tadinya ingin segera pulang ke asramanya, tapi kakinya seolah menolak dan malah pergi ke arah sebaliknya. Juan menoleh saat seorang perempuan berjalan dari arah belakang lalu menembus dirinya. Melewatinya dengan begitu santai tanpa tahu bawa dia baru saja menubruk seorang dosen. “Ngga sopan,” celetuknya datar. Ingin berbalik pergi, tapi hatinya berkata mungkin memang ada baiknya dia menjenguk Chloe. Hanya sekadar untuk melihat bagaimana kabarnya. Toh masih sekitar jam setengah dua belas siang, Grace tentunya belum selesai mengiku
Read more
Good Job, Grace!
Pintu terbuka. Grace tergopoh-gopoh lari menuju Chloe. Melepas tas dan melemparnya asal. Juan yang tak sempat menghindar, lagi-lagi terhantam oleh seonggok tas ransel besar nan berat milik Grace. Matanya seketika memelotot ke arah Grace. Ingin mengeluarkan umpatan, tapi rasanya percuma. Grace tetap tidak akan mendengar.“Chloe? Hei.” Grace menepuk-nepuk pipi teman sekamarnya itu.Juan yang tadinya menepi, langsung kembali mendekat. Hanya bisa mengamati keadaan Chloe yang benar-benar tampak lemas seolah sekumpulan tulang yang menyokongnya melebur bagai logam yang terkena panas sekian derajat celcius. “Segera bawa ke klinik Grace,” perintah Juan selagi Grace masih sibuk membangunkan Chloe.“Aduh …, gimana nih?” guman Grace m
Read more
Homesick
“Totalnya delapan puluh tujuh ribu, Pak.”Juan menyodorkan sebuah kartu debit ke seorang kasir yang tengah melayaninya. Biasa. Malam hari membuatnya lapar. Terlebih dia sedang ada banyak tugas koreksian kuis beberapa mata kuliah dalam rangka persiapan menjelang ujian tengah semester. Selain otaknya yang bekerja, perutnya juga bekerja. Jadi, Juan memilih untuk keluar dari kamar dan pergi menuju minimarket yang berada tak jauh dari asrama dosen. Saat tengah memencet tombol pin, ponselnya tahu-tahu berdenting. Dirogohnya ponsel di dalam saku celana panjangnya, lalu dilihatnya apa yang barusan membuat ponselnya berbunyi. Kalau ternyata hanya berupa pesan penawaran pinjaman, penawaran kartu kredit, dan lain-lainnya yang tidak jelas, otomatis akan langsung Juan ab
Read more
Seperti Kembali ke Awal
“Ini obatnya. Diminum setelah makan, ya,” ujar salah seorang perawat yang tampaknya sudah hafal dengan wajahnya. Jelas. Sudah dua kali Chloe datang ke klinik dengan kondisi yang tak wajar. Pertama adalah karena tenggelam dan yang kedua, sebenarnya demam itu bisa dikatakan penyakit yang wajar, kalau saja tidak ditambah dengan luka merah melepuh di sekeliling lehernya. Itulah yang menjadi tanda tanya bagi perawat juga dokter yang menangani Chloe. Jadi, selain obat demam, mereka juga memberikan Chloe semacam obat krim agar bekas pelepuhannya bisa benar-benar hilang.“Makasih banyak, suster,” jawab Chloe tersenyum.“Mudah-mudahan kita ngga ketemu lagi di klinik, ya. Lebih baik ketemunya di luar klinik,” ledek sang perawat dimana Chloe sontak tersenyum rikuh mendengarnya. 
Read more
Tiga Perempuan dalam Lift
Siang harinya, Chloe memilih untuk mengikuti kegiatan perkuliahan. Sempat dimarahi oleh Grace, karena teman sekamarnya itu merasa Chloe masih harus menyediakan banyak waktu luang untuk memulihkan lagi staminanya. Hanya saja, memang pada dasarnya susah dinasihati, Chloe bersikukuh untuk hadir semata-mata karena sayang dengan materi perkuliahan yang tertinggal. Padahal nantinya belajar sendiri pun masih bisa. Grace sendiri juga tidak yakin Chloe bisa benar-benar menangkap materi yang sedang diajarkan, terlebih kepalanya terkadang masih nyut-nyutan.“Ngga apa-apa, Grace. Gue malah jadi bosen kalau di kamar terus,” ujar Chloe setiap kali Grace memintanya untuk memikirkan ulang niatnya.“Ya udah deh, terserah. Awas ya kalau panggil-panggil gue di waktu lo pingsan,” ancamnya.“Ya, kalau lagi
Read more
Mampukah Chloe?
Juan menyilangkan kedua lengannya di depan dada. Andai Chloe bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya sekarang, tentu itu akan jauh lebih baik, jadi Chloe bisa langsung memikirkan kalimat balasan selanjutnya. Namun, sayangnya hal itu mustahil. Chloe tidak memiliki kemampuan semacam itu. Alhasil dia hanya membalas tatapan Juan sambil terus menunggu, sekaligus menebak-nebak tanggapan macam apa yang akan diberikan oleh dosennya itu. “Kenapa memangnya?” Juan akhirnya membalas.Sudah pasti karena sampai saat ini pun Juan selalu saja hadir di saat Chloe sedang merasa tidak baik-baik saja! Apa Juan sendiri tidak menyadarinya? Entah itu di saat Chloe merasakan kepalanya berdenyut-denyut sewaktu melamun di halte bus klinik, atau saat dirinya tengah mengalami perundungan oleh para seniornya yang term
Read more
Cenayang Dadakan
“Apa kabar nih Om Edgar?” tanya Grace ketika dirinya dan Chloe telah mencapai pintu depan asrama. “Makin tambah umur kok makin keliatan muda aja, Om,” rayunya kemudian.“Ah, si Grace ini bisa aja,” sahut Tuan Edgar terkekeh. Paling tidak bisa jika mendengar pujian dari Grace. “Om kangen lo kamu main ke rumah. Kalau rumah kedatengan kamu … wah udah pasti ramai itu.”Grace tertawa. “Iyalah. Om Edgar, kan, kalau udah ketemu saya, pasti udah ngga bakal kekontrol lagi ketawanya,” cetusnya.“Nah, betul itu,” sahut Tuan Edgar sependapat. Kali ini keduanya benar-benar tertawa lantang, sementara Chloe hanya berdiri sambil menikmati tawa mereka berdua saja.Tuan Edgar mengalihkan perhatiannya pada Chloe
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status